Cari Uang Sambil Jalan Kaki, Si Cuanki Serayu yang Lezat

14:28:00 It's Leblung 0 Comments

Saya tidak akan membahas profesi - profesi yang menggunakan metode jalan kaki untuk cari uang loh ya. Bukan pula membahas bagaimana design gerobak yang ergonomis untuk bapak-bapak yang berdagang dengan jalan kaki. Dan sangat bukan sekali membahas abang tukang jualan apa yang paling ganteng. Muahahaa. Lha terus bahas apa?

Alkisah, tempo hari saya makan Cuanki Serayu. Nah, pas sudah menghadap seporsi penuh Cuanki, saya tanya ke Mas-Mas Pramuniaga, "Mas, ini kan bakso ya, ini goreng, yang ini apa?" Saya menunjuk satu benda yang jelas terbuat dari campuran tepung terigu dan aci (tepung kanji, tepung tapioka atau tepung sagu). "Yang itu Siomay, Teh." Kata masnya sambil tersenyum manis. "Lha trus yang disebut Cuanki yang mana, Mas?" tanya saya bingung. "Ya sepaket ini yang dinamakan Cuanki, Teh." Saya melongo. Si Mas Pramuniaga gak tanggung jawab dengan ke-melongo-an saya, dia ngeloyor pergi gitu aja. Ish.

Capture by Leblung

Sesampai di rumah (baca : kamar kosan ukuran 4 x 4 m yang [enggak] rapinya luarbiasa. hhe), saya langsung mengerahkan keahlian saya. Yapp. Tidak lain dan tidak bukan adalah "Gugling". Hhe. Keyword yang digunakan kali ini adalah "Asal Usul Cuanki" dan "Sejarah Cuanki". Tidak ada yang menjelaskan detail darimana Cuanki berasal, siapa penemu Cuanki, dan informasi dasar lainnya. Yang saya temukan adalah :

CUANKI = Cari Uang sambil jalAN kaKI

Hhi. Beneran begitu. Jadi Cuanki adalah sebutan untuk kegiatan mencari segenggam berlian (uang) yang dilakukan dengan cara jalan kaki. Kalo gitu banyak dong varian produknya. Tukang Cangcimen (Kacang Kuaci Permen), Tukang Tahu Sumedang, Tukang Odading (Roti Goreng isi gula merah), Tukang Batagor, Tukang Siomay, Tukang Sate keliling, Tukang Bakpao keliling, dan banyak lagi. Ya kaaan? Tapi di daerah Bandung dan sekitarnya, yang disebut Cuanki itu ya Tukang Jualan Bakso yang gerobaknya dipikul dan jualannya sambil jalan kaki keliling kompleks gitu. Kalo di Malang, tepatnya di daerah saya, ini disebutnya Tukang Bakso Pikul. ^.^

The Real Cuanki, source : www.kulinernikmat.com
Yang khas dari Cuanki ini, kuahnya bening, gak berlemak kayak bakso-bakso yang dijual di warung atau gerobak yang menetap di tempat (ini sudah sedikit saya ulas di tulisan ini). Dan isiannya lebih bervariasi karena ada siomay dan gorengnya, kalo bakso Bandung atau bakso Purwakarta biasanya cuma ada bakso (pentol daging) dan mie kuning atau mie putih. 

Nah, ceritanya kemarin Sabtu saya mampir ke sebuah warung Cuanki di Jalan Serayu yang katanya paling hits se-Bandung Raya. "Cuanki Serayu". Ya meski yang punya melanggar prinsip nama Cuanki itu sendiri ya, tapi gapapa-lah. Berbekal rekomendasi seorang teman yang berlidah Jawa tapi lama tinggal di Bandung (Bumils Titik namanya, Titik loh ya. Bukan Koma), saya memberanikan diri untuk ke warung sederhana ini. Konon kata sang pramuniaga, warung Cuanki ini memiliki 2 cabang yaitu di Jalan Mangga dan Jalan Babakan Timur. Sedangkan yang saya datangi ini adalah warung asli yang sudah berdiri sejak tahun 1997. Lama ya..

Capture by Leblung
Sesampainya di warung Cuanki ini, antrian orang yang memesan sudah mengular. Ada 2 banjar antrian. Setelah celingak-celinguk karena ketidak tauan saya, akhirnya saya menemukan tulisan "Khusus Dibungkus", di gerobak yang berada di sebelah kanan. Yap. 2 antrian itu adalah antrian makan di tempat dan antrian dibungkus atau dibawa pulang. Karena saya mau makan di situ, beralihlah saya ke antrian sebelah kiri. Sekitar 5 atau 10 menit kemudian, barulah saya sampai di depan Mas-Mas yang bagian terima dan melayani order.
 
Capture by Leblung
Proses pemesanan bisa dibilang cepat karena ada 2 orang yang melayani, satu orang bertugas menerima order dan memberi kuah, satu orang yang lain bertugas meracik. Selain itu, saat satu orang yang lain masih menerima order, mas-mas satunya meracik porsi normal, jadi kalau tidak ada permintaan khusus, penerima order tinggal kasih kuah. Kayak saya kemarin tuh, "1 porsi, Mas." Tinggal menciduk kuah, guyurkan, kasih deh ke saya. Hhe.

Untuk minuman, bisa ambil berbagai minuman botol di lemari es yang tersedia, atau pesan aneka jus buah. Urusan bayar? Nanti aja setelah perut kenyang. ^.^ Nah, tempat duduk yang disediakan sederhana sekali. Mirip dengan tempat duduk di warung bakso pinggir jalan. Ada 4 area untuk menikmati Cuanki ini, di bagian dalam warung, di bagian teras depan warung, di teras samping warung, dan di pinggir jalan raya.

Bagian Dalam Warung
Teras Depan Warung
Teras Samping Warung
Pinggir Jalan
 Bagaimana rasanya?

Semangkuk Cuanki ini berisi 2 buah bakso ukuran sedang, 1 siomay, 1 tahu putih, dan  1 goreng yang dipotong-potong. Gorengnya terbilang unik. Kalo pada umumnya, goreng itu adalah kulit pangsit isi tepung campur wortel dan daging, dan dibentuk seperti bunga mekar. Yang ini dibiarkan segi empat begitu, dan diolesi isian, lalu digoreng. Saat akan disajikan barulah si goreng dipotong-potong.

Kuahnya bening, mirip bakso Malang. Dan enak. Takarannya pas. Gurih, seger, dan sedap. Saya termasuk orang yang jarang makan bakso dengan gaya putihan alias tanpa kecap, saos, dan sambal. Tapi entah kali ini, karena kuahnya putihan saja sudah sedap, jadilah saya memutuskan untuk makan ala putihan hingga setengah porsi habis terlahap. Setengah berikutnya baru saya tambahkan kecap, saos, dan sambal secukupnya.

Seporsi Cuanki diharga Rp 15.000. Cukup murah untuk makan di kawasan Bandung. Tapi porsi ini tidak cukup membuat saya kenyang. Jadi mungkin lain kali saya kan pesan 1,5 porsi atau mencomot sebagian jatah suami saya. Hhe. Di sini tidak hanya menyediakan Cuanki, tapi juga Batagor khas kota Bandung. Hanya saja kali itu melihat porsinya yang sepiring penuh, saya mengurungkan niat untuk memesan batagor. Takut tidak habis, mungkin lain kali saya akan mencobanya. 

Daftar menu dan harga Cuanki Serayu dapat dilihat di gambar berikut ini.


So, overall, saya setuju dengan kata orang kebanyakan, "Cuanki Serayu Enak!"
  

You Might Also Like

0 komentar: