Perjuangan Perpanjang Sim C Belum Berakhir

19:44:00 It's Leblung 0 Comments

Kok geli ya baca judulnya? Hha. Jadi inget reality show jaman baheula berjudul “Termehek-mehek” yang hostnya Cici Panda sama Mandala Shoji. Kan ada sebutannya Pejuang Tangguh tuh di situ (seingetku sih. Hhe). By the way, masih ingat kisah saya di blogpost “Keliling Kota Demi Perpanjang Sim C”? Yang panik-panik karena ternyata SIM Keliling di Purwakarta belum bisa melayani perpanjangan SIM dari SIM dan KTP luar kota itu loh. Hahaha. Saya lanjutkan cerita perjuangan saya yaa..

Dengan kepanikan yang naik level lagi setelah tahu tak bisa mengurus perpanjangan SIM C di Mobil SIM Keliling Purwakarta, saya memacu si Merah lebih kencang. Begitu sampai Polres, buru-buru saya parkir si Merah dan lari ke Loket Pendaftaran. Di belakang si Bapak Polisi, tertempel kertas manila berwarna putih dengan tulisan tangan. Terbaca :


“Pak, saya mau perpanjang SIM.”
“Itu syaratnya sudah?” katanya sembari menunjuk kertas manila yang telah khatam saya baca.
“Tes kesehatan dimana, Pak?”
“Itu syaratnya.”
“Iya Pak, tes kesehatannya dimana? Klinik depan?”
“Di sebelah. Keluar Polres belok kanan.”
“Di luar neng..” Ibu-ibu kantin Polres yang ada di dekat Loket Pendaftaran ikut menyahut.

Tanpa babibubaba, saya lari ke arah yang ditunjuk. Sebuah klinik super mini dengan banyak motor terparkir di depannya dan sebuah gerobak mie ayam yang banyak pembelinya teronggok lusuh di sana. Tak ada perawat. Hanya ada seorang laki-laki paruh baya berbadan kecil, berkulit coklat, mengenakan kemeja pendek garis-garis, celana kain warna hitam, dan sandal kulit sintetis di balik tirai warna hijau yang hanya tertutup sebagian. Di dalam klinik sudah ada banyak orang duduk-duduk di meja antrian. Di atas sebuah kursi plastik, terdapat nomor-nomor antrian sederhana. Melihat yang duduk-duduk memegang kartu itu, jadilah saya langsung ambil nomor. Tertulis di kertas manila berwarna pink itu, angka 24. Saya lega. Kok? Kalau semua yang daftar diharuskan tes kesehatan di sini, berarti baru ada kurang dari 23 orang yang tes dong. Saya masih masuk dalam kuota blangko SIM yang katanya cuma 100 per hari itu.

Satu per satu pasien dipanggil sesuai nomor urut. Sependengaran saya, hanya ditanyai golongan darah dan tes buta warna. Sesekali ada yang diukur tinggi dan berat badannya. Tak ada pengukuran denyut nadi atau tensi meski saya lihat di meja belakang si dokter ada alat itu. Hmm. Entahlah. Di sebelah saya duduk perempuan muda berusia 18 tahun dengan memegang nomor antrian 23. Kami berbincang-bincang sedikit untuk mencairkan suasana. Setelah dia dipanggil, saya menggeser duduk saya ke ujung kursi tunggu. Dari situ, nampak jelas wajah si dokter. Alih-alih memeriksa si perempuan muda itu. Dia berkata ;

“Keluarga dokter ya?”
“Eh?” jawab saya untuk memastikan pertanyaan.
“Teteh keluarga dokter?” ujarnya lagi sambil menscan saya dari ujung kepala hingga kaki.
“Oh bukan. Saya mau perpanjang SIM.”
“Kirain keluarga dokter,” ujarnya sambil tersenyum.
Mm, cita-cita saya sih jadi dokter bedah forensik dulu,” batin saya. Hhe..

Setelah perempuan muda selesai, saya dipanggil. Dan benar. Si Dokter cuma menanyakan golongan darah, tahu tinggi dan berat badan saya sendiri ndak, urus SIM apa, dan tes buta warna 2 lembar. Selesai. Untuk tes kesehatan ini, saya mengeluarkan uang Rp 30.000 saja. Surat sehat sudah di tangan. Saya kembali lari ke Loket Pendaftaran.

Saya menyerahkan semua syarat yang diwajibkan. Sang Bapak Polisi mengambil satu map kertas berwarna biru lalu men-staples semua syarat itu termasuk kartu SIM saya yang lama. “Isi ini dulu, Teh.” Di dalam map terdapat blangko berukuran A3 yang sudah dilipat 2. Kami hanya diwajibkan mengisi halaman pertama yang berisi :


Saya lupa foto blangkonya, jadi ini nyomot dari blog ilhabibi.com. Sedangkan halaman kedua berisi keterangan lulus atau tidaknya persyaratan administrasi, hasil uji teori, hasil uji praktek 1, dan hasil uji praktek 2 yang nantinya akan diisi oleh petugas dari Polres Purwakarta. Setelah selesai mengisi formulir, saya dipersilahkan masuk ke Ruang Registrasi yang berada di sebelah kiri Loket Pendaftaran. Di situ, berkas dan formulir yang telah diisi diletakkan di meja. Saya antri kembali untuk menunggu proses regitrasi online yang dilakukan oleh petugas. Sekitar 10 menit menunggu. Nama saya dipanggil.

“Laily Amalia…”
“Iya Pak”
“Laily Amalia R ya?”
“Asli Malang, lahir 23 Desember 1990 ya?”
“Nama ibu kandung siapa?”
“Yablablabla….”
“Ayah kandung?”
“Mublablabla…”
“Oke. Data sudah benar, silakan masuk ke Ruang Foto di sebelah ya..”
“Baik Pak, terimakasih.”

Saya pun pindah ke ruang sebelah. Ruang Tunggu Foto yang ukurannya lebih kecil dari Ruang Tunggu Registrasi. Satu per satu antrian dipanggil. Sekitar 15 menit berselang. Nama saya dipanggil sesuka bapaknya.

“Laila Amalia..”
“Iya Pak..”
“Silakan duduk”
“Oh maaf, Laily Amalia yaaa.. Asli Malang, lahir 23 Desember 1990 ya. Silakan kacamatanya dilepas dulu, kita foto. Yak sudah. Kacamata boleh dipakai kembali, sekarang silakan tanda tangan digital di sini. Sudah? Sekarang sidik jari dulu kanan kiri. Sudah.. Silakan bawa berkas ini ke Ruang Ujian Teori.”
“Terimakasih, Pak..”

Alamaaak. Kok pake ujian segala? Jangan-jangan ujian praktek juga aku nih? Bukannya perpanjang gak pakai ujian ya?” batinku rusuh. Setelah masuk ke Ruang Teori yang berada di depan Ruang Foto, terjadilah percakapan ini :

“Iya Teh?”
“Mau perpanjang SIM C, Pak.”
“Oh iya.”
Lalu Bapak Petugas langsung membubuhkan tanda tangan dan stempel di kolom Ujian Teori pada halaman kedua formulir. Saya melongo. Heran sekaligus bahagia. Dan di depan saya, berjejer komputer-komputer ujian teori yang kosong tak bertuan.

“Silahkan ke Lapangan Uji Praktek ya. Di sana cuma minta tanda tangan dan stempel kok.”

Hhe. Nampaknya si Bapak Petugas tau kalo saya panik mau diuji. Dengan hati sedikit lapang, saya menuju Lapangan Uji Praktek. Di depan saya, jalur-jalur untuk ujian praktek terpampang nyata dan kosong melompong. Saya berjalan ke arah ruangan di pinggir lapangan. Di situ, kembali saya serahkan map kertas berisi formulir dan berkas pendukung. Lagi-lagi, tanpa babibubaba, si Bapak Petugas membubuhkan tanda tangan di kolom Ujian Praktek 1 dan Ujian Praktek 2 pada halaman kedua formulir. Setelahnya, saya diminta ke ruang sebelah yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ruang Pengambilan SIM.

Yuhuuu. SIM baru akan segera saya genggam. Begitu masuk ruangan, ada Ibu-Ibu petugas yang menyapa saya ramah.

“Siniin Teh berkasnya. Perpanjang SIM C ya? Biayanya 75 ribu yaa.. Bayar di sini.”

Saya menyerahkan selembar uang Rp 100.000,-. 

“Ini kembaliannya dan ini struknya. Struknya dimasukin ke kotak putih di loket itu ya. Setelah itu, tunggu aja tinggal ambil SIM-nya.”
“Baik Bu. Terimakasih.”

Biaya ini sesuai dengan keterangan yg ada di www.polri.go.id, bahwa menurut PP Nomor 50 Tahun 2010 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang termaktub (bahasanyaa) dalam lampiran, disebutkan 1. 1. Biaya Penerbitan Baru    :
    a. SIM A                         : Rp 120.000,-
    b. SIM B I                       : Rp 120.000,-
    c. SIM B II                      : Rp 120.000,-
    d. SIM C                         : Rp 100.000,-
    e. SIM D                         : Rp 50.000,-
    f. SIM Internasional       : Rp 250.000,-
2. Biaya Perpanjangan SIM     :
    a. SIM A                              : Rp 80.000,-
    b. SIM B I                            : Rp 80.000,-
    c. SIM B II                           : Rp 80.000,-
   d. SIM C                               : Rp 75.000,-
   e. SIM D                               : Rp 30.000,-
   f. SIM Internasional             : Rp 225.000,-

So, it means no pungli-pungli yaaa.. Setelah itu, saya pun melakukan instruksi si Ibu Petugas yang ramah itu. 5 menit kemudian, nama saya kembali dipanggil.
“Laily Amalia..”

Lalu SIM C baru disodorkan melalui lubang kecil pada loket. Mata saya berbinar bahagia. Horeeee..! Berakhirlah sudah perjalanan panjang demi perpanjang SIM C ini..

0 komentar:

Keliling Kota Demi Perpanjang SIM C

15:25:00 It's Leblung 0 Comments



“Adik SIM-nya expired kapan?”
“Belum aku liat, Pak. Bentar yaa..”
5 detik kemudian…
“Tahun iniiiii. Pas aku ulang tahun besok, Pak. 23 Desember. Omigad. Gimana dong?”
“Ya coba adik perpanjang di Purwakarta aja biar ndak usah pulang ke Malang. Adik balik kapan lho bulan Desember ini?”
“Tanggal 22, Sabtu siang Pak..”

Yak. Bapak saya memang alarm paling tepat waktu. Pantes kalau dulu dijadikan patokan jam oleh para tetangga. Iya, karena waktu berangkat kerjanya selalu tepat. Misal lewat depan rumah Pak Paijo jam 06.30 WIB, ya besok, besoknya lagi, besok-besoknya lagi, besok-besok-besoknya lagi, dan sepanjang tahun kecuali hari libur, akan lewat depan rumah Pak Paijo jam 06.30 WIB. War biasaaah. Ditiru sama anaknya? Hmmm. Enggak sih. Hahaha. Saya suka telat karena males mandi dan mandinya lama. Maap lho, Pak.

Daaan. Wasap Bapak di awal Desember itu cukup membuat saya panik. Desember ini nampaknya tak mungkin untuk bolos kerja. Extra job desk dan pe-er belajar cukup membuat kepala saya pening, penuh, dan kadang mau meledak. Wkwkwk. Aduuuh. Aduh. Jadi, waktu berburu perpanjangan SIM C cuma bisa dilakukan saat weekend. Lebih tepatnya hari Sabtu ajah karena Minggu Pak Police penggurus SIM liburrr.

Tapi eh tapi, minggu pertama Desember barang tentu sudah tak bisa. Kami sekeluarga harus bertolak ke Makassar untuk mengantar musuh bebuyutan saya (baca : kakak kandung laki-laki satu-satunya) untuk menculik gadis Makasar ke dalam hidupnya. Hhi. Iya, abang saya yang jahil itu akhirnya menikaaah. Alhamdulillah.

Minggu kedua ada acara Mini Family Gathering bareng teman sebidang di Lembang (kalo gak salah. Kulupa-(in) juga). Minggu ketiga yang adalah tanggal 22 Desember, saya baru tiba di Surabaya pukul 09.37 WIB karena mudik naik Kereta Api Harina. Sooo, mau gak mau saya harus berburu di minggu kedua dongs yaa. Gapapa gak ikut Mini Family Gathering itu. Kan udah barengan ini pas Employee Gathering dan Outroad 2018.

Setelah memutuskan waktu berburu, kepanikan saya yang berada di level 9 dari 10 itu belum turun juga. Iya. Karena kalo hangus, saya gak yakin akan lulus tes mengemudi. Huahaha. Cupaw kalo kata suami saya mah. Yaaa kan kata orang-orang tuh ribet bikin SIM baru. Bakal susah lulus tes, harus mengulang berkali-kali baru lulus. Jadi, wajib bin harus binti fardhu ain untuk sukses memperpanjang SIM.

Kepanikan itu pula yang bikin saya tanya sana sini.
“Eh Tik, kamu kemarin perpanjang SIM bisa kan ya di Bandung?”
“Kamu SIM Jogja apa Bandung, Tik?”
“Itu urusnya ke SIM Keliling atau ke kantornya, Tik?”
“Berkas yang perlu dibawa apa aja ya Tik?”
“Mas Tim, kalo di Purwakarta tuh, perpanjang SIM di SAMSAT yang deket rumah Mbak Ifah apa di Polres deket kosanku?”
“Cepet mana Mas Tim kalo urus di kantor sama SIM keliling?”
“Mas Ron, tau jadwal SIM keliling gak ya?”
“Bisa gak kalo KTP dan SIM luar kota, Mas Adit urus di Purwakarta?”
“Baiknya aku ke kantor apa ke SIM Keliling aja ya Mas Adit?”
Dan segambreng pertanyaan panik yang sebenernya diulang-ulang ajah, tapi ditanyain ke banyak orang. Hhe.. Dan inti jawaban mereka adalah :
1. Perpanjang SIM luar kota bisa dilakukan di Mobil SIM Keliling
2. Perpanjang SIM itu di Polres, bukan SAMSAT
3. Berkas yang perlu dibawa itu fotocopy e-ktp 2 kali, e-KTP asli, dan SIM asli.
4. Pengurusan berkas SIM lebih cepat di Mobil SIM Keliling
5. Gak ada yang tau jadwal pasti Mobil SIM Keliling area Purwakarta

Mm, okay. Level kepanikan turun menjadi 8. Masih tinggi yaa.. Jadi kuputuskan untuk pergi jam 05.30 WIB dari kosan menuju Polres Purwakarta untuk memastikan kantor mana untuk pengurusan SIM, Polres atau SAMSAT dan jadwal Mobil SIM Keliling di hari itu dimana dan jam berapa. Rada lebay sih ya berangkat jam segitu, udah kayak mau kulakan sayur ke pasar pagi. Tapi etapi, itu dilakukan karena saya mendengar desas-desus bahwa blangko pengurusan SIM dibatasi hanya 100 pcs per hari. Jadi ya, saya yang siputwati ini harus bergerak cepaaat.



Kenyataannya, saya baru berangkat jam 06.00 WIB. Hhahaha. Telur, Susu cair plain, Jamur Enoki dan Roti Canai terlalu menggiurkan untuk didiamkan saja di dalam kulkas. Jadi aku masak-masak simple dulu sebelum pergi. Trus dibekal. Hhe.. Setelah bekal Omelette Jamur dan Roti Canai topping Madu siap, saya memacu si Merah ke Polres yang berjarak sekitar 500 meter dari kosan saya. Di sana? Masih sepi jali. Bahkan bapak-bapak polisi yang sedang berjaga kaget melihat teteh-teteh tjantik berbaju tosca datang ke Polres sepagi itu.

“Pak, kalau perpanjang SIM di sini ya?”
“Iya Teh. Mau perpanjang SIM apa?”
“SIM C, Pak.”
“Iya bener di sini kok. Nanti urusnya di kantor belakang sana. Tapi baru buka nanti jam 7. Ini kepagian.”
“Oh. Iya Pak. Etapi kalo si SIM Keliling bisa juga kan ya Pak perpanjang SIM?”
“Bisa Teh. Cuma saya gak tau hari ini dimana berentinya. Kayaknya di depan UPI deh. Nanti dicek aja di sana.”
“Kalo SIM Keliling buka jam berapa, Pak?”
“Biasanya jam 8. Tapi gak tau hari ini buka gak ya. Dokternya entah ada atau enggak..” kata si Bapak kurang yakin.
“Baik Pak. Makasih infonya yaa..”

Saya balik ke motor. Memutar kunci sambil berpikir, “Pulang ke kosan apa ditunggu di sini ya? Bapaknya mana gak yakin SIM Keliling buka atau enggak. Aigooo..” Nah, kok ya kebetulan pas jalan balik ke arah kosan, saya liat Mobil SIM Keliling terparkir gagah di depan Klinik Polres. Akhirnya niat untuk balik ke kosan saya urungkan. Gapapa-lah nunggu 1 jam 45 menit buat tahu kemana mobil itu bergerak. Hahaha.

Akhirnya saya, nunggu di halaman sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak. 15 menit berlalu. Tanpa ada tanda-tanda mobil akan dikeluarkan dari parkiran. Emmh. Jadilah saya pindah duduk di depan toko kelontong yang masih tutup. Buka bekal dan mulai sarapan. Hahaha. Cewek macam apa ini sarapan di sembarang tempat? Ihh bodoh amat asal bersih tempatnya.

30 menit berlalu, mulai bosan main hape. Pindahlah saya ke sebelah toko pulsa. Ada bapak-bapak berjaket hitam yang sedari tadi nongkrong di situ juga. Watak SKSD alias Sok Kenal Sok Dekat saya muncul.
“Bapak mau ngurus SIM juga?”
“Iya neng. Eneng juga?”
“Iya Pak. Mau perpanjang SIM C.”
“Bapak mau perpanjang SIM apa?”
“Mau bikin SIM B, neng.”
“Oh, di Polres ya Pak? Kata temen saya gabisa di SIM Keliling. Saya mah di SIM Keliling aja, katanya lebih cepet. Jadi saya tungguin tuh mobil. Hhe..”
“Waduh, Bapak gatau, neng. Ini nunggu saudara aja. Kan Bapak dulu punya, tapi udah 10 tahun gak pernah diurus. Katanya sih kudu bikin SIM A dulu baru SIM B. Tapi ya gatau-lah. Bapak nunggu saudara Bapak aja. Kata dia, itu semua urusan dia. Bapak tinggal dateng aja.”
Saudara Calo, Pak maksudnya?” batinku. Yakali ngomong gitu ke Bapaknya. Hhe. Jadi saya senyum ajah.

15 menit kemudian, nampak bapak-bapak berkaos abu-abu dengan tulisan “POLISI” muncul mendekati Mobil SIM Keliling lalu lap-lap mobil. Saya langsung girang.  Lap-lap mobil saya artikan sebagai persiapan mobil akan memulai dinasnya. Hahha. Dan benar saja, tak lama kemudian mobil dikeluarkan dari parkiran. Saya yang harus nyebrang jalan dulu untuk mengikuti kemana mobil berjalan sempat tertinggal jauh. Kupacu si Merah lebih kencang. Nyeleat nyeleot kanan kiri untuk menyalip kendaraan di depan saya. Akhirnya, bisa di belakang mobil persis. Hhe..

Mobil melaju terus dan baru berhenti di SAMSAT Weekend Culinary yang berada di Gedung SAMSAT Lama, Jl Martadinata No 22. Atau kalo kamu dari arah Sadang, lokasinya setelah Yogya masih lurus. Ada di kanan jalan setelah Bank Mandiri Syariah. Jam menunjukkan pukul 08.10 WIB. Si bapak yang tadi lap-lap mobil masih sibuk menyiapkan mobil. Sudah ada 4 orang yang menunggu di luar mobil termasuk saya. Dan dari sekelumit obrolan, bapak-bapak itu juga menunggui Mobil SIM Keliling lewat, lalu dikejar. Hahaha. Gak cuma saya berarti yang pakai jurus dudul itu yaa..

Sembari menunggu saya mengambil brosur SIM Keliling yang terserak di meja kecil dekat Mobil SIM Keliling. Ini isi brosurnya :



Pukul 08.20 WIB, seorang petugas wanita datang. Beliau juga menyiapkan ini itu terlebih dahulu hingga akhirnya memanggil saya masuk ke mobil.
“Ibu mau perpanjang SIM?”
“Iya Bu..”
“Boleh saya lihat SIM lama-nya? Oh iya bener masih dalam masa berlaku kartu ya. Tapi ini SIM Malang ya Bu?”
“Iya Bu, bisa ya perpanjang di sini?”
“Mohon maaf Ibu, memang kami ke arah sana nantinya. Jadi bisa perpanjang SIM online di Mobil SIM Keliling. Tapi untuk saat ini, belum bisa Bu. Ibu bisa perpanjang di kantor Polres yang di Jalan Veteran ya Bu. Mm. Ini jam 08.30 WIB, insyaAllah petugas baru selesai apel pagi. Ibu kesana saja langsung.”

Huwaaa. Tau gitu tadi nunggu di Polres aja. Ini udah telat 1,5 jam dari jam buka Polres. Masih ada nggak ini blangkonya? Haduuuh. Alamat hangus ini. Hhuhuhu..

Apakah saya berhasil memperpanjang SIM C? Atau hangus dan harus membuat ulang dari awal? Tunggu blogpost selanjutnya yaa…

Sebagai catatan untuk kamu yang ingin memperpanjang SIM C ataupun SIM A, kamu perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1. SIM dapat diperpanjang pada tahun terakhir berlakunya kartu. Jadi dalam kasus saya yang jatuh tempo pada 23 Desember 2018, sebenarnya sudah bisa dilakukan perpanjangan mulai 1 Januari 2018. Info ini berdasarkan pernyataan Kanit Regident Satlantas Polrestabes Bandung, AKP Suswanti dalam pembicaraannya di sebuah radio di Bandung yang dikutip oleh www.blogotive.com dari kutipan prfmnews. Jadi jangan tunggu akhir-akhir seperti saya yaa. Ntar panik sendiri lagi. Hhe..

2. Jangan sampai lewat masa berlaku SIM ya. Sekarang tanpa ampun. Telat 1 hari = buat SIM baru. Hal ini sesuai dengan PP Nomor 44 Tahun 1993 Pasal 230 yang menyatakan bahwa SIM tidak berlaku apabila : a. Masa berlaku kartu habis, b. Dalam keadaan rusak sehingga tidak bisa terbaca lagi, c. Digunakan orang lain, d. Diperoleh dengan cara tidak sah, e. Data yang terdapat dalam surat izin mengemudi diubah.

3. Big note, perpanjangan SIM bisa dilakukan dimana saja. Tidak harus di kota asal yaa. Jadi tak perlu mudik jauh-jauh untuk memperpanjang SIM kamu.

4. Sebelum memutuskan menggunakan layanan Mobil SIM Keliling, kamu harus memastikan terlebih dahulu jadwal Mobil SIM Keliling. Jadi bisa lebih efisien waktunya daripada menggunakan jurus cegat mobil seperti yang saya lakukan. Hhi..

5. Sebelum mengejar SIM Keliling Purwakarta, alangkah baiknya jika kamu menghubungi 0264-8222911 atau SM ke Instagram @satlantas_purwakarta. Nah itu di brosurnya Sabtu jam 16.00 baru mulai SAWEER, tapi dalam kasus saya, jam 08.10 WIB sudah ada di situ.

6. Bigger note untuk para pemburu layanan perpanjangan SIM A ataupun SIM C dengan asal SIM dan KTP luar kota yang ingin perpanjang melalui Mobil SIM Keliling, pastikan bahwa Mobil SIM Keliling daerahmu memiliki layanan Perpanjang SIM Online. Menurut info Ibu Titik Koma dan Bapak Egga, Mobil SIM Keliling area Surabaya dan Bandung sudah bisa melakukan Perpanjang SIM Online. Purwakarta? Belom bisaaa. Ish.

Sekian, sampai jumpa di blogpost selanjutnyaaa. Masih dengan curhatan tentang Perpanjang SIM C..

Sumber gambar : selfdesign & ayobandung.com

0 komentar: