#GaragaraSiska : Berkenalan dengan Parfum

Halo, apa kabar kamu ? Saya Laily Amalia, co-founder dan penutur cerita di Leblung.com.
Setelah hiatus dari blog ini hampir 5 tahun lamanya, saya selalu ingin menuliskan sapaan tersebut di awal tulisan. Karena buat saya, pertanyaan tersebut selalu mampu menyisipkan perasaan hangat dan menenangkan. Oh ya, kali ini saya akan memulai serial #GaragaraSiska, cerita nano-nano bagaimana saya menghadapi perempuan di usia awal 20 tahun-an yang tiba-tiba menjadi penghuni tetap RL Haus (baca : rumah saya dan suami). 

Serial #GaragaraSiska kita mulai dengan : parfum. 
Apakah kalian pernah membaca novel Aroma Karsa karya Dee Lestari ? Jika belum, novel setebal 724 halaman yang terbit pada tahun 2018 silam itu, bercerita tentang kehidupan pemuda bernama Jati Wesi. Sedari kecil, ia hidup di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Bantar Gebang. Hidup di antara tumpukan sampah tidak lantas menjadikan indera penciumannya tumpul, namun semakin tajam bahkan ia bisa mengurai komposisi kimia dari sebuah bau dari jarak jauh. Yang kuingat pasti, novel ini memberikanku pengetahuan baru bahwa indera penciuman merupakan indera pertama yang tumbuh pada masa awal kehidupan seorang manusia. Dilansir dari situs UT Southwestern Medical Center, indera penciuman bayi telah tumbuh dan dapat bekerja baik pada usia kehamilan 11 – 15 minggu. Keren ya. MasyaAllah.


Dan indera penciumanku, entah mengapa seperti tidak bersahabat dengan bau-bau tajam, apalagi bau alkohol. Hingga di suatu waktu, bau wangi menyeruak di ruang makan kami. Wangi yang menyiksa hidungku. Parfum Siska.
Sekali dua kali hingga entah berapa kali, kubiarkan bau itu menusuk pori-pori dalam hidungku. Tak jarang, sakitnya menjalar hingga pangkal hidung atau berakhir sakit kepala.
“Jangan banyak-banyak pakai parfumnya,” kataku. 
Dia hanya tersenyum simpul. Pada detik itu, memori otakku memunculkan sebuah dialog yang terjadi berbulan-bulan lalu. 
“Kemarin sewaktu acara kumpul-kumpul keluarga, aku kan pakai parfum. Batinku, ‘Tante, cium nih aku lagi wangi.’ Hhi. Kan biasanya anaknya Tante Ella wangiii banget. Kalau dia lewat tuh baunya ketinggalan. Jadi aku pengen orangnya tau kalo aku juga lagi wangi,” cerita Siska sambil menggebu-gebu. Bukan Siska yang biasanya nampak diam dan minim ekspresi.
Di momen itu pula kusadari bahwa tak mungkin memintanya tidak menggunakan parfum. Itu sama mustahilnya dengan menjauhkan diriku dari Es Teh Manis. Aaargh. Haruskah kuberdamai dengan rasa sakit di hidungku ? Apakah semua parfum memang menusuk hidung ? Apakah parfum memang harus menguar memenuhi ruangan ? Eh tunggu. Para budak korporat di ruanganku juga pengguna parfum. Sebagian wangi lembut, sebagian lain wangi menyesakkan hidung, dan sebagian lainnya hanya tercium wangi sesekali saat bergerak. Hmm tapi parfum apa yang mereka pakai ya ? Kucuma tau wangi buah-buahan milik The Body Shop. Hhi. Baiklah, kuterpaksa berkenalan dengan dunia parfum, #GaragaraSiska.
Sejarah parfum dimulai pada 4.000 tahun sebelum masehi, yaitu saat Bangsa Mesopotamia yang menghuni daerah aliran Sungai Efrat dan Tigris (kini bernama Irak) membakar berbagai damar dan kayu pada acara keagamaan mereka. Itulah mengapa nama parfum digunakan oleh Bangsa Perancis untuk menggambarkan wewangian ini. Parfum berasal dari penggabungan 2 kata latin, yaitu per yang berarti melalui dan fumus yang berarti asap. Yah kalau kita jabarkan lebih lanjut, dapat berarti aroma yang muncul melalui asap pembakaran dupa. Sejarah berlanjut saat budaya ini masuk ke Mesir pada 3.000 tahun sebelum masehi. Pembakaran dupa masih terbatas untuk upacara keagamaan, sedangkan untuk kesenangan, Bangsa Mesir biasa menggunakan parfum untuk berendam. Wow. Kutak sanggup membayangkan betapa wanginya mereka setelah berendam parfum.


Tahun demi tahun berlalu, parfum pun berubah wujud dari dupa menjadi parfum cair. Bentuk cair tersebut, pertama kali diciptakan oleh Bangsa Yunani menggunakan teknik penyulingan yang dilakukan oleh Bangsa Arab. Pada abad ke-17, parfum meraja lela di berbagai negara. Parfum tidak lagi digunakan pada acara keagamaan, namun beralih fungsi untuk menutupi bau badan yang tidak sedap. Bahkan saat Henry VIII dan Ratu Elizabeth I memimpin pemerintahan Inggris, seluruh tempat umum diberi wewangian karena sang ratu tidak dapat mentolerir bau tidak sedap. 

Tidak hanya bentuk dan kegunaannya, komposisi parfum pun juga berkembang seiring waktu. Jika pada awal perkembangan hanya menggunakan bunga Tunggal, kini sebuah parfum sudah terdiri atas berbagai minyak esensial dari tanaman dan ditambahkan dengan alcohol sebagai fiksatif yang membuat wangi parfum lebih tahan lama. Komposisi yang beragam ini juga menjadikan parfum masa kini memiliki top notes, middle notes, dan base notes. Apakah itu ? Kita bahas di serial kedua #GaragaraSiska yaa..

Referensi :

Ibu dan Retawu Deli yang Menawan

Hai. Apa kabar kamu ? Saya Laily, co-founder dan content creator leblung.com. 

5 tahun berlalu begitu cepat ya. Rasanya baru kemarin saya menulis cerita tentang perjalanan memperpanjang masa berlaku SIM C saya di kota Purwakarta, Jawa Barat. Tapi ternyata itu adalah cerita 5 tahun yang lalu. Iya, tepat di bulan Desember tahun 2018 lalu. Dan dalam kurun waktu 5 tahun ini, banyak sekali perubahan yang terjadi. Mulai dari kepindahan saya dari Jawa Barat ke Jawa Timur, melampaui masa-masa menegangkan Covid-19, rumah baru, dan sebentar lagi akan dilengkapi dengan hadirnya keponakan baru. Bagaimana dengan 5 tahunmu ?

Kali ini saya ingin bercerita tentang Ibu dan Retawu Deli.

Ibu adalah pemilik toko kue kecil bernama ApungCakery. Toko kue yang beliau bangun sejak saya masih berusia kanak-kanak ini adalah bukti kecintaan Ibu pada dunia masak-memasak. Hal ini pula yang menyebabkan saya cukup jarang jajan di luar. Agenda pulang ke Malang selalu dipenuhi dengan ngobrol ditemani kue-kue lezat bikinan Ibu. Kalaupun saya ingin jajan, jawaban yang hampir selalu saya dengar adalah, “Kayaknya Ibu bisa bikin itu deh, Dik. Ibu bikinin aja yah.” Namun ada satu toko kue yang tidak tertolak oleh Ibu, Retawu Deli namanya. 
Retawu Deli adalah toko pastri atau patiseri* yang terletak di Jalan Retawu No 4, Kota Malang. Berada di sudut Jalan Retawu, toko kue ini menjadi satu kesatuan dengan Kedai Ramen Master. Tapi tak perlu takut salah masuk, dari kejauhan kamu akan melihat fasad bangunan klasik berwarna merah bold. Bangunan berbentuk kotak simetris yang terdiri dari 2 lantai ini dilengkapi dengan banyak jendela besar di sisi kanan dan kiri, khas bangunan Perancis. Perpaduan fasad khas Perancis dengan warna bold khas bilik telepon Inggris ini memberi kesan mewah sekaligus hangat. Dan segaris senyum gembira selalu nangkring di wajah Ibu setiap kali ia akan memasuki Retawu Deli.

Berbeda dengan tema bagian eksterior, untuk interior bangunan, pemilik toko memilih tema Tropical Bohemian. Kamu bisa melihat lampu-lampu rotan dan rug atau karpet boho memenuhi sudut toko. Sedangkan kesan tropical ditampakkan dengan gambar daun-daun besar dengan dasar warna merah muda pada dinding toko. Perpaduan yang jarang digunakan tapi berhasil membuat kita merasa nyaman di dalamnya.

Retawu Deli yang beroperasi sejak tahun 2019 ini menyediakan berbagai jenis kue seperti croissant, flan, tourte, hingga tarte. Kue-kue lezat nan cantik itu dijual dengan harga bervariasi mulai dari 18.000 hingga 400.000 rupiah. Favorit saya adalah Croissant Grandma’s Favorite, croissant klasik tanpa isian. Kulitnya yang renyah ketika dimakan selagi hangat dengan perpaduan gurihnya butter di setiap lapisannya membuat croissant ini istimewa. Berbeda denganku, Ibu lebih suka menyantapnya saat dingin. Saat sudah mulai layu dan lesu tak berdaya. Katanya, “Empuk-empuk enak gitu, nak.”
Selain lebih suka menyantapnya saat layu, Ibu juga lebih memilih croissant dengan topping manis seperti Strawberry Danish Retawu atau Today Fruit Danish tipe peach. Selain croissant, saya baru mencoba Original Sourdough. Rotinya kenyal dengan lapisan luar yang keras. Mm, saya tidak tahu standar sourdough yang baik dan benar, tapi saya tidak bisa menyebut roti ini istimewa. Saya jauh lebih suka sourdough milik Ant Bakery dari Kota Bandung yang lembut dan sedikit kenyal. Oh ya, sebagai pelengkap, Retawu Deli juga menyediakan berbagai minuman seperti kombucha, coklat, kopi, dan jus. Harganya pun beragam mulai dari 15.000 hingga 40.000 rupiah.
Toko kue yang selalu ramai pengunjung ini buka mulai pukul 07.00 hingga pukul 20.00 WIB setiap hari. Khusus pembelian secara online melalui WhatsApp, Retawu Deli hanya melayani pemesanan mulai hari Senin hingga hari Jum’at maksimal pukul 18.00 WIB pada h-1 pengambilan. Layanan ini bisa kamu gunakan agar tidak kehabisan produk yang kamu incar. Hhe.
Selain bangunannya yang nyaman dan kuenya yang lezat, Ibu suka sekali dengan aura para pramuniaga di Retawu Deli. “Seru ya nak, anak muda banget gitu lho.” Jikalau suatu saat kita bertemu di Retawu Deli, kamu akan memandang wajah Ibu yang tidak berhenti tersenyum dan mata yang berbinar melihat kue-kue cantik, barisan pengunjung yang mengular, dan para pramuniaga yang sigap melayani pembeli. Kalau Ibumu suka berkunjung ke toko kue mana ? Share di kolom komen ya, mungkin bisa saya dan Ibu kunjungi di lain waktu. ^^

*Patiseri /pa·ti·se·ri/ n : toko yang mengkhususkan diri pada pembuatan roti dan kue-kue dari Prancis
**Croissant lebih dikenal sebagai kue berlapis-lapis yang berasal dari Perancis. Namun beberapa sumber menyatakan bahwa croissant adalah hasil modifikasi dari kue kipfel yaitu kue khas negara Austria. Pada tahun 1683, kue kipfel dibuat sebagai kudapan perayaan atas kemenangan Kerajaan Austria melawan penggepungan pasukan Turki. Dan untuk menggambarkan bendera Turki, kue kipfel dibuat berbentuk bulan sabit. 




FIXED - Masalah ads.txt untuk blogger atau blogspot di Custom Domain

Baru-baru ini Google Adsense mengeluarkan kebijakan baru, salah satunya adalah dengan meminta kita melakukan perubahan atau pemasangan file ads.txt di blog atau website yang kita punya di root folder supaya robot Google bisa akses dan verifikasi file ads.txt tersebut secara langsung melalui alamat namadomainkita.com/ads.txt.

Untuk website biasa, saya rasa itu tidak menjadi masalah yang berarti. Karena kita tinggal taruh file ads.txt yang bisa didapatkan dari halaman dashboard adsense kita ke dalam hosting dimana website kita berada.

Namun bagi pengguna platform blogger atau blogspot yang mana mereka membungkus alamat blogger atau blogspotnya dengan custom domain, permasalahan diatas akan sedikit menyulitkan. Disini saya ingin berbagi pengalaman ketika saya mendapati masalah seperti gambar dibawah ini, dan apa yang saya lakukan untuk mengatasi pesan error / warning di dashboard google adsense tentang fix now ads.txt.


SOLUSI

Silahkan kalian ikuti langkah-langkah berikut untuk mengatasi masalah seperti yang bisa kalian lihat pada gambar diatas.
  1. Download file ads.txt dari Google Adsense Dashboard kalian.
  2. Masuk ke Blogger, dan pilih blog atau website yang ingin diatur (jika kalian punya lebih dari satu).
  3. Kemudian dibagian kiri ada sekumpulan menu, cari menu Settings.
  4. Lalu masuk ke Search preferences.
  5. Pada bagian Monetization - Custom ads.txt, silahkan pilih Enable. Lalu isikan sesuai dengan text yang ada di file ads.txt yang sudah kalian dapat di langkah 1 diatas. 
  6. Langkah terakhir, masih di menu yang sama (Search preferences). Di bagian Custom robot header tags, pilih Enable dan atur sesuai dengan gambar dibawah ini.

Kebanyakan referensi terkait masalah ads.txt di blogger / blogspot custom domain, hanya berhenti pada pengaturan Custom ads.txt sesuai di langkah 5, pada kenyataannya sampai disitu saja belum bisa menghilangkan pesan error seperti yang terlihat pada gambar pertama diatas, karena ketika kita coba verifikasi sendiripun kenyataannya memang masih belum bisa diakses file ads.txt tersebut.

Cara untuk verifikasi adalah dengan kunjungi namadomainkita.com/ads.txt. Jika kalian berhenti pada langkah 5 saya yakin ketika akses di URL tersebut, secara otomatis akan dilempar / redirect ke homepage website kita sendiri.

Maka pastikan kita lakukan konfigurasi sesuai langkah 6 yang saya sebutkan diatas, setelah itu coba akses namadomainkita.com/ads.txt, buktikan sendiri hasilnya. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua, sampai jumpa lagi.

Perjuangan Perpanjang Sim C Belum Berakhir

Kok geli ya baca judulnya? Hha. Jadi inget reality show jaman baheula berjudul “Termehek-mehek” yang hostnya Cici Panda sama Mandala Shoji. Kan ada sebutannya Pejuang Tangguh tuh di situ (seingetku sih. Hhe). By the way, masih ingat kisah saya di blogpost “Keliling Kota Demi Perpanjang Sim C”? Yang panik-panik karena ternyata SIM Keliling di Purwakarta belum bisa melayani perpanjangan SIM dari SIM dan KTP luar kota itu loh. Hahaha. Saya lanjutkan cerita perjuangan saya yaa..

Dengan kepanikan yang naik level lagi setelah tahu tak bisa mengurus perpanjangan SIM C di Mobil SIM Keliling Purwakarta, saya memacu si Merah lebih kencang. Begitu sampai Polres, buru-buru saya parkir si Merah dan lari ke Loket Pendaftaran. Di belakang si Bapak Polisi, tertempel kertas manila berwarna putih dengan tulisan tangan. Terbaca :


“Pak, saya mau perpanjang SIM.”
“Itu syaratnya sudah?” katanya sembari menunjuk kertas manila yang telah khatam saya baca.
“Tes kesehatan dimana, Pak?”
“Itu syaratnya.”
“Iya Pak, tes kesehatannya dimana? Klinik depan?”
“Di sebelah. Keluar Polres belok kanan.”
“Di luar neng..” Ibu-ibu kantin Polres yang ada di dekat Loket Pendaftaran ikut menyahut.

Tanpa babibubaba, saya lari ke arah yang ditunjuk. Sebuah klinik super mini dengan banyak motor terparkir di depannya dan sebuah gerobak mie ayam yang banyak pembelinya teronggok lusuh di sana. Tak ada perawat. Hanya ada seorang laki-laki paruh baya berbadan kecil, berkulit coklat, mengenakan kemeja pendek garis-garis, celana kain warna hitam, dan sandal kulit sintetis di balik tirai warna hijau yang hanya tertutup sebagian. Di dalam klinik sudah ada banyak orang duduk-duduk di meja antrian. Di atas sebuah kursi plastik, terdapat nomor-nomor antrian sederhana. Melihat yang duduk-duduk memegang kartu itu, jadilah saya langsung ambil nomor. Tertulis di kertas manila berwarna pink itu, angka 24. Saya lega. Kok? Kalau semua yang daftar diharuskan tes kesehatan di sini, berarti baru ada kurang dari 23 orang yang tes dong. Saya masih masuk dalam kuota blangko SIM yang katanya cuma 100 per hari itu.

Satu per satu pasien dipanggil sesuai nomor urut. Sependengaran saya, hanya ditanyai golongan darah dan tes buta warna. Sesekali ada yang diukur tinggi dan berat badannya. Tak ada pengukuran denyut nadi atau tensi meski saya lihat di meja belakang si dokter ada alat itu. Hmm. Entahlah. Di sebelah saya duduk perempuan muda berusia 18 tahun dengan memegang nomor antrian 23. Kami berbincang-bincang sedikit untuk mencairkan suasana. Setelah dia dipanggil, saya menggeser duduk saya ke ujung kursi tunggu. Dari situ, nampak jelas wajah si dokter. Alih-alih memeriksa si perempuan muda itu. Dia berkata ;

“Keluarga dokter ya?”
“Eh?” jawab saya untuk memastikan pertanyaan.
“Teteh keluarga dokter?” ujarnya lagi sambil menscan saya dari ujung kepala hingga kaki.
“Oh bukan. Saya mau perpanjang SIM.”
“Kirain keluarga dokter,” ujarnya sambil tersenyum.
Mm, cita-cita saya sih jadi dokter bedah forensik dulu,” batin saya. Hhe..

Setelah perempuan muda selesai, saya dipanggil. Dan benar. Si Dokter cuma menanyakan golongan darah, tahu tinggi dan berat badan saya sendiri ndak, urus SIM apa, dan tes buta warna 2 lembar. Selesai. Untuk tes kesehatan ini, saya mengeluarkan uang Rp 30.000 saja. Surat sehat sudah di tangan. Saya kembali lari ke Loket Pendaftaran.

Saya menyerahkan semua syarat yang diwajibkan. Sang Bapak Polisi mengambil satu map kertas berwarna biru lalu men-staples semua syarat itu termasuk kartu SIM saya yang lama. “Isi ini dulu, Teh.” Di dalam map terdapat blangko berukuran A3 yang sudah dilipat 2. Kami hanya diwajibkan mengisi halaman pertama yang berisi :


Saya lupa foto blangkonya, jadi ini nyomot dari blog ilhabibi.com. Sedangkan halaman kedua berisi keterangan lulus atau tidaknya persyaratan administrasi, hasil uji teori, hasil uji praktek 1, dan hasil uji praktek 2 yang nantinya akan diisi oleh petugas dari Polres Purwakarta. Setelah selesai mengisi formulir, saya dipersilahkan masuk ke Ruang Registrasi yang berada di sebelah kiri Loket Pendaftaran. Di situ, berkas dan formulir yang telah diisi diletakkan di meja. Saya antri kembali untuk menunggu proses regitrasi online yang dilakukan oleh petugas. Sekitar 10 menit menunggu. Nama saya dipanggil.

“Laily Amalia…”
“Iya Pak”
“Laily Amalia R ya?”
“Asli Malang, lahir 23 Desember 1990 ya?”
“Nama ibu kandung siapa?”
“Yablablabla….”
“Ayah kandung?”
“Mublablabla…”
“Oke. Data sudah benar, silakan masuk ke Ruang Foto di sebelah ya..”
“Baik Pak, terimakasih.”

Saya pun pindah ke ruang sebelah. Ruang Tunggu Foto yang ukurannya lebih kecil dari Ruang Tunggu Registrasi. Satu per satu antrian dipanggil. Sekitar 15 menit berselang. Nama saya dipanggil sesuka bapaknya.

“Laila Amalia..”
“Iya Pak..”
“Silakan duduk”
“Oh maaf, Laily Amalia yaaa.. Asli Malang, lahir 23 Desember 1990 ya. Silakan kacamatanya dilepas dulu, kita foto. Yak sudah. Kacamata boleh dipakai kembali, sekarang silakan tanda tangan digital di sini. Sudah? Sekarang sidik jari dulu kanan kiri. Sudah.. Silakan bawa berkas ini ke Ruang Ujian Teori.”
“Terimakasih, Pak..”

Alamaaak. Kok pake ujian segala? Jangan-jangan ujian praktek juga aku nih? Bukannya perpanjang gak pakai ujian ya?” batinku rusuh. Setelah masuk ke Ruang Teori yang berada di depan Ruang Foto, terjadilah percakapan ini :

“Iya Teh?”
“Mau perpanjang SIM C, Pak.”
“Oh iya.”
Lalu Bapak Petugas langsung membubuhkan tanda tangan dan stempel di kolom Ujian Teori pada halaman kedua formulir. Saya melongo. Heran sekaligus bahagia. Dan di depan saya, berjejer komputer-komputer ujian teori yang kosong tak bertuan.

“Silahkan ke Lapangan Uji Praktek ya. Di sana cuma minta tanda tangan dan stempel kok.”

Hhe. Nampaknya si Bapak Petugas tau kalo saya panik mau diuji. Dengan hati sedikit lapang, saya menuju Lapangan Uji Praktek. Di depan saya, jalur-jalur untuk ujian praktek terpampang nyata dan kosong melompong. Saya berjalan ke arah ruangan di pinggir lapangan. Di situ, kembali saya serahkan map kertas berisi formulir dan berkas pendukung. Lagi-lagi, tanpa babibubaba, si Bapak Petugas membubuhkan tanda tangan di kolom Ujian Praktek 1 dan Ujian Praktek 2 pada halaman kedua formulir. Setelahnya, saya diminta ke ruang sebelah yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ruang Pengambilan SIM.

Yuhuuu. SIM baru akan segera saya genggam. Begitu masuk ruangan, ada Ibu-Ibu petugas yang menyapa saya ramah.

“Siniin Teh berkasnya. Perpanjang SIM C ya? Biayanya 75 ribu yaa.. Bayar di sini.”

Saya menyerahkan selembar uang Rp 100.000,-. 

“Ini kembaliannya dan ini struknya. Struknya dimasukin ke kotak putih di loket itu ya. Setelah itu, tunggu aja tinggal ambil SIM-nya.”
“Baik Bu. Terimakasih.”

Biaya ini sesuai dengan keterangan yg ada di www.polri.go.id, bahwa menurut PP Nomor 50 Tahun 2010 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang termaktub (bahasanyaa) dalam lampiran, disebutkan 1. 1. Biaya Penerbitan Baru    :
    a. SIM A                         : Rp 120.000,-
    b. SIM B I                       : Rp 120.000,-
    c. SIM B II                      : Rp 120.000,-
    d. SIM C                         : Rp 100.000,-
    e. SIM D                         : Rp 50.000,-
    f. SIM Internasional       : Rp 250.000,-
2. Biaya Perpanjangan SIM     :
    a. SIM A                              : Rp 80.000,-
    b. SIM B I                            : Rp 80.000,-
    c. SIM B II                           : Rp 80.000,-
   d. SIM C                               : Rp 75.000,-
   e. SIM D                               : Rp 30.000,-
   f. SIM Internasional             : Rp 225.000,-

So, it means no pungli-pungli yaaa.. Setelah itu, saya pun melakukan instruksi si Ibu Petugas yang ramah itu. 5 menit kemudian, nama saya kembali dipanggil.
“Laily Amalia..”

Lalu SIM C baru disodorkan melalui lubang kecil pada loket. Mata saya berbinar bahagia. Horeeee..! Berakhirlah sudah perjalanan panjang demi perpanjang SIM C ini..

Keliling Kota Demi Perpanjang SIM C



“Adik SIM-nya expired kapan?”
“Belum aku liat, Pak. Bentar yaa..”
5 detik kemudian…
“Tahun iniiiii. Pas aku ulang tahun besok, Pak. 23 Desember. Omigad. Gimana dong?”
“Ya coba adik perpanjang di Purwakarta aja biar ndak usah pulang ke Malang. Adik balik kapan lho bulan Desember ini?”
“Tanggal 22, Sabtu siang Pak..”

Yak. Bapak saya memang alarm paling tepat waktu. Pantes kalau dulu dijadikan patokan jam oleh para tetangga. Iya, karena waktu berangkat kerjanya selalu tepat. Misal lewat depan rumah Pak Paijo jam 06.30 WIB, ya besok, besoknya lagi, besok-besoknya lagi, besok-besok-besoknya lagi, dan sepanjang tahun kecuali hari libur, akan lewat depan rumah Pak Paijo jam 06.30 WIB. War biasaaah. Ditiru sama anaknya? Hmmm. Enggak sih. Hahaha. Saya suka telat karena males mandi dan mandinya lama. Maap lho, Pak.

Daaan. Wasap Bapak di awal Desember itu cukup membuat saya panik. Desember ini nampaknya tak mungkin untuk bolos kerja. Extra job desk dan pe-er belajar cukup membuat kepala saya pening, penuh, dan kadang mau meledak. Wkwkwk. Aduuuh. Aduh. Jadi, waktu berburu perpanjangan SIM C cuma bisa dilakukan saat weekend. Lebih tepatnya hari Sabtu ajah karena Minggu Pak Police penggurus SIM liburrr.

Tapi eh tapi, minggu pertama Desember barang tentu sudah tak bisa. Kami sekeluarga harus bertolak ke Makassar untuk mengantar musuh bebuyutan saya (baca : kakak kandung laki-laki satu-satunya) untuk menculik gadis Makasar ke dalam hidupnya. Hhi. Iya, abang saya yang jahil itu akhirnya menikaaah. Alhamdulillah.

Minggu kedua ada acara Mini Family Gathering bareng teman sebidang di Lembang (kalo gak salah. Kulupa-(in) juga). Minggu ketiga yang adalah tanggal 22 Desember, saya baru tiba di Surabaya pukul 09.37 WIB karena mudik naik Kereta Api Harina. Sooo, mau gak mau saya harus berburu di minggu kedua dongs yaa. Gapapa gak ikut Mini Family Gathering itu. Kan udah barengan ini pas Employee Gathering dan Outroad 2018.

Setelah memutuskan waktu berburu, kepanikan saya yang berada di level 9 dari 10 itu belum turun juga. Iya. Karena kalo hangus, saya gak yakin akan lulus tes mengemudi. Huahaha. Cupaw kalo kata suami saya mah. Yaaa kan kata orang-orang tuh ribet bikin SIM baru. Bakal susah lulus tes, harus mengulang berkali-kali baru lulus. Jadi, wajib bin harus binti fardhu ain untuk sukses memperpanjang SIM.

Kepanikan itu pula yang bikin saya tanya sana sini.
“Eh Tik, kamu kemarin perpanjang SIM bisa kan ya di Bandung?”
“Kamu SIM Jogja apa Bandung, Tik?”
“Itu urusnya ke SIM Keliling atau ke kantornya, Tik?”
“Berkas yang perlu dibawa apa aja ya Tik?”
“Mas Tim, kalo di Purwakarta tuh, perpanjang SIM di SAMSAT yang deket rumah Mbak Ifah apa di Polres deket kosanku?”
“Cepet mana Mas Tim kalo urus di kantor sama SIM keliling?”
“Mas Ron, tau jadwal SIM keliling gak ya?”
“Bisa gak kalo KTP dan SIM luar kota, Mas Adit urus di Purwakarta?”
“Baiknya aku ke kantor apa ke SIM Keliling aja ya Mas Adit?”
Dan segambreng pertanyaan panik yang sebenernya diulang-ulang ajah, tapi ditanyain ke banyak orang. Hhe.. Dan inti jawaban mereka adalah :
1. Perpanjang SIM luar kota bisa dilakukan di Mobil SIM Keliling
2. Perpanjang SIM itu di Polres, bukan SAMSAT
3. Berkas yang perlu dibawa itu fotocopy e-ktp 2 kali, e-KTP asli, dan SIM asli.
4. Pengurusan berkas SIM lebih cepat di Mobil SIM Keliling
5. Gak ada yang tau jadwal pasti Mobil SIM Keliling area Purwakarta

Mm, okay. Level kepanikan turun menjadi 8. Masih tinggi yaa.. Jadi kuputuskan untuk pergi jam 05.30 WIB dari kosan menuju Polres Purwakarta untuk memastikan kantor mana untuk pengurusan SIM, Polres atau SAMSAT dan jadwal Mobil SIM Keliling di hari itu dimana dan jam berapa. Rada lebay sih ya berangkat jam segitu, udah kayak mau kulakan sayur ke pasar pagi. Tapi etapi, itu dilakukan karena saya mendengar desas-desus bahwa blangko pengurusan SIM dibatasi hanya 100 pcs per hari. Jadi ya, saya yang siputwati ini harus bergerak cepaaat.



Kenyataannya, saya baru berangkat jam 06.00 WIB. Hhahaha. Telur, Susu cair plain, Jamur Enoki dan Roti Canai terlalu menggiurkan untuk didiamkan saja di dalam kulkas. Jadi aku masak-masak simple dulu sebelum pergi. Trus dibekal. Hhe.. Setelah bekal Omelette Jamur dan Roti Canai topping Madu siap, saya memacu si Merah ke Polres yang berjarak sekitar 500 meter dari kosan saya. Di sana? Masih sepi jali. Bahkan bapak-bapak polisi yang sedang berjaga kaget melihat teteh-teteh tjantik berbaju tosca datang ke Polres sepagi itu.

“Pak, kalau perpanjang SIM di sini ya?”
“Iya Teh. Mau perpanjang SIM apa?”
“SIM C, Pak.”
“Iya bener di sini kok. Nanti urusnya di kantor belakang sana. Tapi baru buka nanti jam 7. Ini kepagian.”
“Oh. Iya Pak. Etapi kalo si SIM Keliling bisa juga kan ya Pak perpanjang SIM?”
“Bisa Teh. Cuma saya gak tau hari ini dimana berentinya. Kayaknya di depan UPI deh. Nanti dicek aja di sana.”
“Kalo SIM Keliling buka jam berapa, Pak?”
“Biasanya jam 8. Tapi gak tau hari ini buka gak ya. Dokternya entah ada atau enggak..” kata si Bapak kurang yakin.
“Baik Pak. Makasih infonya yaa..”

Saya balik ke motor. Memutar kunci sambil berpikir, “Pulang ke kosan apa ditunggu di sini ya? Bapaknya mana gak yakin SIM Keliling buka atau enggak. Aigooo..” Nah, kok ya kebetulan pas jalan balik ke arah kosan, saya liat Mobil SIM Keliling terparkir gagah di depan Klinik Polres. Akhirnya niat untuk balik ke kosan saya urungkan. Gapapa-lah nunggu 1 jam 45 menit buat tahu kemana mobil itu bergerak. Hahaha.

Akhirnya saya, nunggu di halaman sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak. 15 menit berlalu. Tanpa ada tanda-tanda mobil akan dikeluarkan dari parkiran. Emmh. Jadilah saya pindah duduk di depan toko kelontong yang masih tutup. Buka bekal dan mulai sarapan. Hahaha. Cewek macam apa ini sarapan di sembarang tempat? Ihh bodoh amat asal bersih tempatnya.

30 menit berlalu, mulai bosan main hape. Pindahlah saya ke sebelah toko pulsa. Ada bapak-bapak berjaket hitam yang sedari tadi nongkrong di situ juga. Watak SKSD alias Sok Kenal Sok Dekat saya muncul.
“Bapak mau ngurus SIM juga?”
“Iya neng. Eneng juga?”
“Iya Pak. Mau perpanjang SIM C.”
“Bapak mau perpanjang SIM apa?”
“Mau bikin SIM B, neng.”
“Oh, di Polres ya Pak? Kata temen saya gabisa di SIM Keliling. Saya mah di SIM Keliling aja, katanya lebih cepet. Jadi saya tungguin tuh mobil. Hhe..”
“Waduh, Bapak gatau, neng. Ini nunggu saudara aja. Kan Bapak dulu punya, tapi udah 10 tahun gak pernah diurus. Katanya sih kudu bikin SIM A dulu baru SIM B. Tapi ya gatau-lah. Bapak nunggu saudara Bapak aja. Kata dia, itu semua urusan dia. Bapak tinggal dateng aja.”
Saudara Calo, Pak maksudnya?” batinku. Yakali ngomong gitu ke Bapaknya. Hhe. Jadi saya senyum ajah.

15 menit kemudian, nampak bapak-bapak berkaos abu-abu dengan tulisan “POLISI” muncul mendekati Mobil SIM Keliling lalu lap-lap mobil. Saya langsung girang.  Lap-lap mobil saya artikan sebagai persiapan mobil akan memulai dinasnya. Hahha. Dan benar saja, tak lama kemudian mobil dikeluarkan dari parkiran. Saya yang harus nyebrang jalan dulu untuk mengikuti kemana mobil berjalan sempat tertinggal jauh. Kupacu si Merah lebih kencang. Nyeleat nyeleot kanan kiri untuk menyalip kendaraan di depan saya. Akhirnya, bisa di belakang mobil persis. Hhe..

Mobil melaju terus dan baru berhenti di SAMSAT Weekend Culinary yang berada di Gedung SAMSAT Lama, Jl Martadinata No 22. Atau kalo kamu dari arah Sadang, lokasinya setelah Yogya masih lurus. Ada di kanan jalan setelah Bank Mandiri Syariah. Jam menunjukkan pukul 08.10 WIB. Si bapak yang tadi lap-lap mobil masih sibuk menyiapkan mobil. Sudah ada 4 orang yang menunggu di luar mobil termasuk saya. Dan dari sekelumit obrolan, bapak-bapak itu juga menunggui Mobil SIM Keliling lewat, lalu dikejar. Hahaha. Gak cuma saya berarti yang pakai jurus dudul itu yaa..

Sembari menunggu saya mengambil brosur SIM Keliling yang terserak di meja kecil dekat Mobil SIM Keliling. Ini isi brosurnya :



Pukul 08.20 WIB, seorang petugas wanita datang. Beliau juga menyiapkan ini itu terlebih dahulu hingga akhirnya memanggil saya masuk ke mobil.
“Ibu mau perpanjang SIM?”
“Iya Bu..”
“Boleh saya lihat SIM lama-nya? Oh iya bener masih dalam masa berlaku kartu ya. Tapi ini SIM Malang ya Bu?”
“Iya Bu, bisa ya perpanjang di sini?”
“Mohon maaf Ibu, memang kami ke arah sana nantinya. Jadi bisa perpanjang SIM online di Mobil SIM Keliling. Tapi untuk saat ini, belum bisa Bu. Ibu bisa perpanjang di kantor Polres yang di Jalan Veteran ya Bu. Mm. Ini jam 08.30 WIB, insyaAllah petugas baru selesai apel pagi. Ibu kesana saja langsung.”

Huwaaa. Tau gitu tadi nunggu di Polres aja. Ini udah telat 1,5 jam dari jam buka Polres. Masih ada nggak ini blangkonya? Haduuuh. Alamat hangus ini. Hhuhuhu..

Apakah saya berhasil memperpanjang SIM C? Atau hangus dan harus membuat ulang dari awal? Tunggu blogpost selanjutnya yaa…

Sebagai catatan untuk kamu yang ingin memperpanjang SIM C ataupun SIM A, kamu perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1. SIM dapat diperpanjang pada tahun terakhir berlakunya kartu. Jadi dalam kasus saya yang jatuh tempo pada 23 Desember 2018, sebenarnya sudah bisa dilakukan perpanjangan mulai 1 Januari 2018. Info ini berdasarkan pernyataan Kanit Regident Satlantas Polrestabes Bandung, AKP Suswanti dalam pembicaraannya di sebuah radio di Bandung yang dikutip oleh www.blogotive.com dari kutipan prfmnews. Jadi jangan tunggu akhir-akhir seperti saya yaa. Ntar panik sendiri lagi. Hhe..

2. Jangan sampai lewat masa berlaku SIM ya. Sekarang tanpa ampun. Telat 1 hari = buat SIM baru. Hal ini sesuai dengan PP Nomor 44 Tahun 1993 Pasal 230 yang menyatakan bahwa SIM tidak berlaku apabila : a. Masa berlaku kartu habis, b. Dalam keadaan rusak sehingga tidak bisa terbaca lagi, c. Digunakan orang lain, d. Diperoleh dengan cara tidak sah, e. Data yang terdapat dalam surat izin mengemudi diubah.

3. Big note, perpanjangan SIM bisa dilakukan dimana saja. Tidak harus di kota asal yaa. Jadi tak perlu mudik jauh-jauh untuk memperpanjang SIM kamu.

4. Sebelum memutuskan menggunakan layanan Mobil SIM Keliling, kamu harus memastikan terlebih dahulu jadwal Mobil SIM Keliling. Jadi bisa lebih efisien waktunya daripada menggunakan jurus cegat mobil seperti yang saya lakukan. Hhi..

5. Sebelum mengejar SIM Keliling Purwakarta, alangkah baiknya jika kamu menghubungi 0264-8222911 atau SM ke Instagram @satlantas_purwakarta. Nah itu di brosurnya Sabtu jam 16.00 baru mulai SAWEER, tapi dalam kasus saya, jam 08.10 WIB sudah ada di situ.

6. Bigger note untuk para pemburu layanan perpanjangan SIM A ataupun SIM C dengan asal SIM dan KTP luar kota yang ingin perpanjang melalui Mobil SIM Keliling, pastikan bahwa Mobil SIM Keliling daerahmu memiliki layanan Perpanjang SIM Online. Menurut info Ibu Titik Koma dan Bapak Egga, Mobil SIM Keliling area Surabaya dan Bandung sudah bisa melakukan Perpanjang SIM Online. Purwakarta? Belom bisaaa. Ish.

Sekian, sampai jumpa di blogpost selanjutnyaaa. Masih dengan curhatan tentang Perpanjang SIM C..

Sumber gambar : selfdesign & ayobandung.com