Manfaat Cokelat Untuk Kesehatan

17:13:00 Ren 0 Comments



Antioksidan yang Tinggi
Selain rasa cokelat yang enak ternyata cokelat mengandung antioksidan yang cukup tinggi. Cokelat mengandung flavanols yang baik bagi tubuh.

Mencegah dan Membantu Melawan Kanker
Cokelat juga dapat membantu melawan dan mencegah kanker layaknya buah anggur merah, bawang putih, buah blueberry dan teh. Dari sebuah penelitian disebutkan bahwa cokelat dapat menghambat pembelahan sel kanker dan mengurangi peradangan.

Menurunkan Tekanan Darah
Manfaat cokelat lainnya menurut penelitian adalah dapat membantu menurunkan tekanan darah. Kandungan cokelat yang mampu membuat mood menjadi lebih baik ternyata mampu menurunkan tekanan darah dalam tubuh.

Menghilangkan Stress
Menurut penelitian yang dilakukan dari Universitas California, San Diego, orang yang mengalami stress mulai dari stress ringan hingga yang mencapai tingkat depresi, mereka mengaku setelah makan cokelat suasana hati / mood mereka membaik serta semakin merasa tenang dan nyaman.

Ternyata cokelat juga mengandung molekul psikoaktif yang tentunya membuat pengkonsumsi cokelat merasa nyaman. Beberapa kandungan cokelat lainnya seperti caffeine, theobromine, methyl-xanthine dan phenylethylalanine dipercaya dapat memperbaiki suasana hati, mengurangi kelelahan sehingga dapat digunakan sebagai obat anti-depresi.

Detoksifikasi Kulit
Cokelat bubuk yang dicampurkan dengan caffeine akan menjadi produk kecantikan yang baik untuk detoksifikasi kulit. Pijat kulit dengan campuran cokelat dan caffeine itu untuk membersihkan kulit yang berminyak dan kusam.


Anti-ageing (Awet Muda)
Kita semua tentunya tidak ingin ada garis halus terlihat pada wajah kita. Dan ternyata cokelat juga bermanfaat untuk melawan penuaan kulit. Flavanoid yang ada pada cokelat mampu meningkatkan elastisitas kulit dan mencegah penuaan. Lelehkan cokelat dalam susu lalu pijatkan pada kulit, lakukan dua atau tiga kali dalam seminggu untuk mencegah munculnya garis-garis halus pada wajah.

Pencerah Kulit
Manfaat cokelat bagi kecantikan yang paling dikenal yaitu untuk facial, cokelat dapat membantu mencerahkan warna kulit.

Lawan Penggelapan Kulit
Kerusakan kulit seringkali terjadi akibat pancaran sinar matahari, lindungi kulit dari sinar UV dengan mengaplikasikan cokelat. Kandungan yang dimiliki cokelat mampu melembutkan dan mencegah penggelapan pada kulit.

0 komentar:

Renungan Senja Kelabu

18:04:00 Ren 0 Comments

Di jalan raya banyak motor dan mobil saling menyalip satu sama lain.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih cepat dan bukan menjadi lebih sabar. Mereka dididik untuk menjadi yang terdepan dan bukan yang tersopan.

Di jalanan pengendara motor lebih suka menambah kecepatannya saat ada orang yang ingin menyeberang jalan dan bukan malah mengurangi kecepatannya.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak kita setiap hari diburu dengan waktu, dibentak untuk
bergerak lebih cepat dan gesit dan bukan dilatih untuk mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dan dibuat
lebih sabar dan peduli.

Di hampir setiap instansi pemerintah dan swasta banyak para pekerja yang suka korupsi.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak-anak dididik untuk berpenghasilan tinggi dan hidup dengan kemewahan, mulai dari pakaian hingga perlengkapan dan bukan diajari untuk hidup lebih sederhana, ikhlas, dan bangga akan kesederhanaan.

Di hampir setiap instansi sipil sampai petugas penegak hukum banyak terjadi kolusi, manipulasi proyek, dan
anggaran uang rakyat.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih pintar dan bukan menjadi lebih jujur dan bangga pada kejujuran.

Di hampir setiap tempat kita mendapati orang yang mudah sekali marah dan merasa diri paling benar sendiri.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka sering dimarahi oleh orang tua dan guru mereka dan bukannya diberi pengertian dan kasih sayang.

Di hampir setiap sudut kota kita temukan orang yang tidak lagi peduli pada lingkungan atau orang lain.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk saling berlomba untuk menjadi juara dan bukan saling tolong-menolong untuk membantu yang lemah.

Di hampir setiap kesempatan, termasuk di media sosial ini juga selalu saja ada orang yang mengkritik tanpa mau melakukan koreksi diri sebelumnya.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak-anak biasa dikritik dan bukan didengarkan segala keluhan dan masalahnya.

Di hampir setiap kesempatan kita sering melihat ada orang "ngotot" dan merasa paling benar sendiri.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan sekolah mereka sering melihat orang tua atau gurunya "ngotot" dan
merasa paling benar sendiri.

Di hampir setiap lampu merah dan rumah ibadah kita banyak menemukan pengemis.
Mengapa...?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka selalu diberitahu tentang kelemahan2 dan kekurangan2 mereka dan bukannya diajari untuk mengenali kelebihan2 dan kekuatan2 mereka.

•••

Jadi sesungguhnya potret dunia dan kehidupan yang terjadi saat ini adalah hasil dari ciptaan kita sendiri di rumah bersama-sama dengan dunia pendidikan di sekolah.

Jika kita ingin mengubah potret ini menjadi lebih baik, maka mulailah mengubah cara mendidik anak-anak di rumah dan di sekolah, tempat khusus yang dirancang bagi anak untuk belajar menjadi manusia yang berakal sehat dan berbudi luhur.

MARI KITA MENGAJAR DAN BELAJAR BUKAN UNTUK MENANG, TAPI UNTUK BENAR.

0 komentar:

Mari Berkicau dan Mari Mendengar!

22:53:00 It's Leblung 0 Comments

Siang ini, seorang kawan lama yang telah hilang dari peredaran tiba-tiba menghubungi saya via WhatsApp. Tak ada angin tak ada hujan, tak ada undangan apalagi pemberitahuan di papan pengumuman, ia hadir. Menyapa. Sekilas berbasa-basi tentang kabarku dan kabarnya. Sehat? Sekarang sibuk apa? Berdomisili dimana? Dan beberapa pertanyaan standar lainnya. Tak ada yang janggal dengan percakapan itu, hingga sejurus kemudian ia menceritakan panjang lebar tentang kehidupannya. Tentang hal-hal yang ia jumpai beberapa tahun belakangan. Tentang masalah-masalah yang membuatnya gundah. Tentang kebahagiaan dan prestasi yang ia dapatkan. Dan saya tergugu.

Dejavu menyerang saya. Ini seolah pernah terjadi. Dan bukan sekali dua kali. Ohh God. Ini bukan Dejavu. Ini benar pernah terjadi. Di kereta ekonomi yang mengantarkan saya dari Malang ke Surabaya. Di angkot warna kuning yang mengantarkan saya dari Surabaya ke Sidoarjo. Di bus ekonomi yang mengantarkan saya dari Kampung Rambutan ke Purwakarta. Di ruang tamu sebuah kos di Purwakarta. Di warung dekat rumah. Di toko kelontong dekat kos. Dan entah dimana lagi. Saya tak menghitung dan mengingatnya dengan benar. Ya. Di tempat-tempat itu. Seseorang bercerita dengan sinar mata yang berbeda.

Sekali waktu, seorang bapak paruh baya menceritakan kisah hidupnya dari awal merantau hingga sukses menjadi pengusaha pagar besi dan 3 jam penuh si bapak bercerita tanpa jeda. Membuat saya yang terkantuk-kantuk menjadi batal tidur dengan terpaksa. Di waktu yang lain, seorang ibu paruh baya menceritakan kisahnya membangun usaha baju di Pasar Blitar, mulai dari jadwal berdagang, dimana ia kulakan (belanja) hingga keberhasilannya menyekolahkan si anak dari hasil berjualan itu. Si ibu bercerita selama 2 jam dengan semangat membara. Ibu yang lain menceritakan pekerjaan suaminya lengkap dengan sejarah berdirinya perusahaan tersebut. Di setting waktu dan tempat yang lain, seorang nenek menceritakan hidupnya yang memilukan, anak-anak yang bersikukuh dengan pendiriannya, letih karena masih harus bekerja hingga setua itu, dan usaha yang kadang timbul tenggelam. Serta cerita-cerita lain yang tak jarang memakan waktu lama. Membuat saya kehilangan rasa kantuk atau seringkali harus menahan kelopak mata agar tak menutup.

Mereka, seringkali memainkan monolog ketika bertemu saya. Bercerita dengan semangat ’45. Membara. Tapi ada juga yang bercerita dengan sinar haru, terenyuh dengan kisah hidupnya sendiri. Atau kadang menahan tangis. Matanya redup, ia jujur dengan kesedihannya. Saya yang bahkan tak mengenal mereka sebelumnya, hanya bisa mengangguk. Menjawab ‘Oh’, ‘Wah, begitu ya Bu?’, ‘Kok bisa’, atau mentok dengan gumaman ‘Mm’. Saya bukan pendengar yang baik untuk mereka. Bahkan seringkali saya terpaksa memasang wajah datar agar cerita segera menemukan titik akhir. Tapi sesering itu pula cara itu tak efektif. Mereka tetap melanjutkan ceritanya.
source : @curhatdong
Dan, di antara kisah menjadi pendengar yang tidak baik itu, saya menemukan sebuah kesimpulan bahwa banyak di antara kita, orang-orang yang butuh didengarkan. Bahkan mungkin bagi mereka, tak perlu respon yang baik, cukup didengarkan. Diberi waktu untuk bicara agar tak hanya memendamnya dalam hati. Itu terbukti dengan wajah datar dan respon super flat yang tidak berhasil membuat mereka kehilangan semangat bercerita. Lalu sebuah tanya muncul. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah menjadi pendengar yang baik bagi yang lain? Atau tak jauh beda dengan saya?

Semenjak sebuah tulisan mengenai hasil penelitian bahwa wanita memiliki kebutuhan untuk berkicau 20.000 kata per hari, sedangkan pria hanya memerlukan 7.000 kata per hari, berkicau seolah menjadi kebutuhan primer. Termasuk saya yang tempo hari ikut-ikutan menuntut untuk didengarkan. Tapi saya lupa bahwa saya selama ini juga bukan pendengar yang baik untuk orang-orang di sekitar saya. Untuk ibu saya yang hobi menceritakan hal sama hingga 2-3 kali. Untuk ayah saya yang suka membagi tips kepemimpinan dan dalil-dalil agamanya. Untuk kakak saya mengenai liburan dan perantauannya. Untuk sahabat-sahabat saya yang gundah karena kekasihnya, karena pekerjaannya, dan mungkin pula karena keluarganya. Untuk musuh bebuyutan yang galau dipindah ke kota lain. Ahh. Saya lupa bahwa mereka juga perlu berkicau, sama seperti saya.

Lalu, bagaimana cara mendengar yang baik? Cukup bilang ‘iya’ dan membiarkan si tokoh utama bermonolog? Bukan-bukan begitu. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Pramudianto, I am Coach, dijelaskan bahwa kegiatan ‘mendengar’ yang dalam bahasa mandarin disebut ting, terdiri atas 5 elemen, yaitu :
1. Er Tuo atau telinga
Pada dasarnya kita memerlukan telinga untuk mendengarkan. Mendengarkan diartikan sebagai mendengar apa yang orang lain bicarakan kepada kita.
2. Wang atau raja
Mendengarkan dengan baik berarti menjadikan si pembicara sebagai raja. Maka kita perlu sungguh-sungguh mendengarkan agar maksud si pembicara dapat ditangkap dengan benar tanpa ada distorsi dari keinginan atau pemikiran kita sendiri.
3. Yen cin atau mata
Mendengarkan juga memerlukan mata. Hal ini untuk membuktikan bahwa kita mendengarkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Lakukan kontak mata dengan pembicara. Karen seringkali seseorang yang tidak bersungguh-sungguh mendengarkan akan mengalihkan kontak mata pada hal lainnya misal layar handphone, jam tangan, atau titik fokus yang lain.
4.Yi  atau fokus/satu
Pendengar yang baik memfokuskan dan memusatkan perhatiannya pada pembicara dan apa yang dibicarakannya. Tidak memotong di tengah penjelasannya sehingga dapat menghindari timbulnya pertengkaran ataupun mengganggu konsen pembicara sehingga lupa pada inti yang akan diceritakan.
5. Xin atau hati
Mendengar yang baik berarti menggunakan hati. Maksudnya adalah memerhatikan arah komunikasi dan informasi yang disampaikan baik secara verbal maupun non verbal. Seringkali kita hanya menangkap komunikasi verbal dan melalaikan komunikasi non verbal seperti dahi yang berkerut, tangan yang berkeringat, bunyi kertak jari karena gemas, dan bahasa tubuh lainnya.
source : www.keluhcinta.com
Maka menjadi pendengar yang baik berarti mendengarkan dengan telinga hingga si pembicara merampungkan kalimatnya, menatap matanya dan mengamati bahasa non verbalnya pula, serta fokus pada pembicara dan apa yang dibicarakan olehnya. Anda boleh menyanggah, memberi saran, atau sekedar mengiyakan setelah si pembicara utama menyelesaikan kalimatnya. Hindari memotong di tengah agar fokus pembicara tidak terpecah dan mengakibatkan penyampaian yang kurang atau salah. ^.^

Ini hanya sebuah refleksi diri tentang menjadi pendengar yang baik, agar tak banyak orang yang bermonolog lagi. Cukup di panggug teater saja sang seniman bermonolog. Tidak di dunia nyata. ^.^

Tunaikan hakmu tapi jangan lupa hak orang lain ya.
Mari Berkicau dan Mari Mendengarkan!

0 komentar:

A Simple Flower Pin Cushion Tutorial

10:02:00 It's Leblung 0 Comments

"Jarum pentulku kemana ya? Perasaan kemarin udah ditaruh atas meja sini deh."
"Loh. Kok jarumnya tinggal segini ya. Baru beli lagi minggu lalu kok."
"Wah. Ribet banget nih bolak-balik ambil jarum pentul."

Nah. Adakah di antara kalian yang pernah mengalami hal yang sama? Jarum pentul suka ilang, jumlahnya berkurang drastis, dan musti bolak-balik karena jarumnya dimana, bercerminnya dimana. Keberadaan jarum pentul emang penting banget, gaes.

Apalagi sejak hijab modifikasi menjadi trend. Mulai hijab ala-ala Dian Pelangi sampe ala Dewi Sandra, semua lengkap disertai tutorialnya baik dalam bentuk gambar maupun video. Dan semua hijab yang gaya dan cantik itu memerlukan jarum pentul. Lalu, gimana mengatasi kegalauan yang ditimbulkan oleh si jarum pentul? Nih-nihh. Ada tempat jarum yang bikinnya gampang, simpel, murmer, dan pastinya cepet, gaes. Gak butuh mesin jahit kok, so buat kamu yang anak kos macam saya, gak perlu mengurungkan niat gegara gak punya mesin jahit kok.




Bahan dan alat yang kamu butuhkan :
  1. Kain Flanel
    Untuk membuat kelopak bunga
  2. Kain Katun Motif
    Untuk membuat inti bunga (aduuuh, apa sih namanya? pokoknya bagian tengah bunga deh.)
  3. Dakron atau Kapas
    Untuk isi pin cushion. Kalo gada dakron, kamu bisa menggunakan kapas. Dan beli yang murmer aja karena perlu isi yang berongga-rongga biar mudah ditusuk-tusuk. 
  4. Benang Jahit beserta Jarum Jahitnya
    Untuk jahit pastinya
  5. Gunting
  6. Kertas
    Untuk menggunting pola atau pattern dan menggunting kain.
  7. Spidol atau Bolpoin
    Untuk membuat pola pada kertas dan kain.
  8. Lem UHU atau lem serbaguna lainnya
  9. Tali karet
    Untuk membuat gelang jadi pin cushion ini bisa kamu bawa kemana-mana.
  10. Benda apapun yang berbentuk lingkaran
    Untuk membuat pola bagian inti bunga. Saya menggunakan tutup toples makanan yang berdiameter 13 cm. kamu bisa pakai jangka sih, tapi karena saya anak kos dan gak punya, jadilah memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar. hhe.

 Mari kita mulai! 

1. Membuat pola kelopak bunga dengan ukuran 4,5 x 3,5 cm.

2. Membuat pola lingkaran untuk penutup bagian bawah pin cushion dengan diameter 3,5 cm.

3. Memotong kedua pola tersebut.

4. Memotong flanel menggunakan pola kelopak yang telah kamu buat, lanjutkan sampai 7 lembar.

5. Memotong flanel menggunakan pola bagian bawah pin cushion. Cukup bikin 1 aja.

6. Membuat pola inti bunga berbentuk lingkaran pada kain katun motif. Bikin 1 aja kok.

 7. Memotong kain katun motif yang telah dibuat pola sebelumnya.

8. Memotong tali karet sepanjang 14 cm atau sesuaikan dengan lingkar pergelangan tanganmu.
9. Saatnya menjahit. Jahit kain katun motif kamu dengan tusuk jelujur di sekeliling lingkaran.

10. Setelah selesai menjahit, tarik benang jahit kamu tanpa melepas jarumnya. Nah. Akan kamu temui semacam kantong gitu.

11. Isi kantong kain katun motif kamu dengan dakron sampai membentuk lingkaran sempurna. Jangan terlalu padat ya. Nanti malah susah untuk nusukin jarum pentulnya.

12. Selanjutnya, matikan atau selesaikan jahitan.
13. Tempelkan kelopak bunga yang sudah kamu gunting ke bagian bawah inti bunga satu per satu menggunakan lem uhu.

14. Jahit tali karet pada kedua ujung kelopak bunga yang sudah ditempelkan.


15. Tempelkan bagian bawah pin cushion yang berbentuk lingkaran.

WELL DONE
Tararaaaaa. This is it. Your simple but cutie flower pin cushion ready to use. ^.^


Mudah bukan? Selamat mencoba dan semoga berguna yaa.

0 komentar:

Mencari Suaka Dari Bencana Kelaparan Part II

08:12:00 It's Leblung 1 Comments

Malam itu, lidah saya masih meracau. Berkicau meminta rasa yang lebih bersahabat. Maka pencarian Suaka Dari Bencana Kelaparan Part II pun dimulai. Seorang kawan yang aseli, lahir dan menua di kota kecil ini, Purwakarta, merekomendasikan sebuah Warung Tenda Kaki Lima dimana spanduk di bagian depan tertulis "Sop Kaki Sapi & Babat KHAS Jakarta".

"Kok yang Pedagang Kaki Lima sih? Enak gitu? Daaan, tempatnya bersih, nggak?" Pasti 3 pertanyaan dasar itu langsung muncul di benak kamu. Sama kok. Saya juga bertanya-tanya dalam hati. Tapi si Asong (perekomen), mantap dengan jawabannya, “Beneran Blung. Itu lebih enak dari tempat-tempat yang lain.” Baiklah. Berbekal percaya, saya dan partner makan alias temen kos, langsung memacu motor ke Jalan Taman Pahlawan, lokasinya sekitar 4,5 km dari Pintu Tol Sadang. Tempatnya cukup mudah dijangkau kok, dari arah Tol Sadang lurus aja, sampe ada pertigaan Giant (terlihat patung laki-laki bermain egrang), belok kanan ke arah Giant. Warung tersebut berada sekitar kurang lebih 50 meter setelah Giant, letaknya sebelah kiri jalan (selatan jalan) setelah Laboratorium Prodia.

Ini nih penampakan depan si Warung Tenda Kaki Lima ini.

Begitu masuk, kami sudah mencium wangi kuah sop yang menggelitik syaraf penciuman, bukan si Veromosonal Organ lho yaa (apa itu?). Tengok kanan-kiri dulu liat meja makannya. Bersiiih, gaes, Bapak dan Mas penjualnya juga terhitung rapi. Tanpa babibu-baba, kami memesan dua porsi Sop Campur lengkap dengan Es Jeruk untuk menetralisir lemak.

Dari kejauhan, kami mengamati cara si Bapak menyiapkan hidangan untuk kami berdua, setelah iris sana sini, si daging dan teman-temannya di siram kuah, tapi terus kuahnya dibalikin lagi ke dalam panci. Begitu beberapa kali. Nah lhooo Pak? Usut punya usut, ternyata itu metode untuk menghangatkan si daging dan teman-temannya, jadi lebih enak saat di makan. ^.^

Pesanan dataaang!!! Semangkok Sop Campur ditemani sepiring nasi dengan taburan bawang goreng di atasnya. Sop Campur ini berisi  Daging, Kikil, Iga, Daging Ayam (opsional, sesuai selera pengunjung. Saya sih no), Babat, Usus, Kentang, Tomat, Emping Blinjo, dan dilengkapi potongan daun bawang. Bisa dibilang isinya meluber-lah, jadi bukan dominasi kuah ya.

Sluruuup. Mm, kurang manis, tambahkan kecaaap. Sekalian deh heboh dengan pelengkap. Tambahin sambel dikit, jeruk limau, dan acar timun – wortel. Mari kita lanjutkan makannya. Nomnom. Nomnom. Enaaak. Kuah santannya kental gurih, irisan tomat bikin makanan ini ada seger-segernya di tengah badai daging dan teman-temannya. Dan saya bisa bilang ini adalah “Sop Ala Kaki Lima Rasa Juara.”

Itu cerita pertama kali ke sana, sekarang, kala perut melilit, kala badmood, kala butuh kehangatan, kami akan dengan semangat 45 menyambangi warung tenda yang berdiri sejak tahun 2011 ini. Oh ya, selain sop campur, si Bapak yang asli Bandung menyediakan beberapa sajian.

Makanan :
  1. Sop Daging
  2. Sop Ayam
  3. Sop Buntut / Sop Iga (khusus sajian ini, kuahnya bening tanpa santan)
  4. Sop Campur

Minuman :
  1. Es / Jeruk hangat
  2. Es / Teh manis hangat
Untuk harga, range antara 16.000 hingga 22.000 semangkoknya. ^.^
So, tunggu apalagi gaes? You dare to try this delicious soup!

1 komentar:

SwiftKey dibeli Microsoft

09:02:00 Ren 0 Comments

Setelah Wunderlist, kini SwiftKey sebuah perusahaan startup yang memproduksi sebuah perangkat lunak keyboard yang sudah banyak dipakai pengguna iOS dan Android baik smatphone maupun tablet, telah diakuisisi atau dibeli oleh Microsoft.

SwiftKey Piranti Lunak Keyboard
SwiftKey - Android

Berdasarkan laporan yang didapat dari "The Financial Times", Microsoft membeli SwiftKey sekitar US $250 Juta, namun angka tersebut masih perkiraan karena Microsoft sendiri belum mau berkomentar.

Peranti lunak keyboard buatan SwiftKey ini memang punya reputasi yang baik di kalangan pengguna smartphone, khususnya pengguna smartphone Android. SwiftKey memliki teknologi AI (Artificial Intelligence / Kecerdasan Buatan) yang mampu meprediksi kata berikutnya yang diinginkan oleh pengguna berdasarkan data inputan pengguna sebelumnya.

Kecanggihan yang dimiliki SwiftKey tampaknya sejalan dengan kecerdasan buatan yang sedang dikerjakan Microsoft untuk smartphone mereka. Kemampuan SwiftKey juga bisa dimanfaatkan secara maksimal di berbagai produk Microsoft seperti Outlook, Office dan lainnya.

(CNN - edited by leblung.com)

0 komentar: