Membabat Habis Nasi Babat di Surabaya
Sepiring nasi putih hangat, capcay, tempe goreng, dan sambal yang aduhai pedasnya menemani buka puasa kami di Senin sore yang meredup. Melengkapi itu, segelas air putih dingin bersama beberapa potong buah mentimun mas dihidangkan. Sungguh cukup membuat perut kami berkata kenyang. Ah, kakak sepupu ipar saya memang jago membuat perut bahagia.
Tapi sejurus kemudian,
“Masih muat ndak perutnya?”
“Masih dong,” kataku riang meski setengah ragu.
“Mau makan apalagi? Nanti sekalian pulang kita beli ya..” ujar Mas Suami.
“Mau tahu campuuur. Ya ya ya?” rajukku manja.
“Jauh kalo beli tahu campur. Mau coba nasi babat aja ndak?”
“Mau mauuu. Tapi nasinya boleh setengah aja kan ya? Udah cukup kenyang.”
“Boleh-lah.”
Ya, tinggal berjauh-jauhan (baca : LDR) membuat kami harus menunggu saat bertemu untuk sekedar mengajak satu sama lain ke tempat baru yang seru. Entah tempat makan, tempat nongkrong, atau sekadar tempat jalan-jalan santai. Dan tidak surprise jika ia mengajak saya pergi ke Warung Tenda Nasi Babat yang ia ceritakan beberapa waktu lalu. Tapi sekarang? Saya kenyang. Cukup kenyang. Tapi tak cukup tega mengikhlaskan kesempatan mencoba makanan baru. Bilang saya makannya banyak, tak apa. Hhi..
Menit dan detik berlalu. Kami akhirnya berpamitan pulang. Menerobos padatnya lalu lintas di area Sidoarjo, terus hingga ke daerah Jemursari. Lalu berhenti di mini market Sakinah yang berada di kiri jalan jika kita berjalan ke arah Rungkut. Kukira Mas Suami mengajakku belanja. Ternyata, di sudut kiri mini market syariah itulah Warung Tenda Nasi Babat berdiri.
Tapi sejurus kemudian,
“Masih muat ndak perutnya?”
“Masih dong,” kataku riang meski setengah ragu.
“Mau makan apalagi? Nanti sekalian pulang kita beli ya..” ujar Mas Suami.
“Mau tahu campuuur. Ya ya ya?” rajukku manja.
“Jauh kalo beli tahu campur. Mau coba nasi babat aja ndak?”
“Mau mauuu. Tapi nasinya boleh setengah aja kan ya? Udah cukup kenyang.”
“Boleh-lah.”
Ya, tinggal berjauh-jauhan (baca : LDR) membuat kami harus menunggu saat bertemu untuk sekedar mengajak satu sama lain ke tempat baru yang seru. Entah tempat makan, tempat nongkrong, atau sekadar tempat jalan-jalan santai. Dan tidak surprise jika ia mengajak saya pergi ke Warung Tenda Nasi Babat yang ia ceritakan beberapa waktu lalu. Tapi sekarang? Saya kenyang. Cukup kenyang. Tapi tak cukup tega mengikhlaskan kesempatan mencoba makanan baru. Bilang saya makannya banyak, tak apa. Hhi..
Menit dan detik berlalu. Kami akhirnya berpamitan pulang. Menerobos padatnya lalu lintas di area Sidoarjo, terus hingga ke daerah Jemursari. Lalu berhenti di mini market Sakinah yang berada di kiri jalan jika kita berjalan ke arah Rungkut. Kukira Mas Suami mengajakku belanja. Ternyata, di sudut kiri mini market syariah itulah Warung Tenda Nasi Babat berdiri.
Warung Tenda Nasi Babat ini tidak cukup besar. Warung itu bisa dibilang hanya mampu memuat 12-15 orang saja dalam waktu bersamaan. Beruntung saat saya tiba, hanya ada sepasang suami istri yang tengah duduk khidmat sembari mengunyah Nasi Babat yang mereka pesan. Tapi soal kebersihan, jangan ditanya. Warna mejanya yang hijau terang membuat saya dengan mudah mengecek apakah sisa-sisa makanan dan minuman bertengger di atas meja. Kursi boleh kusam, tapi kebersihan meja tetap terjaga. Two thumbs up for this mini kedai.
Lalu kulirik daftar menu yang terpampang nyata di depan kami. ‘Nasi Babat Usus, 13.000. Nasi Babat Paru, 13.000. Nasi Usus Paru, 13.000. Murmer kaliii..’ batinku riang. Minuman yang terdiri dari Es Beras Kencur, Es Kunyit Asam, dan Es Jeruk pun hanya dibanderol 4.000 rupiah sedangan Es atau Teh Manis hangat dibanderol 3.000 rupiah saja. Murah kaaan.
“Mau makan apa?”
“Nasi Babat Usus aja. Nasi separuh. Sama Es Teh Manis. Hhe..”
“Nasi Babat Usus 1, Nasi Babat Paru 1, Es Teh 2 ya..” kata Mas Suami ke Ibu Nasi Babat.
Lima menit kemudian, makanan dan minuman pilihan kami dihidangkan. ‘Lha kok ukuran nasinya sama? Kan udah bilang separuh ya punyaku?’ batinku gusar. ‘Ah, yasudahlah. Mungkin rejeki mahluk lain nih*.’ Batinku kemudian. Hhe.. Di depanku, sepiring nasi jagung dengan potongan babat, usus, sepotong mentimun, segerombol daun kemangi, dan sejumput sambal korek mengerling manja. Baru kali ini saya makan nasi babat. Dan baru tau juga kalau makannya pakai nasi jagung. Baunya wangi menggoda.
Saya buru-buru mencicip. Enaaak. Babatnya lembut dan gurih. Ada bumbu-bumbu seperti kelapa parutnya gitu juga. Entah kelapa entah lengkuas parut. Tapi bikin gurih. Nasinya lembut, jagungnya juga tidak keras. It’s yummy. Sambalnya pedas untuk ukuran saya yang cupu ini. Tapi, makan nasinya kurang pas kalau tanpa sambal. Waaah.
Sesendok, dua sendok, tiga sendok. Saya kunyah dengan hati riang. Babat habis. Nasi? Tinggal 3 sendok aja. Hahaha. Tadi sok gusar bakal gak habis nasinya. Eeeeh, sisa dikit banget. Itupun karena babat dan ususnya sudah habis, kalau masih ada, mungkin nasinya habis juga. Hhi.
Jadi kalau kamu ke Surabaya, wajib bin kudu cobain Nasi Babat yaa. Murah meriah tapi enak kaliii. Cuma ya jangan tiap hari juga ke sini. Nanti main ke Surabaya seminggu, tiap hari beli Nasi Babat lagi. Wkwkwk. Bahaya. Kolesterol mengintai.
Saya buru-buru mencicip. Enaaak. Babatnya lembut dan gurih. Ada bumbu-bumbu seperti kelapa parutnya gitu juga. Entah kelapa entah lengkuas parut. Tapi bikin gurih. Nasinya lembut, jagungnya juga tidak keras. It’s yummy. Sambalnya pedas untuk ukuran saya yang cupu ini. Tapi, makan nasinya kurang pas kalau tanpa sambal. Waaah.
Sesendok, dua sendok, tiga sendok. Saya kunyah dengan hati riang. Babat habis. Nasi? Tinggal 3 sendok aja. Hahaha. Tadi sok gusar bakal gak habis nasinya. Eeeeh, sisa dikit banget. Itupun karena babat dan ususnya sudah habis, kalau masih ada, mungkin nasinya habis juga. Hhi.
Jadi kalau kamu ke Surabaya, wajib bin kudu cobain Nasi Babat yaa. Murah meriah tapi enak kaliii. Cuma ya jangan tiap hari juga ke sini. Nanti main ke Surabaya seminggu, tiap hari beli Nasi Babat lagi. Wkwkwk. Bahaya. Kolesterol mengintai.
Kata temen-temen sih di daerah Pegirian ada yang enak. Saya belom pernah coba. Tapi bagiku yang ini sudah enak. Pokoknya kalau kalian mau ke tempat ini, patokannya minimarket Sakinah di jalan Jemursari aja ya. Selamat mencobaaa..
*ilmunya Mas Suami, kalau makanan sisa tuh gak boleh bilang dibuang. Tapi bilang rejekinya mahluk lain. Jadi pas naruh di tempat sampah jangan diikat kuat-kuat. Biar para kucing dan mahluk lainnya bukanya gampang.
2 komentar: