Perjuangan Perpanjang Sim C Belum Berakhir

19:44:00 It's Leblung 0 Comments

Kok geli ya baca judulnya? Hha. Jadi inget reality show jaman baheula berjudul “Termehek-mehek” yang hostnya Cici Panda sama Mandala Shoji. Kan ada sebutannya Pejuang Tangguh tuh di situ (seingetku sih. Hhe). By the way, masih ingat kisah saya di blogpost “Keliling Kota Demi Perpanjang Sim C”? Yang panik-panik karena ternyata SIM Keliling di Purwakarta belum bisa melayani perpanjangan SIM dari SIM dan KTP luar kota itu loh. Hahaha. Saya lanjutkan cerita perjuangan saya yaa..

Dengan kepanikan yang naik level lagi setelah tahu tak bisa mengurus perpanjangan SIM C di Mobil SIM Keliling Purwakarta, saya memacu si Merah lebih kencang. Begitu sampai Polres, buru-buru saya parkir si Merah dan lari ke Loket Pendaftaran. Di belakang si Bapak Polisi, tertempel kertas manila berwarna putih dengan tulisan tangan. Terbaca :


“Pak, saya mau perpanjang SIM.”
“Itu syaratnya sudah?” katanya sembari menunjuk kertas manila yang telah khatam saya baca.
“Tes kesehatan dimana, Pak?”
“Itu syaratnya.”
“Iya Pak, tes kesehatannya dimana? Klinik depan?”
“Di sebelah. Keluar Polres belok kanan.”
“Di luar neng..” Ibu-ibu kantin Polres yang ada di dekat Loket Pendaftaran ikut menyahut.

Tanpa babibubaba, saya lari ke arah yang ditunjuk. Sebuah klinik super mini dengan banyak motor terparkir di depannya dan sebuah gerobak mie ayam yang banyak pembelinya teronggok lusuh di sana. Tak ada perawat. Hanya ada seorang laki-laki paruh baya berbadan kecil, berkulit coklat, mengenakan kemeja pendek garis-garis, celana kain warna hitam, dan sandal kulit sintetis di balik tirai warna hijau yang hanya tertutup sebagian. Di dalam klinik sudah ada banyak orang duduk-duduk di meja antrian. Di atas sebuah kursi plastik, terdapat nomor-nomor antrian sederhana. Melihat yang duduk-duduk memegang kartu itu, jadilah saya langsung ambil nomor. Tertulis di kertas manila berwarna pink itu, angka 24. Saya lega. Kok? Kalau semua yang daftar diharuskan tes kesehatan di sini, berarti baru ada kurang dari 23 orang yang tes dong. Saya masih masuk dalam kuota blangko SIM yang katanya cuma 100 per hari itu.

Satu per satu pasien dipanggil sesuai nomor urut. Sependengaran saya, hanya ditanyai golongan darah dan tes buta warna. Sesekali ada yang diukur tinggi dan berat badannya. Tak ada pengukuran denyut nadi atau tensi meski saya lihat di meja belakang si dokter ada alat itu. Hmm. Entahlah. Di sebelah saya duduk perempuan muda berusia 18 tahun dengan memegang nomor antrian 23. Kami berbincang-bincang sedikit untuk mencairkan suasana. Setelah dia dipanggil, saya menggeser duduk saya ke ujung kursi tunggu. Dari situ, nampak jelas wajah si dokter. Alih-alih memeriksa si perempuan muda itu. Dia berkata ;

“Keluarga dokter ya?”
“Eh?” jawab saya untuk memastikan pertanyaan.
“Teteh keluarga dokter?” ujarnya lagi sambil menscan saya dari ujung kepala hingga kaki.
“Oh bukan. Saya mau perpanjang SIM.”
“Kirain keluarga dokter,” ujarnya sambil tersenyum.
Mm, cita-cita saya sih jadi dokter bedah forensik dulu,” batin saya. Hhe..

Setelah perempuan muda selesai, saya dipanggil. Dan benar. Si Dokter cuma menanyakan golongan darah, tahu tinggi dan berat badan saya sendiri ndak, urus SIM apa, dan tes buta warna 2 lembar. Selesai. Untuk tes kesehatan ini, saya mengeluarkan uang Rp 30.000 saja. Surat sehat sudah di tangan. Saya kembali lari ke Loket Pendaftaran.

Saya menyerahkan semua syarat yang diwajibkan. Sang Bapak Polisi mengambil satu map kertas berwarna biru lalu men-staples semua syarat itu termasuk kartu SIM saya yang lama. “Isi ini dulu, Teh.” Di dalam map terdapat blangko berukuran A3 yang sudah dilipat 2. Kami hanya diwajibkan mengisi halaman pertama yang berisi :


Saya lupa foto blangkonya, jadi ini nyomot dari blog ilhabibi.com. Sedangkan halaman kedua berisi keterangan lulus atau tidaknya persyaratan administrasi, hasil uji teori, hasil uji praktek 1, dan hasil uji praktek 2 yang nantinya akan diisi oleh petugas dari Polres Purwakarta. Setelah selesai mengisi formulir, saya dipersilahkan masuk ke Ruang Registrasi yang berada di sebelah kiri Loket Pendaftaran. Di situ, berkas dan formulir yang telah diisi diletakkan di meja. Saya antri kembali untuk menunggu proses regitrasi online yang dilakukan oleh petugas. Sekitar 10 menit menunggu. Nama saya dipanggil.

“Laily Amalia…”
“Iya Pak”
“Laily Amalia R ya?”
“Asli Malang, lahir 23 Desember 1990 ya?”
“Nama ibu kandung siapa?”
“Yablablabla….”
“Ayah kandung?”
“Mublablabla…”
“Oke. Data sudah benar, silakan masuk ke Ruang Foto di sebelah ya..”
“Baik Pak, terimakasih.”

Saya pun pindah ke ruang sebelah. Ruang Tunggu Foto yang ukurannya lebih kecil dari Ruang Tunggu Registrasi. Satu per satu antrian dipanggil. Sekitar 15 menit berselang. Nama saya dipanggil sesuka bapaknya.

“Laila Amalia..”
“Iya Pak..”
“Silakan duduk”
“Oh maaf, Laily Amalia yaaa.. Asli Malang, lahir 23 Desember 1990 ya. Silakan kacamatanya dilepas dulu, kita foto. Yak sudah. Kacamata boleh dipakai kembali, sekarang silakan tanda tangan digital di sini. Sudah? Sekarang sidik jari dulu kanan kiri. Sudah.. Silakan bawa berkas ini ke Ruang Ujian Teori.”
“Terimakasih, Pak..”

Alamaaak. Kok pake ujian segala? Jangan-jangan ujian praktek juga aku nih? Bukannya perpanjang gak pakai ujian ya?” batinku rusuh. Setelah masuk ke Ruang Teori yang berada di depan Ruang Foto, terjadilah percakapan ini :

“Iya Teh?”
“Mau perpanjang SIM C, Pak.”
“Oh iya.”
Lalu Bapak Petugas langsung membubuhkan tanda tangan dan stempel di kolom Ujian Teori pada halaman kedua formulir. Saya melongo. Heran sekaligus bahagia. Dan di depan saya, berjejer komputer-komputer ujian teori yang kosong tak bertuan.

“Silahkan ke Lapangan Uji Praktek ya. Di sana cuma minta tanda tangan dan stempel kok.”

Hhe. Nampaknya si Bapak Petugas tau kalo saya panik mau diuji. Dengan hati sedikit lapang, saya menuju Lapangan Uji Praktek. Di depan saya, jalur-jalur untuk ujian praktek terpampang nyata dan kosong melompong. Saya berjalan ke arah ruangan di pinggir lapangan. Di situ, kembali saya serahkan map kertas berisi formulir dan berkas pendukung. Lagi-lagi, tanpa babibubaba, si Bapak Petugas membubuhkan tanda tangan di kolom Ujian Praktek 1 dan Ujian Praktek 2 pada halaman kedua formulir. Setelahnya, saya diminta ke ruang sebelah yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ruang Pengambilan SIM.

Yuhuuu. SIM baru akan segera saya genggam. Begitu masuk ruangan, ada Ibu-Ibu petugas yang menyapa saya ramah.

“Siniin Teh berkasnya. Perpanjang SIM C ya? Biayanya 75 ribu yaa.. Bayar di sini.”

Saya menyerahkan selembar uang Rp 100.000,-. 

“Ini kembaliannya dan ini struknya. Struknya dimasukin ke kotak putih di loket itu ya. Setelah itu, tunggu aja tinggal ambil SIM-nya.”
“Baik Bu. Terimakasih.”

Biaya ini sesuai dengan keterangan yg ada di www.polri.go.id, bahwa menurut PP Nomor 50 Tahun 2010 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang termaktub (bahasanyaa) dalam lampiran, disebutkan 1. 1. Biaya Penerbitan Baru    :
    a. SIM A                         : Rp 120.000,-
    b. SIM B I                       : Rp 120.000,-
    c. SIM B II                      : Rp 120.000,-
    d. SIM C                         : Rp 100.000,-
    e. SIM D                         : Rp 50.000,-
    f. SIM Internasional       : Rp 250.000,-
2. Biaya Perpanjangan SIM     :
    a. SIM A                              : Rp 80.000,-
    b. SIM B I                            : Rp 80.000,-
    c. SIM B II                           : Rp 80.000,-
   d. SIM C                               : Rp 75.000,-
   e. SIM D                               : Rp 30.000,-
   f. SIM Internasional             : Rp 225.000,-

So, it means no pungli-pungli yaaa.. Setelah itu, saya pun melakukan instruksi si Ibu Petugas yang ramah itu. 5 menit kemudian, nama saya kembali dipanggil.
“Laily Amalia..”

Lalu SIM C baru disodorkan melalui lubang kecil pada loket. Mata saya berbinar bahagia. Horeeee..! Berakhirlah sudah perjalanan panjang demi perpanjang SIM C ini..

0 komentar:

Keliling Kota Demi Perpanjang SIM C

15:25:00 It's Leblung 0 Comments



“Adik SIM-nya expired kapan?”
“Belum aku liat, Pak. Bentar yaa..”
5 detik kemudian…
“Tahun iniiiii. Pas aku ulang tahun besok, Pak. 23 Desember. Omigad. Gimana dong?”
“Ya coba adik perpanjang di Purwakarta aja biar ndak usah pulang ke Malang. Adik balik kapan lho bulan Desember ini?”
“Tanggal 22, Sabtu siang Pak..”

Yak. Bapak saya memang alarm paling tepat waktu. Pantes kalau dulu dijadikan patokan jam oleh para tetangga. Iya, karena waktu berangkat kerjanya selalu tepat. Misal lewat depan rumah Pak Paijo jam 06.30 WIB, ya besok, besoknya lagi, besok-besoknya lagi, besok-besok-besoknya lagi, dan sepanjang tahun kecuali hari libur, akan lewat depan rumah Pak Paijo jam 06.30 WIB. War biasaaah. Ditiru sama anaknya? Hmmm. Enggak sih. Hahaha. Saya suka telat karena males mandi dan mandinya lama. Maap lho, Pak.

Daaan. Wasap Bapak di awal Desember itu cukup membuat saya panik. Desember ini nampaknya tak mungkin untuk bolos kerja. Extra job desk dan pe-er belajar cukup membuat kepala saya pening, penuh, dan kadang mau meledak. Wkwkwk. Aduuuh. Aduh. Jadi, waktu berburu perpanjangan SIM C cuma bisa dilakukan saat weekend. Lebih tepatnya hari Sabtu ajah karena Minggu Pak Police penggurus SIM liburrr.

Tapi eh tapi, minggu pertama Desember barang tentu sudah tak bisa. Kami sekeluarga harus bertolak ke Makassar untuk mengantar musuh bebuyutan saya (baca : kakak kandung laki-laki satu-satunya) untuk menculik gadis Makasar ke dalam hidupnya. Hhi. Iya, abang saya yang jahil itu akhirnya menikaaah. Alhamdulillah.

Minggu kedua ada acara Mini Family Gathering bareng teman sebidang di Lembang (kalo gak salah. Kulupa-(in) juga). Minggu ketiga yang adalah tanggal 22 Desember, saya baru tiba di Surabaya pukul 09.37 WIB karena mudik naik Kereta Api Harina. Sooo, mau gak mau saya harus berburu di minggu kedua dongs yaa. Gapapa gak ikut Mini Family Gathering itu. Kan udah barengan ini pas Employee Gathering dan Outroad 2018.

Setelah memutuskan waktu berburu, kepanikan saya yang berada di level 9 dari 10 itu belum turun juga. Iya. Karena kalo hangus, saya gak yakin akan lulus tes mengemudi. Huahaha. Cupaw kalo kata suami saya mah. Yaaa kan kata orang-orang tuh ribet bikin SIM baru. Bakal susah lulus tes, harus mengulang berkali-kali baru lulus. Jadi, wajib bin harus binti fardhu ain untuk sukses memperpanjang SIM.

Kepanikan itu pula yang bikin saya tanya sana sini.
“Eh Tik, kamu kemarin perpanjang SIM bisa kan ya di Bandung?”
“Kamu SIM Jogja apa Bandung, Tik?”
“Itu urusnya ke SIM Keliling atau ke kantornya, Tik?”
“Berkas yang perlu dibawa apa aja ya Tik?”
“Mas Tim, kalo di Purwakarta tuh, perpanjang SIM di SAMSAT yang deket rumah Mbak Ifah apa di Polres deket kosanku?”
“Cepet mana Mas Tim kalo urus di kantor sama SIM keliling?”
“Mas Ron, tau jadwal SIM keliling gak ya?”
“Bisa gak kalo KTP dan SIM luar kota, Mas Adit urus di Purwakarta?”
“Baiknya aku ke kantor apa ke SIM Keliling aja ya Mas Adit?”
Dan segambreng pertanyaan panik yang sebenernya diulang-ulang ajah, tapi ditanyain ke banyak orang. Hhe.. Dan inti jawaban mereka adalah :
1. Perpanjang SIM luar kota bisa dilakukan di Mobil SIM Keliling
2. Perpanjang SIM itu di Polres, bukan SAMSAT
3. Berkas yang perlu dibawa itu fotocopy e-ktp 2 kali, e-KTP asli, dan SIM asli.
4. Pengurusan berkas SIM lebih cepat di Mobil SIM Keliling
5. Gak ada yang tau jadwal pasti Mobil SIM Keliling area Purwakarta

Mm, okay. Level kepanikan turun menjadi 8. Masih tinggi yaa.. Jadi kuputuskan untuk pergi jam 05.30 WIB dari kosan menuju Polres Purwakarta untuk memastikan kantor mana untuk pengurusan SIM, Polres atau SAMSAT dan jadwal Mobil SIM Keliling di hari itu dimana dan jam berapa. Rada lebay sih ya berangkat jam segitu, udah kayak mau kulakan sayur ke pasar pagi. Tapi etapi, itu dilakukan karena saya mendengar desas-desus bahwa blangko pengurusan SIM dibatasi hanya 100 pcs per hari. Jadi ya, saya yang siputwati ini harus bergerak cepaaat.



Kenyataannya, saya baru berangkat jam 06.00 WIB. Hhahaha. Telur, Susu cair plain, Jamur Enoki dan Roti Canai terlalu menggiurkan untuk didiamkan saja di dalam kulkas. Jadi aku masak-masak simple dulu sebelum pergi. Trus dibekal. Hhe.. Setelah bekal Omelette Jamur dan Roti Canai topping Madu siap, saya memacu si Merah ke Polres yang berjarak sekitar 500 meter dari kosan saya. Di sana? Masih sepi jali. Bahkan bapak-bapak polisi yang sedang berjaga kaget melihat teteh-teteh tjantik berbaju tosca datang ke Polres sepagi itu.

“Pak, kalau perpanjang SIM di sini ya?”
“Iya Teh. Mau perpanjang SIM apa?”
“SIM C, Pak.”
“Iya bener di sini kok. Nanti urusnya di kantor belakang sana. Tapi baru buka nanti jam 7. Ini kepagian.”
“Oh. Iya Pak. Etapi kalo si SIM Keliling bisa juga kan ya Pak perpanjang SIM?”
“Bisa Teh. Cuma saya gak tau hari ini dimana berentinya. Kayaknya di depan UPI deh. Nanti dicek aja di sana.”
“Kalo SIM Keliling buka jam berapa, Pak?”
“Biasanya jam 8. Tapi gak tau hari ini buka gak ya. Dokternya entah ada atau enggak..” kata si Bapak kurang yakin.
“Baik Pak. Makasih infonya yaa..”

Saya balik ke motor. Memutar kunci sambil berpikir, “Pulang ke kosan apa ditunggu di sini ya? Bapaknya mana gak yakin SIM Keliling buka atau enggak. Aigooo..” Nah, kok ya kebetulan pas jalan balik ke arah kosan, saya liat Mobil SIM Keliling terparkir gagah di depan Klinik Polres. Akhirnya niat untuk balik ke kosan saya urungkan. Gapapa-lah nunggu 1 jam 45 menit buat tahu kemana mobil itu bergerak. Hahaha.

Akhirnya saya, nunggu di halaman sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak. 15 menit berlalu. Tanpa ada tanda-tanda mobil akan dikeluarkan dari parkiran. Emmh. Jadilah saya pindah duduk di depan toko kelontong yang masih tutup. Buka bekal dan mulai sarapan. Hahaha. Cewek macam apa ini sarapan di sembarang tempat? Ihh bodoh amat asal bersih tempatnya.

30 menit berlalu, mulai bosan main hape. Pindahlah saya ke sebelah toko pulsa. Ada bapak-bapak berjaket hitam yang sedari tadi nongkrong di situ juga. Watak SKSD alias Sok Kenal Sok Dekat saya muncul.
“Bapak mau ngurus SIM juga?”
“Iya neng. Eneng juga?”
“Iya Pak. Mau perpanjang SIM C.”
“Bapak mau perpanjang SIM apa?”
“Mau bikin SIM B, neng.”
“Oh, di Polres ya Pak? Kata temen saya gabisa di SIM Keliling. Saya mah di SIM Keliling aja, katanya lebih cepet. Jadi saya tungguin tuh mobil. Hhe..”
“Waduh, Bapak gatau, neng. Ini nunggu saudara aja. Kan Bapak dulu punya, tapi udah 10 tahun gak pernah diurus. Katanya sih kudu bikin SIM A dulu baru SIM B. Tapi ya gatau-lah. Bapak nunggu saudara Bapak aja. Kata dia, itu semua urusan dia. Bapak tinggal dateng aja.”
Saudara Calo, Pak maksudnya?” batinku. Yakali ngomong gitu ke Bapaknya. Hhe. Jadi saya senyum ajah.

15 menit kemudian, nampak bapak-bapak berkaos abu-abu dengan tulisan “POLISI” muncul mendekati Mobil SIM Keliling lalu lap-lap mobil. Saya langsung girang.  Lap-lap mobil saya artikan sebagai persiapan mobil akan memulai dinasnya. Hahha. Dan benar saja, tak lama kemudian mobil dikeluarkan dari parkiran. Saya yang harus nyebrang jalan dulu untuk mengikuti kemana mobil berjalan sempat tertinggal jauh. Kupacu si Merah lebih kencang. Nyeleat nyeleot kanan kiri untuk menyalip kendaraan di depan saya. Akhirnya, bisa di belakang mobil persis. Hhe..

Mobil melaju terus dan baru berhenti di SAMSAT Weekend Culinary yang berada di Gedung SAMSAT Lama, Jl Martadinata No 22. Atau kalo kamu dari arah Sadang, lokasinya setelah Yogya masih lurus. Ada di kanan jalan setelah Bank Mandiri Syariah. Jam menunjukkan pukul 08.10 WIB. Si bapak yang tadi lap-lap mobil masih sibuk menyiapkan mobil. Sudah ada 4 orang yang menunggu di luar mobil termasuk saya. Dan dari sekelumit obrolan, bapak-bapak itu juga menunggui Mobil SIM Keliling lewat, lalu dikejar. Hahaha. Gak cuma saya berarti yang pakai jurus dudul itu yaa..

Sembari menunggu saya mengambil brosur SIM Keliling yang terserak di meja kecil dekat Mobil SIM Keliling. Ini isi brosurnya :



Pukul 08.20 WIB, seorang petugas wanita datang. Beliau juga menyiapkan ini itu terlebih dahulu hingga akhirnya memanggil saya masuk ke mobil.
“Ibu mau perpanjang SIM?”
“Iya Bu..”
“Boleh saya lihat SIM lama-nya? Oh iya bener masih dalam masa berlaku kartu ya. Tapi ini SIM Malang ya Bu?”
“Iya Bu, bisa ya perpanjang di sini?”
“Mohon maaf Ibu, memang kami ke arah sana nantinya. Jadi bisa perpanjang SIM online di Mobil SIM Keliling. Tapi untuk saat ini, belum bisa Bu. Ibu bisa perpanjang di kantor Polres yang di Jalan Veteran ya Bu. Mm. Ini jam 08.30 WIB, insyaAllah petugas baru selesai apel pagi. Ibu kesana saja langsung.”

Huwaaa. Tau gitu tadi nunggu di Polres aja. Ini udah telat 1,5 jam dari jam buka Polres. Masih ada nggak ini blangkonya? Haduuuh. Alamat hangus ini. Hhuhuhu..

Apakah saya berhasil memperpanjang SIM C? Atau hangus dan harus membuat ulang dari awal? Tunggu blogpost selanjutnya yaa…

Sebagai catatan untuk kamu yang ingin memperpanjang SIM C ataupun SIM A, kamu perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1. SIM dapat diperpanjang pada tahun terakhir berlakunya kartu. Jadi dalam kasus saya yang jatuh tempo pada 23 Desember 2018, sebenarnya sudah bisa dilakukan perpanjangan mulai 1 Januari 2018. Info ini berdasarkan pernyataan Kanit Regident Satlantas Polrestabes Bandung, AKP Suswanti dalam pembicaraannya di sebuah radio di Bandung yang dikutip oleh www.blogotive.com dari kutipan prfmnews. Jadi jangan tunggu akhir-akhir seperti saya yaa. Ntar panik sendiri lagi. Hhe..

2. Jangan sampai lewat masa berlaku SIM ya. Sekarang tanpa ampun. Telat 1 hari = buat SIM baru. Hal ini sesuai dengan PP Nomor 44 Tahun 1993 Pasal 230 yang menyatakan bahwa SIM tidak berlaku apabila : a. Masa berlaku kartu habis, b. Dalam keadaan rusak sehingga tidak bisa terbaca lagi, c. Digunakan orang lain, d. Diperoleh dengan cara tidak sah, e. Data yang terdapat dalam surat izin mengemudi diubah.

3. Big note, perpanjangan SIM bisa dilakukan dimana saja. Tidak harus di kota asal yaa. Jadi tak perlu mudik jauh-jauh untuk memperpanjang SIM kamu.

4. Sebelum memutuskan menggunakan layanan Mobil SIM Keliling, kamu harus memastikan terlebih dahulu jadwal Mobil SIM Keliling. Jadi bisa lebih efisien waktunya daripada menggunakan jurus cegat mobil seperti yang saya lakukan. Hhi..

5. Sebelum mengejar SIM Keliling Purwakarta, alangkah baiknya jika kamu menghubungi 0264-8222911 atau SM ke Instagram @satlantas_purwakarta. Nah itu di brosurnya Sabtu jam 16.00 baru mulai SAWEER, tapi dalam kasus saya, jam 08.10 WIB sudah ada di situ.

6. Bigger note untuk para pemburu layanan perpanjangan SIM A ataupun SIM C dengan asal SIM dan KTP luar kota yang ingin perpanjang melalui Mobil SIM Keliling, pastikan bahwa Mobil SIM Keliling daerahmu memiliki layanan Perpanjang SIM Online. Menurut info Ibu Titik Koma dan Bapak Egga, Mobil SIM Keliling area Surabaya dan Bandung sudah bisa melakukan Perpanjang SIM Online. Purwakarta? Belom bisaaa. Ish.

Sekian, sampai jumpa di blogpost selanjutnyaaa. Masih dengan curhatan tentang Perpanjang SIM C..

Sumber gambar : selfdesign & ayobandung.com

0 komentar:

Membabat Habis Nasi Babat di Surabaya

10:13:00 It's Leblung 2 Comments

Sepiring nasi putih hangat, capcay, tempe goreng, dan sambal yang aduhai pedasnya menemani buka puasa kami di Senin sore yang meredup. Melengkapi itu, segelas air putih dingin bersama beberapa potong buah mentimun mas dihidangkan. Sungguh cukup membuat perut kami berkata kenyang. Ah, kakak sepupu ipar saya memang jago membuat perut bahagia.

Tapi sejurus kemudian,
“Masih muat ndak perutnya?”
“Masih dong,” kataku riang meski setengah ragu.
“Mau makan apalagi? Nanti sekalian pulang kita beli ya..” ujar Mas Suami.
“Mau tahu campuuur. Ya ya ya?” rajukku manja.
“Jauh kalo beli tahu campur. Mau coba nasi babat aja ndak?”
“Mau mauuu. Tapi nasinya boleh setengah aja kan ya? Udah cukup kenyang.”
“Boleh-lah.”

Ya, tinggal berjauh-jauhan (baca : LDR) membuat kami harus menunggu saat bertemu untuk sekedar mengajak satu sama lain ke tempat baru yang seru. Entah tempat makan, tempat nongkrong, atau sekadar tempat jalan-jalan santai. Dan tidak surprise jika ia mengajak saya pergi ke Warung Tenda Nasi Babat yang ia ceritakan beberapa waktu lalu. Tapi sekarang? Saya kenyang. Cukup kenyang. Tapi tak cukup tega mengikhlaskan kesempatan mencoba makanan baru. Bilang saya makannya banyak, tak apa. Hhi..

Menit dan detik berlalu. Kami akhirnya berpamitan pulang. Menerobos padatnya lalu lintas di area Sidoarjo, terus hingga ke daerah Jemursari. Lalu berhenti di mini market Sakinah yang berada di kiri jalan jika kita berjalan ke arah Rungkut. Kukira Mas Suami mengajakku belanja. Ternyata, di sudut kiri mini market syariah itulah Warung Tenda Nasi Babat berdiri. 


Warung Tenda Nasi Babat ini tidak cukup besar. Warung itu bisa dibilang hanya mampu memuat 12-15 orang saja dalam waktu bersamaan. Beruntung saat saya tiba, hanya ada sepasang suami istri yang tengah duduk khidmat sembari mengunyah Nasi Babat yang mereka pesan. Tapi soal kebersihan, jangan ditanya. Warna mejanya yang hijau terang membuat saya dengan mudah mengecek apakah sisa-sisa makanan dan minuman bertengger di atas meja. Kursi boleh kusam, tapi kebersihan meja tetap terjaga. Two thumbs up for this mini kedai.

Lalu kulirik daftar menu yang terpampang nyata di depan kami. ‘Nasi Babat Usus, 13.000. Nasi Babat Paru, 13.000. Nasi Usus Paru, 13.000. Murmer kaliii..’ batinku riang. Minuman yang terdiri dari Es Beras Kencur, Es Kunyit Asam, dan Es Jeruk pun hanya dibanderol 4.000 rupiah sedangan Es atau Teh Manis hangat dibanderol 3.000 rupiah saja. Murah kaaan.

“Mau makan apa?”
“Nasi Babat Usus aja. Nasi separuh. Sama Es Teh Manis. Hhe..”
“Nasi Babat Usus 1, Nasi Babat Paru 1, Es Teh 2 ya..” kata Mas Suami ke Ibu Nasi Babat.


Lima menit kemudian, makanan dan minuman pilihan kami dihidangkan. ‘Lha kok ukuran nasinya sama? Kan udah bilang separuh ya punyaku?’ batinku gusar. ‘Ah, yasudahlah. Mungkin rejeki mahluk lain nih*.’ Batinku kemudian. Hhe.. Di depanku, sepiring nasi jagung dengan potongan babat, usus, sepotong mentimun, segerombol daun kemangi, dan sejumput sambal korek mengerling manja. Baru kali ini saya makan nasi babat. Dan baru tau juga kalau makannya pakai nasi jagung. Baunya wangi menggoda.

Saya buru-buru mencicip. Enaaak. Babatnya lembut dan gurih. Ada bumbu-bumbu seperti kelapa parutnya gitu juga. Entah kelapa entah lengkuas parut. Tapi bikin gurih. Nasinya lembut, jagungnya juga tidak keras. It’s yummy. Sambalnya pedas untuk ukuran saya yang cupu ini. Tapi, makan nasinya kurang pas kalau tanpa sambal. Waaah.

Sesendok, dua sendok, tiga sendok. Saya kunyah dengan hati riang. Babat habis. Nasi? Tinggal 3 sendok aja. Hahaha. Tadi sok gusar bakal gak habis nasinya. Eeeeh, sisa dikit banget. Itupun karena babat dan ususnya sudah habis, kalau masih ada, mungkin nasinya habis juga. Hhi.

Jadi kalau kamu ke Surabaya, wajib bin kudu cobain Nasi Babat yaa. Murah meriah tapi enak kaliii. Cuma ya jangan tiap hari juga ke sini. Nanti main ke Surabaya seminggu, tiap hari beli Nasi Babat lagi. Wkwkwk. Bahaya. Kolesterol mengintai. 


Kata temen-temen sih di daerah Pegirian ada yang enak. Saya belom pernah coba. Tapi bagiku yang ini sudah enak. Pokoknya kalau kalian mau ke tempat ini, patokannya minimarket Sakinah di jalan Jemursari aja ya. Selamat mencobaaa.. 

*ilmunya Mas Suami, kalau makanan sisa tuh gak boleh bilang dibuang. Tapi bilang rejekinya mahluk lain. Jadi pas naruh di tempat sampah jangan diikat kuat-kuat. Biar para kucing dan mahluk lainnya bukanya gampang.

2 komentar:

DIY Eco Green Angpao for Ied Fitr

17:01:00 It's Leblung 1 Comments

Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menceritakan panjang kali lebar mengenai tempat yang rekomen untuk berlebaran. Tempat itu tepat digunakan saat rumah Mbah tak lagi cukup untuk menampung seluruh anggota keluarga. Nah, selain tempat, ada hal lain yang perlu kamu persiapkan loh. Apa itu?


Angpao. Yass. Buat kamu yang sudah berpenghasilan sendiri seperti saya, menyediakan angpao bagi sanak keluarga yang masih duduk di bangku sekolah tidak dapat dipungkiri lagi. Bukan bersifat wajib sih, tapi melihat mata berbinar para kerabat cilik pasti bikin hati leleh juga. Tatapan mata mereka tuh kayak bilang, "Tante, mau beli es krim niiih. Bagi angpao-nya atuhlah." Jadi, siapin angpao tuh perlu ya. Even mereka nggak bilang dan nggak minta.

Nah, 2 tahun lalu, saya bikin bungkus angpao (aduh bahasanya) dari kertas. Bertema binatang gitu. Saya juga tulis kok step by step cara pembuatannya, di sini. Alhamdulillah sekali, angpau itu sukses bikin saya dikejar-kejar dua gadis kecil pasca sholat Ied. Jadi ceritanya, mereka sudah mengintip angpao itu di kamar saya saat malam takbiran. Hahaha. Dasar bocah kan ya, habis sholat Ied saya dikinthili kemana-mana. "Ayo, itu lho.." bilang gitu terus sampai saya ingat ada angpao yang belum dibagikan.

Tahun ini, saya tak lagi membuat angpao dengan konsep sekali pakai. Saya maunya bikin yang berkali-kali pakai. Yah biar ramah lingkungan gitu-lah. Setelah gugling berjenis-jenis angpao, mulai dari yang berbentuk astor, berbentuk buah, berbentuk manusia, berbentuk dompet mini, berbentuk karung santa, dan lainnya. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat versi sederhana : bentuk ice cream.

 
Pemilihan bentuk pun dilakukan dengan mempertimbangkan bahan dan alat yang saya miliki. Ya, sedikit berhemat gitu-lah ya maksudnya. Hhi. Bahan dan alat yang saya gunakan, antara lain :
1. Kain flanel atau felt beraneka warna
2. Benang jahit
3. Jarum
4. Gunting
5. Lem tembak (boleh diganti lem kain lainnya)
6. Kertas dan bolpoin untuk membuat pola


Cara bikinnya gampang banget kok. Pertama, buat pola badan ice cream, lelehan krim, dan stick ice cream. Saya membuat pola badan ice cream dengan ukuran 7 x 11 cm. Itu diukur dengan asumsi bahwa uang yang dimasukkan dilipat menjadi 4 bagian. Untuk lelehan krim, tak ada patokan resmi, it's up to you. Digambar aja sesuai imajinasi kalo coklat di ice cream leleh tuh kek mana. Hhe. Untuk stick ice cream, yang lupa saya foto, saya menggunakan ukuran 1,1 x 3 cm.

Setelah itu, potong flanel sesuai dengan pola yang sudah dibuat. Jumlah potongan itu adalah : 2 badan ice cream, 1 lelehan krim, 1 stick ice cream, dan sepaket topping sesuka hati. Yaps. Toppingnya sesuka hati banget mau bentuknya kek gimana dan jumlahnya berapa.


Next step is hand sewing. Yippy. Masukkan stick ice cream di antara badan ice cream terlebih dahulu. Ini dilakukan agar kamu tidak lupa menjahit stick ice cream-nya. Setelah itu, jahit keliling badan ice cream dengan teknik tusuk feston. Jangan lupa untuk menyisakan sedikit lubang di bagian atas untuk tempat memasukkan uang ya..

Oh ya, step ketiga bisa diganti dengan merekatkan menggunakan lem (menge-lem) jika kamu tak punya cukup waktu atau cukup kesabaran untuk menjahit. Hhe. It's okay kok. I did it too for some angpao.

Daaan, sampailah pada step terakhir : put the topping on. Yuhu. Silakan merekatkan topping ice cream di atas badan ice cream. And it's done. Ini hasil bebikinan saya, versi sabar jahit dan versi gak sabar jahit. Which one do you like?



It's so easy to make yaaa.. So, tunggu apalagi? Yuk bebikinan. Angpao ini bisa digunakan berkali-kali oleh pemiliknya nanti. Lucu dan ramah lingkungan.

Note : kamu bisa tambahkan velcro (kretekan) kalo mau di bagian bukaan angpao. Biar si duit gak jatuh. Karena saya gak punya velcro, jadi ya begitu aja. Hhe..

Dan itu, saya gagal paham kenapa fotonya jadi jungkir balik pas diupload. Maapkan..


1 komentar:

Berlebaran dengan African Style di Baobab Safari Resort - Prigen

23:27:00 It's Leblung 0 Comments

Lebaran sebentar lagi
Berpuasa sekeluarga
Sehari penuh yang sudah besar
Tengah hari yang masih kecil
Alangkah asyik pergi ke mesjid
Sholat tarawih bersama-sama


Barangkali, lagu legendaris karya Bimbo ini sudah mulai diperdengarkan di berbagai stasiun televisi. Berselang-seling dengan promo diskon besar-besaran mulai dari flash sale di berbagai pusat perbelanjaan daring seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. Ataupun ragam promo midnight sale di berbagai offline shopping mall. Ya. Persiapan menyambut Hari Raya Idul Fitri selalu tak kalah seru dengan menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Menyambut Hari Raya Idul Fitri seringkali dimaknai sebagai beli baju baru, sepatu baru, kerudung baru, peci baru, dan semua-semua baru. Hhi. Tak dipungkiri saya salah satu yang suka heboh beli baju baru jauh sebelum lebaran. Tapi kalau dipikir-pikir, inti dari lebaran itu sendiri bukan perkara barang baru. Tapi........kumpul dengan semua anggota keluarga. Mulai dari Mbah Kung, Mbah Uti, Budhe, Pak Dhe, Bulik, Pak Lik, Sepupu, Keponakan, Cucu, Cicit, dan berbagai sebutan lainnya. Semua tumplek blek jadi satu untuk saling maaf memaafkan, dilanjutkan dengan mengurai berbagai cerita yang terlewatkan karena jarak dan kesibukan memisahkan satu dan anggota keluarga lainnya.

Yapp. Lebaran adalah tentang berkumpul bersama di suatu tempat. Biasanya sih di rumah Mbah, atau di rumah saudara tertua. Tapi, apa jadinya kalau anggota keluarga sudah beranak pinak? Tak cukuplah rumah Mbah untuk memuat semua orang dalam waktu yang bersamaan. Tapi eh tapiii, kalau dipisah-pisah dalam jam-jam tertentu, gak bisa full team dong? Kalo kangennya sama semuanya gimana?

Kalau temen saya sih, biar bisa berhari-hari ketemunya, karena cerita dalam satu tahun takkan bisa dirangkum dalam waktu beberapa jam saja, maka beberapa keluarga kecil (misal Budhe A, Pak Dhe A, Sepupu A, dan Bulik B, Pak Lik B, Sepupu B1, Sepupu B2) akan memilih menginap di hotel untuk kemudian datang lagi keesokan harinya. Ini ide yang cukup cemerlang untuk mengatasi keterbatasan kamar yang ada. Tapiii, why we don't go outside together instead of being apart from some little family?

Ya. Keluar bareng. Menginap di tempat yang lebih besar bersama-sama. Lengkap dengan meng-arrange beberapa kegiatan outdoor maupun indoor yang bisa diikuti oleh seluruh keluarga. Salah satu tempat yang saya rekomendasikan untuk berlebaran bersama keluarga besar adalah Baobab Safari Resort Prigen. Tempat apa itu? Kok Safari? *Lu kate kita lebaran sama binatang apa? Hhi. 


Baobab Safari Resort Prigen ini terletak di kawasan Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan - Jawa Timur. Tepatnya, resort ini sebelahan banget-banget sama Taman Safarinya. Terletak di kaki Gunung Arjuna menjadikan resort ini berhawa sejuk dengan udara yang bebas polusi. Untuk saya yang benci asap rokok dan asap kendaraan, udara di sekitar resort ini super menyenangkan.


Oh ya, resort ini dirancang dengan style African. Nuansa itu sudah langsung terasa ketika kita memasuki area lobi resort. Ada pohon Baobab buatan super gede yang diletakkan di tengah lobi. Jadi, kamu berasa berada di tengah rumah pohon. Dari lobi pula, kamu sudah langsung bisa melihat beberapa Jerapah, Zebra, Rusa, dan Burung Merak berjalan-jalan dengan tenang di depan resort. View-nya? Jika tidak berkabut, kamu akan dimajakan oleh jajaran pegunungan yang berbaris dengan cantiknya. So, still dodge that this resort is so african?

Hanya itu? Tentu tidak. Resort ini menyediakan berbagai aktivitas tambahan yang bisa diikuti oleh seluruh keluarga. Seperti :

Feeding The Animal
Tidak hanya di Taman Safari, di depan lobi hotel pun kamu bisa kasih makan Jerapah dan teman-temannya. Peraturannya hanya satu : menggunakan makanan yang disediakan oleh pihak hotel. Yapp, para perawat satwa sudah menyediakan sayuran khusus untuk para pengunjung yang ingin menyuapi Jerapah. Hal ini untuk memastikan sayuran yang dimakan oleh para satwa dalam kondisi baik. Kegiatan ini dapat dilakukan pada jam - jam berikut : 08.00, 11.00, dan 16.00 WIB. Pengunjung yang ingin mengikuti kegiatan tersebut, cukup berbaris rapi, mengantri di sekitar area Feeding The Animal. Saat memberi makan, kamu bebas kok berselfie, wefie, foto narsis, foto resmi, dan sebagainya. Bahkan para perawat hewan ini dengan senang hati membantu lohh.


Night Walk
Night Walk alias Jurit Malam. Tenang, yang ini tidak menyeramkan seperti saat ikut pramuka. Night Walk ini adalah kegiatan menjelajahi area hotel untuk menemukan satwa-satwa jenis  nokturnal, atau satwa yang berkegiatan saat malam hari. Kegiatan ini dilaksanakan mulai pukul 19.00 WIB. Tepat jam 19.00 WIB, semua pengunjung yang ingin mengikuti kegiatan tersebut sudah wajib, kudu, bin harus berkumpul di depan lobi untuk mendengarkan arahan dari para perawat satwa. Jika kamu ingin mengikuti acara ini, sangat disarankan untuk menggunakan sepatu anti-slip, jaket, baju dan celana panjang, serta membawa senter. Ini dikarenakan medan yang kamu lalui adalah medan berumput, kadang becek (dan gak ada ojek), kadang berlubang, gelap, dan dipenuhi ranting di kanan-kiri jalur penjelajahan. So, daripada kaki luka, terpeleset, tangan baret, dan lain-lain, mending prepare dengan baik kan yaa..

Sebelum memulai kegiatan, pengunjung akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 15 - 20 orang. Dan masing-masing kelompok akan dipandu oleh satu orang perawat satwa. Night Walk ini berjalan sekitar 30 hingga 60 menit. Jika sedang beruntung, kamu akan menemukan ular, burung hantu, landak, dan berbagai serangga.  Selama perjalanan, perawat satwa akan menjelaskan ini dan itu sembari mencari-cari satwa di sekitar jalur penjelajahan. Bagi saya, ini seru. Berasa menjelajah hutan seperti para peneliti hewan. Hhi. Ya meski kurang lama dan kurang banyak satwa yang ditemui, tapi okelah.

Story Telling
Khusus saat weekend, pihak hotel mengadakan story telling untuk anak-anak. Katanya sih, pendongengnya menggunakan topi hewan dan bercerita secara interaktif dengan anak-anak. Karena saya tidak mengikuti acara ini, jadi harap maklum jika saya tak tau banyak yaa..

Fun Games
Nah, pihak hotel juga menyediakan fasilitas fun games berikut dengan pemandu acara-nya. Fun Games ini dilakukan di sebelah depan-kanan hotel. Di rerumputan gitu. Waktu itu sih saya ke sana mengikuti acara family gathering kantor Mas Suami. Jadilah lengkap dengan paket fun games. Saya yang notabene asing dengan teman-teman Mas Suami, lumayan bisa akrab dan ketawa-ketiwi loh. It's means acaranya memang seru dan bikin makin akrab. Jadi, tidak ada salahnya memasukkan acara ini ke dalam rundown acara lebaran kamu.



Oh ya, mereka juga mengadakan lomba mewarna untuk anak-anak, jadi mereka tetap duduk anteng saat Bapak - Ibunya mengikuti fun games.

Barbeque
Pihak hotel juga menyediakan mini barbeque di dekat hotel loh. Saya gak tau apa aja yang saya makan, taunya semua enak aja. Hha. Bahkan Mas Suami (lagi-lagi) mengalah karena melihat istrinya makan dengan lahap

Gala Dinner
Seperti hotel-hotel yang lain, hotel juga dilengkapi dengan ballroom untuk pertemuan resmi maupun jamuan makan malam. Saat jamuan makan malam ini, bisa banget digunakan untuk mengenalkan anggota keluarga baru ataupun menonton video-video maupun foto-foto kenangan yang dijamin bakal bikin suasana renyah.


Fasilitas lain adalah kolam renang yang berada di depan lobi, jadi bisa renang sambil lihat Jerapah lewat, Free Wi-fi, Spa, Souvenir Shop, Restaurant, Jogging Track, dan Shuttle Bus untuk pergi ke Taman Safari. Cukup lengkap bukaaan?

Bagaimana dengan kamarnya ?
Hotel ini menyediakan 148 kamar yang terbagi atas 6 tipe kamar, yaitu Deluxe Hills, Premium Hills, Junior Suites Hills, ini adalah kamar yang pemandanganya ke fasad depan bangunan. Sedangkan Deluxe Savanna, Premium Savanna, dan Junior Suites Savanna, view-nya adalah bangunan dan langsung ke Savanna dimana para hewan-hewan ini tinggal. Dengan jumlah kamar sebegitu banyaknya, seluruh anggota keluarga pasti cukup kok. Sedangkan harga untuk kamar dimulai dari 800.000 – 1.800.000 untuk satu malam, tergantung jenis kamar yang dipilih. Daaan, perlu diingat bahwa hotel atau resort ini termasuk favoritos, jadi siap-siap gigit jari kalau bookingnya kelamaan yaa..



Buat saya sih, resort ini cocok banget untuk dijadikan tempat berlebaran. Para anggota keluarga dewasa bisa be-refreshing dengan udara yang sejuk, view bagus, berenang, fun games, dan makan-makanan enak. Sedangkan para anggota keluarga kecil bisa mendengarkan dongeng, mengenal satwa lebih dekat, dan lain-lain. So, tunggu apalagi? Yuk arrange lebaranmu di hotel ini. ^.^

0 komentar:

Tarawih Berjama'ah, Kuy-lah Lurusin Shaf-nya !

21:55:00 It's Leblung 0 Comments

"Pak, Bapaaak. Antos ilo nakal. Tempat tarawih kita diambil," teriak Laily kecil kepada Bapaknya yang menjabat sebagai imam sholat tarawih saban Sabtu-Minggu.
"Tos, ayo yang laki-laki pindah ke dalam," timpal Bapak seraya mengusir Antos, teman kecilku, dari markas para gadis kecil.
Dan yang terjadi berikutnya adalah saya, Mbak Fia, Winda, dan teman-teman cewek yang lain gerudukan menuju spot itu. Spot andalan. Spot yang disediakan oleh para pengurus mushola bagi kami, para gadis kecil yang hobi cekikikan saat sholat.

source : http://konsultasifiqih.com

Yass. Itu masa dimana saya masih hobi berisik, cekakak-cekikik saat sholat tarawih. Saat dimana tarawihnya bolong-bolong karena lelah. Shalat 4 rakaat, istirahat 2 rakaat, sholat lagi, istirahat lagi, dan begitu seterusnya. Cuma sholat witirnya yang gak pake istirahat (ya iya, Liiiil! Cuma 3 rakaat ini. hhe).

Di jaman itu sih gak ada namanya anak kecil diusir dari masjid atau mushola karena berisik. Yang ada sih diomelin ibu-ibu, dicubit, dipelototin, dan sejenisnya. Tapi kami tetap saja bandel. Besoknya tetap datang dengan riang dan mengulangi kesalahan yang sama : berisik. Wkwkwk. Mungkin sih, karena itu, para pengurus mushola memberi win-win solution. Yaitu memberi kami markas andalan. Letaknya di luar mushola, di pojok kanan, dilingkupi pagar sederhana yang terbuat dari bambu. Ih, jelek dong! Eihhh, sejuknya luar biasa meeen! Jadilah kami selalu berusaha menguasai tempat itu. Hhaha. Badung yaa?

Waktu berlalu, Laily kecil telah bertambah usianya. Mungkin ini terjadi saat saya duduk di kelas 3 SD, saya pulang tarawih dengan wajah murung,
"Paaak. Bu Parni lho nakalan. Masa' aku sudah taruh sajadah duluan di baris pertama, urutan pertama. Pas aku tinggal wudhu dipindah ke belakang. Kan aku dateng duluan," aku memburu Bapak yang pulang tadarus dengan omelan panjang.
"Ya besok Adik datang lebih awal."
"Lho, tadi aku udah datang paling awal kok."
"Ya wudhunya di rumah, biar ndak pake ninggal sajadah."
"Bilangin pokoknya Bu Parni. Nakalan ituuu. Aku duluan kok," tetep bersikukuh Bu Parni salah.
Bapak cuma mesem melihat gadis ciliknya manyun lima (5) sentimeter. Hha.

Ya, kala itu, saya sudah naik level. Sudah berhenti tinggal di markas. Sudah mulai sholat lengkap, 20 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir. Dan siapa bilang kalau persaingan tidak berat seperti perebutan markas? Lebih berat. lawannya ibu-ibu sepuh, ibu-ibu guru ngaji, dan ibu-ibu teman main saya. Hha. Mana mungkin saya teriak-teriak minta mereka pergi? Jadi ya begitu. Ngomel ke Bapak sepulang tarawih kalau terusir. Trus besoknya datang lebih awal dan gak pergi kemana-mana demi mengamankan tempat paling depan. Biar dapat pahala sebesar unta kata Pak Guru Ngaji.

Nah, entah mengapa 3.5 tahun merantau di kota ini, saya belum pernah melihat ibu-ibu berebutan untuk menempati shaf paling depan. Tak pernah sekalipun saya dapati shaf yang tertata rapi. Selalu bolong di sana sini. Bagian belakang malah yang terisi penuh duluan. Menyisakan lubang besar di shaf depan. Belum lagi jika rakaat ke delapan selesai. Geruduuuuk. Pada pulang duluan, menyisakan lubang besar dimana-mana. Dan ajaibnya tidak ada yang bergerak maju mengisi lubang-lubang kosong itu.

Saya masih ingat ketika pertama kali tarawih di Masjid Agung, ketika pasukan delapan rakaat pulang, saya kebingungan. "Lho? kan belum witir, di sini delapan rakaat aja ya Bu?" tanya saya kepada ibu-ibu yang sedang melipat sajadahnya.
"23 kok Teh."
"Ohh.."
Mm. Kali itu, saya pulang seperti Laily kecil. Siap ngomel-ngomel. Tapi bukan ke Bapak. Ke Mas Pacar. Hha.
"Apa aku ngadep aja ke imam besarnya ya, RenKun? Gak bisa banget nih begini."
"Ya ndak papa dicoba aja.." jawabnya lempeng.
Tapi saya yang ciut sendiri. Ya kali. Anak rantau, baru beberapa bulan di kota orang, masih medok banget, tiba-tiba ngadep ke imam besar. Anaknya lemah. Hhu. Jadilah saya biarkan itu terjadi.

Padahal nih, kalo di musholla kami, imamnya, yang tidak lain tidak bukan adalah Bapak saya sendiri, kejemnya minta ampun. Suka marah-marah sebelum sholat tuh.
"Ayo dilurusin shafnya. Itu ibu-ibu gak usah ngikutin lebarnya sajadah. Dipepetin sama sebelahnya badannya. Mbak Mina, itu masih bisa nambah satu. Ayo maju yang di belakang."
Kadang saya rada malu kalo Bapak marahin ibu-ibu. Hha. Untung gak ditimpuk sama ibu-ibu kan yaa. Eh tapiii, setelah gede gini baru kerasa ya butuhnya. Baru tau juga kenapa kok perlu juga tuh imam bilangin makmumnya biar rapihin shaf sebelum shalat. Ada haditsnya ternyata :

سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ
“Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk tegaknya sholat.” (HR Bukhary)

سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ
“Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan sholat.” (HR Ibnu Majah)

So, Mbak, Teteh, Uni, Ibu, Budhe, Bulik, Mbah yang shalat tarawih berjamaah, yuk lurusin shaf-nya. Demi kebaikan bersama kok. ^.^

*saya sudah draft komik tentang ini tadi belom jadi. Nanti deh ditambahin ya..

0 komentar:

Ojju K-Food Tunjungan Plaza, Tempat Ngemil ala Korea

13:26:00 It's Leblung 0 Comments

"Siska, mau makan apa kita?"
"Apa ya Mbak? Gatau.."
"Eh bentar, bentar.." lalu saya tunjukkan foto ini :
"Mau makan itu, Mbak."
"Hha. Gak ada di Surabaya ini. Baru ada di Jakarta."
"Yah, Mbak. Udah terlanjur kepengen," ujarnya kesal.

Hhi. Berbulan-bulan lalu, di tahun 2017, saya menemukan foto itu di Instagram. Ayam Madu Merah ala Korea a.k.a Korean Honey Chicken dibalut Keju Mozzarella meleleh super banyak. Ia sukses bikin saya jatuh hati pada pandangan pertama. Cailaaah. Seketika juga langsung mencatatnya di 'Must Try Food List' kepunyaan saya.

Waktu berselang, pada Oktober 2017 kabar bahwa si makanan menggiurkan itu sudah tersedia di Surabaya bikin saya girang. Tapi tak pernah sempat untuk mencicipinya. Dan akhirnya kesempatan datang pada hari Sabtu lalu. It comes when;
"Mau makan apa biar moodnya jadi baik lagi? Beli Gelato tah?" kata Mas Suami yang liat istrinya sedih pasca ditinggal Ibuk pulang balik ke Malang. Anaknya lemah. 
"Gak mau Gelato, kan tadinya mau ajak Ibuk makan Gelato. Nanti nangis lagi inget Ibuk. Trus Ibuk suka makan Shabu-Shabu, kalo makan Shabu-Shabu, nanti inget juga."
"Trus makan apa lho?"
"Mm, mau Ojju K-Food aja deh. Ada di Tunjungan Plaza 5 Level 5. Kan bisa sekalian beli keperluan Siska."
"Yaudah yuk siap-siap."

Akhirnya pergilah kami ke Tunjungan Plaza. Rame. Secara itu malem minggu ya. Banyak muda-mudi dan sepaket keluarga yang menjejali tenant-tenant Tunjungan Plaza. Mm, mungkin juga karena mendekati Ramadhan sih. Beberapa keluarga memilih melengkapi keperluan Ramadhan dan keperluan Lebaran jauh-jauh hari sebelumnya. Setelah mengunjungi beberapa tenant untuk membeli keperluan si adik, akhirnya kami menuju Tunjungan Plaza Level 5, tempat dimana si makanan menggiurkan bercokol.

Tiktuk. Tiktuk. Mm, kok gak ketemu-ketemu yaa.. Hhe. sekitar 5 menit muter-muter barulah tulisan Ojju nampak. Tepat di sebelah Fish & Co. Mm, mungkin karena tempat makan lain lebih besar ya, jadi Ojju K-Food ini sedikit susah ditemukan. But it's okay-lah.. 


Begitu masuk, suasana ala-ala tempat makan di Korea langsung terasa. Furniture dari kayu-kayu berwarna coklat muda. Ornamen-ornamen khas Korea. Lukisan dinding yang artistik. Serta mbak-mbak dan mas-mas yang mengucap, "Annyeong haseo" atau "Kamsahamnida" dengan logat Surabaya a.k.a medok seperti saya. It's cute and warm at the same time.

"Untuk berapa orang?"
"Tiga orang, Mbak."
Ia pun mengantar kami ke tempat duduk di tengah-tengah resto. Menyerahkan buku menu, tersenyum ramah, dan meninggalkan kami yang sedetik kemudian sudah khidmat membaca menu makanan. ^.^
Karena dari awal pengen yang ber-mozzarella itu, jadilah kami memilih Rolling Cheese - Beef Ribs level mild. Both of them love spicy food, but i'm not. Jadi milih yang mild ajah. Trus, kok bukan ayam yang dipilih? Biar pernah aja. Kalo ayam, nanti berasa makan ayam Recheese. Dan di buku menu ditulis Plenty for 2, Enough for 3. Jadilah pesen 1 ajah buat bertiga. Oh ya, paket itu sudah termasuk Banchan. Banchan itu sepaket Cream Corn, Kimchi, Macaroni Salad, dan Oi Muchim. Untuk minum, kami memilih 1 Pitcher Corn Tea. 1 buat ramean biar rasa solidaritas tumbuh subur di hati kami bertiga. *apasih lil. hhi..

Tak lama, minuman datang, disusul dengan sepaket Banchan. First impression, "Mini ya Banchannya." Hhe. It's look like tester gitu. Kek gini :


Mm, sorry to say, tapi ini Cream Corn-nya minim Corn. Atau emang gitu ya? Tapi di buku menu kek banyak gitu jagungnya. Kimchinya cuma 3 potong sawi putih. Mm, kek udah ditakdirkan 1 orang makan 1 potong aja ini mah. Macaroni Salad dan Oi Munchim-nya lumayan-lah. Kami foto-foto doang lalu disisihkan. sekitar 5 menit kemudian, main menu dihidangkan. Waaah. Potongan mozzarela-nya menggoda. Dan, ada tambahan potongan Potato Wedges di sekitar Beef Ribsnya.

Setelah bersepakat dengan Mas-Mas Waitress untuk eksekusi Rolling Cheese - Beef Ribs-nya saat itu juga. Api mulai dinyalakan. Mas Suami memilih mengambil seluruh Potato Wedges agar tak bercampur mozzarela. Lalu dengan lihai, Mas Waitress mengaduk-aduk si keju. memastikan leleh sempurna dan bebas dari gosong. Setelah meleleh sempurna, Beef Ribs berjumlah 5 rusuk itu dipotong-potong. Selanjutnya ia menggulung Beef Ribs dengan lelehan mozzarella. Waaah. It's the best part sih menurutku. Bikin air ludah diproduksi banyak alias nge-ces. Hhe. Setelah itu, potongan Beef Ribs diletakkan satu per satu di tiap piring makan. Api dimatikan. It's time to taste it. Yuhuuu.

Untuk memakan Rolling Cheese, disediakan sarung tangan plastik sehingga kita tak perlu takut tangan kotor atau tangan terasa panas akibat memegang makanan pedas. Gigitan pertama, mozzarella yang kenyal, asin khas keju memenuhi mulut saya. Disusul dengan rasa manis, sedikit pedas, dan rasa rempah khas Korea. Buat saya, ini enak. Hampir seperti Recheese sih rasanya. Cuma kalo Recheese rasanya lebih kaya karena baluran tepung pada kulit ayamnya. Bagaimana dengan dagingnya? Empuknya pas. Tidak terlalu sulit digigit tapi juga tidak hancur. ^.^

Karena Ribs-nya hanya 5, Mas Suami memilih memakan satu saja. Hhe. Ngalah demi adik dan istrinya yang tampak lahap. Makan 2 potong Beef Ribs dan beberapa Potato Wedges, perut saya belum penuh juga. Saatnya mengincip si Banchan. Cream Corn, manis susu plus jagung. Sudah. Jadilah ini seperti meminum susu rasa vanilla yang diberi topping potongan jagung rebus. Emang gini ya Cream Corn ? I never taste Cream Corn before, so i can't give a rate.

Banchan kedua : Kimchi. Mm, mirip asinan dengan bau Gochujang (Pasta Cabai Khas Korea). Karena memang basicnya gak suka Kimchi, jadi ya buat saya biasa aja sih. Lalu Oi Munchim, ini semacam asinan juga dengan potongan Timun Jepang kalo tidak salah. Yang ini lebih manis, jadi buat kami sih ini lebih menarik dari Kimchi. Berasa segar gitu pas dimakan. Dan terakhir, Macaroni Salad. Mm, bisa dibilang tidak terlalu spesial. Rasa Kejunya kurang kuat. Bisa jadi sih karena sisa rasa mozzarela masih bertengger di sela-sela gigi saya. Bagaimana dengan Corn Tea? Yang bikin menarik tempat minumnya yang berbahan logam. Jadi berasa kek minum Soju gitu. Tapi agak gede sih ini gelasnya. Rasanya? Pahit. Dan aroma jagungnya terasa. Saya sih kurang suka. Hhe. 

Semua makanan dan minuman sudah dicoba. Saya suka Rolling Cheese-nya, tapi tidak Banchan-nya. Tapi ya itu, paket ini untuk 3 orang bukan Enough. It's minus. Kami masih lapaaar. Bahkan untuk saya yang notabene makan dikit aja lapar, apalagi Mas Suami yak. Jadilah kami bilang ini camilan, bukan makanan utama. Hhe.

Bagaimana dengan harga? Untuk Rolling Cheese - Beef Ribs dibanderol harga 219 ribu rupiah. Sedangkan Corn Tea dihargai 22 ribu rupiah untuk pitcher dengan volume 1,2 liter. Untuk harga itu dan tingkat kekenyangan, saya kasih rate 3 dari 5 ya.. So, it's okay to try but not recommended when you are hungry.

0 komentar:

Food Planning for Ramadhan

08:03:00 It's Leblung 0 Comments

Ramadhan tiba, Ramadhan tiba
Marhaban ya Ramadhan

"Yeaaay..! Finally we meet again, dude," saya rasanya akan teriak begitu kalo Ramadhan berwujud seperti mahluk. Bahagia. Kek alam semesta juga mendukung kedatangannya gitu. Purwakarta yang beberapa hari ini panas mendadak bercuaca ramah. That's amaze me.

Nah, kehebohan kala Ramadhan yang saya yakin ada di tiap rumah adalah persiapan buka puasa dan makan sahur. "Mau takjil apa yah? Kurma sih pasti. Sama es apa ya? Ih es kuwut bakal seger, atau es blewah aja? Es cincau bisa juga, es kacang merah dong. Es pisang hijau juga enak." Hhi. Itu baru bahas takjil yaa.. Belum menu sayur dan lauk untuk buka puasa dan sahur. Makin panjang deretan pilihan yang dijabarkan oleh masing-masing anggota keluarga.

So, bagi saya mencatat itu penting. Biar gak lupa. Biar perencanaannya tepat. Itu juga bisa banget diaplikasikan untuk merencanakan menu saat Ramadhan loh. Biar makin semangat merencanakan kudapan spesial untuk keluarga di rumah, kamu bisa pakai template ini :


Silakan didownload dan digunakan dengan hati riang. Boleh banget dishare ke teman-teman lainnya. 

0 komentar:

Suami Gamers VS Istri Ngomelers

14:58:00 It's Leblung 3 Comments

I do believe, di luar sana banyak yang bernasib sama dengan saya yang ditinggal suaminya main game. Duh, balada istri gamers begini yess. Apalagi kalo yang dimainin tuh game online, yang katanya seru dunia akhirat karena bisa ngobrol sama pemain lain yang entah ada di belahan dunia mana. Duh. Makin-makin deh khidmatnya. Suka tiba-tiba nyeletuk, "Kyaaa, akhirnya yang lain online juga," atau "Mana ini yang lain kok gak muncul bantuin lawan yang ini, berat banget lawan yang ini," dan kalimat-kalimat ajaib lainnya. Hemmh.

Nah, bukan cuma itu. Ada beberapa game yang tiap hari tuh ada semacam Daily Challenge gitu. Ada Daily Bonus juga gitu. Jadi ya mereka main tiap hari buat mengejar bonus itu. Hadeeeh. Udah macam makan aja tiap hari. 

Dya maen ini nih. Lineage. Tiap hari kudu main biar dapet semacem Daily Bonus. Rawr
Jadilah, daripada muka saya makin keriput tak berbentuk, saya buka laptop di belakangnya. Browsing-browsing buat cari teman senasib. Kali-kali ada yang bagi-bagi tips cara ampuh untuk menghadapi rentetan panjang "Balada Istri Gamers". Hha. Saya sedudul itu emang, semua-semua di-gugling. Daaan, gak nemuuu. Yang ada adalah tips-tips malaikat semacam : 

Mintalah Dya Ajarin Kamu Main Game, Kalo Sudah Jago Bisa Jadi Teman Battle

Duh. Yang ini bukan dya banget. Pernah tuh, kan di kantor ada Liga PES Ramadhan, jadi jam makan siang diganti tanding PES gitu. Kan rame yaa, aku bilang dong ke RenKun ;

"Nanti ajarin aku ya buat nge-PES."
"Lha kenapa kok tiba-tiba gitu?"
"Iya, mau ikut Liga PES Ramadhan nih. Kan keren gitu gak sih kalo aku jadi satu-satunya peserta cewek trus menang." Hha, bisa nendang aja udah bagus, ini langsung targetin buat menang.
"Aku lebih suka kamu belajar masak aja."

Daaaar. Langsung ngeloyor pergi sebelum tema belajar-belajar yang lain dikeluarkan. Hahaha..

Bersyukurlah Dya Mainin Game dan Bukan Mainin Cewek Lain 

What the **** is this tips ya? Aneh banget dah. Emang pilihan di dunia cuma 2 : main game atau main cewek? Setdah. *ibu-ibu makin emosi baca tips yang ini. Hahaha.

Temukan Passion Game Kamu

*nangis bacanya. Harus banget ya main game juga? Udah kayak hidup, nge-game aja nyari yang passion. Mending cari passion idup deh daripada ribet kudu cari passion game. Please.

Hhaha. Marah-marah banget ya sayaaa? Untung puasaan belom mulai kan. Jadi, karena tips-tipsnya alhamdulillah gak ada yang cocok, saya balik badan, eh balik ke aplikasi yang lain : Ms Word. Nulis ini dan alhamdulillah rada reda emosinya. Gegara bapak itu tiba-tiba tanya juga sih, "Kamu pengen apa?" Rasanya pengen jawab, "Pengen ke Switzerland, mau main salju." Tapi kan ya keknya malah dijitak ya. Jadi nulis aja curhat gak jelas ini. hhaha.


So, buat mamak-mamak atau mbak-mbak ngomelers macam saya, kalo lagi sebel banget. Mending nulis deh, curhat gitu, atau nyanyi-nyanyi kenceng di kamar mandi biar emosinya reda. Lebih bagus lagi sih diutarakan aja sama pasangan kalo sebaiknya game tuh diprioritaskan nomer ke sekian puluh. Toh kita tetep bisa idup bahagia kan meski nggak nge-game. Hahaha. Dan lagi, game tuh gak diajakin ngobrol juga gak keki, kalo istrimu gak diajakin ngobrol, bisa pecah tuh dua lusin piring di lemari.  Sudah segitu ajaaah.

3 komentar:

Find a Great Iftar Through These SocMed Account

21:56:00 It's Leblung 0 Comments


Dalam hitungan hari, kita umat muslim akan bertemu dengan bulan suci Ramadhan. Gegap gempita bahagia itu disampaikan lewat berbagai pertanda : tukang es kelapa muda dadakan yang mulai muncul di berbagai sudut kota, gantungan aneka petasan yang membuat anak-anak kecil merengek ke ibundanya, dan dibagikannya jadwal sholat di beberapa kantor maupun pertokoan secara gratis. Yaaa. Ramadhan sudah dinanti.

Nah, satu momen yang penting selain menjalankan ibadah puasa itu sendiri adalah saat berbuka atau iftar. Bukan karena terlalu bahagia puasa berakhir yaa, absolutely no. Tapi karena di momen ini semua anggota keluarga mengusahakan untuk pulang tepat waktu. Momen kebersamaan ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Dan makin bertambah lengkap dengan berbagai hidangan spesial.
Nah, untuk kamu yang bertugas menyiapkan hidangan spesial untuk berbuka puasa, bisa banget menengok beberapa akun media sosial ini untuk mencari resep dan inspirasi hidangan iftar :

Akun ini baru saya temukan beberapa minggu yang lalu. Berbekal keyword "Strawberry Latte", diperkenalkanlah saya dengan akun yang artistik ini. Pembuatnya berasal dari Korea Selatan, karena itu jugalah dari 167 video yang mereka buat, hampir semua mengenalkan makanan-makanan ala Korea. 

Tapi, beberapa video mengenai beverage atau minuman ala Wife's Cuisine membuat saya jatuh hati. Filming yang sederhana, mengandalkan suara-suara natural saat memasak seperti suara gemericik air saat mencuci bahan makanan, suara ketukan pisau saat bersentuhan dengan talenan, atau suara denting sendok menjadikan proses memasak nampak syahdu. Tidak hanya itu, bahan-bahan yang digunakan juga tercatat jelas di video maupun kotak deskripsi. Ini tentu sangat memudahkan. 

Resep-resep Wife's Cuisine yang masuk dalam list saya antara lain : Mango Shaved Ice, Melon Shaved Ice, Strawberry Syrup & Latte, serta Watermelon Ade. Bahannya mudah didapat, caranya mudah dipahami, dan tampilannya menggoda. Saya sudah sangat penasaran untuk membuatnya.


Siapa sih yang gak kenal Chef Yuda Bustara? Acara Urban Cook-nya di Kompas TV sukses membuat banyak orang jadi berpikir, "Eh, masak itu kece ya?" dan lalu yang gak biasa masak jadi tetiba pengen masak. I'm one of those girl kok. Hhi. Resep pertama yang saya coba adalah Chocolate Cake Cangkir, tahun 2013 yang lalu. Dan ajaibnya berhasil pada percobaan pertama, padahal caranya jauh dari how to make a cake ala ibu saya yang pembuat kue profesional. Keren nggak tuh?

Itu adalah satu dari sekian banyak alasan mengapa saya merekomendasikan akun Chef Yuda Bustara. Karena caranya mudah untuk seorang yang tidak pernah ke dapur sekalipun. Jadi, untuk kamu yang masih tahap belajar, akun ini bisa banget dijadikan panutan. Alasan lainnya adalah karena Chef Yuda selalu menjelaskan dengan detail mengapa menggunakan bahan ini, jika tidak ada, bahan apa yang bisa dijadikan pengganti, kenapa harus dibeginikan dan kenapa tidak boleh dibegitukan, dan hal-hal yang lain. Ini membuat pengetahuan tentang apa yang kita buat menjadi bertambah banyak dalam sekejap.

Selain itu, Chef Yuda dan timnya sangat friendly. Pertanyaan receh macam apa beda tepung tapioka dan tepung maizena pun mereka jawab. Dan itu yang bikin kami para followernya makin jatuh hati. They help us a lot. Bagaimana dengan pilihan resep ? Duh. Jangan ditanya. Mulai resep minuman, snack kekinian, makanan japanese, hingga resep makanan daerah ada semua. Kurang lengkap apa coba?

So, dengan kemudahan cara membuat, penjelasan detail, keramahan Chef, plus pilihan resep yang bejibun, tidak salah dong kalau akun Chef Yuda saya jadikan rekomendasi rujukan resep menu berbuka puasa?


Di tanah Sunda ini, saya baru tau kalau ada beberapa keluarga yang memiliki tradisi makan gorengan dulu saat berbuka puasa. Barulah menyantap hidangan utama. Nah, kalau kamu adalah salah satu dari mereka yang memiliki tradisi itu, bisa banget loh cari inspirasi dari akun Instagram @fridajoincoffee. Beragam jenis makanan ringan a.k.a kue ada di sana. Jadi tiap hari tidak melulu gorengan tempe atau bala-bala. 

Akun yang memiliki follower sebanyak 295 ribu dan telah menerbitkan buku baik versi printed maupun ebook ini dikenal baik di kalangan ibu-ibu muda. Resep yang dituliskan dengan detail menjadikan akun ini banyak disukai. Tidak hanya itu, Frida, sang pemilik akun, bersifat sama dengan Chef Yuda. Baik hati sekali mau menjawab pertanyaan-pertanyaan para followernya. Ini menjadikan akun ini tidak hanya bekerja satu arah, tapi dua arah. Ada komunikasi yang terjalin baik antara influencer dan followernya.

Saya sihh, sejak lama ingin membuat kue cucur dengan resep Frida. Semoga bisa kesampaian yaa..

Jadi, akun mana yang akan menginspirasimu?

0 komentar:

Happiness is Homemade, (not) MedSos-made

21:39:00 It's Leblung 1 Comments

Merengek di tepi danau
"RenKun, ke Labuan Bajo pasti seru deh. Live on Board 3 hari gitu. Bayangin deh, bangun tidur liat sunrise di perbukitan, trus naik kapal untuk ke spot snorkeling, lanjut ke pulau berikutnya, mantengin sunrise. Dan gitu lagi selama 3 hariii. That will be awesome, Dear!"
"Ihhh, kamu liat nggak instastory Suhay Salim yang aku kirimin? Kece banget Switzerlaaand. Sumpah berasa liat surga. Pasti seneng kalo bisa kesana yaa.."

"Do you wanna build a snowman? Say yes dong, RenKun. Pasti seru gituuu."
"........"

Itu adalah sebagian dari rengekan saya ke Mas Suami. Hhi. Menceritakan pulau ini dan pulau itu, negara ini dan negara itu, merengek liat salju, dan banyak hal lain hasil mantengin Instagram para influencer kece. Hha. Pokoknya, nowadays liburan jadi topik yang gak luput dari bahasan tiap ketemu. Meskipun lebih sering dijawab dengan senyum menawannya (duh! jadi kangen), saya tetep gak bosen loh buat berkicau. wkwkwk.

Lain saya, lain juga mantan temen satu sekat saya di kantor (baca : dya pindah bagian, dulu duduk sebelahan). Dya yang bergelar ibu muda, hobi banget DM (direct message) hal-hal semacam ini :

"Eh, Mbak Lai, kamu liat nggak instastory Alodita? kece ya bisa kerja di rumah sampe dapet endorse ke New York gitu."

"Ya ampun, kece banget Jennifer Bachdim nih. Pake dress dong dya setrika di rumah."

"Mbak Lai, Innisfree keknya bagus ya. Aku habis liat review-nya gitu.."
"........"

Dan sederetan rumpi lainnya yang muncul akibat pemantauan akun media sosial para selebgram hampir saban hari. Hahaha.

Do you see that? Definisi bahagia bagi kami berdua seringkali dipengaruhi oleh apa yang media sosial tampilkan. Dari foto liburan, foto produk, video di negara orang, video aktivitas orang lain, dan berbagai tampilan lain yang kalo mau disadari, bisa berubah tidak lagi dalam hitungan hari, tapi dalam hitungan jam. Is it ?

Nampaknya, fenomena ini tidak hanya terjadi pada kami berdua, tapi juga pada seorang illustrator kece bernama Puty Puar. Nah, bedanya kami dengan Puty Puar adalah : "Kami tetep aja rumpi tentang ini-itu, Puty memilih membuat karya untuk mengembalikan definisi bahagia." hhi. Malu mengutarakan itu tapi benar adanya. Wkwkkwk.

Berawal dari kegundahan Puty Puar akan definisi kebahagiaan, menjadikan ia menulis sebuah buku imut berjudul "Happiness is Homemade." Pada halaman kata pengantar, Puty menceritakan bagaimana ia yang dulu adalah seorang pekerja full time menjadi ragu akan tingkat kebahagiaannya setelah memutuskan untuk bekerja dari rumah pasca menikah. Ia tak lagi bisa nonton konser band sesuka hati, pergi ke luar negeri sesuka hati, dan lain-lain. Tapi ia akhirnya menyadari bahwa tidak melakukan itu semua dan apa yang saat ini banyak ditampilkan di media sosial tidak menjadikan kadar kebahagiaannya berkurang. Ia tetap Puty yang sama bahagianya.

Aww. Baru baca kata pengantar sudah bikin saya malu hobi merengek. Hhe. Lewat buku setebal 160 halaman ini, Puty menghadirkan ragam kejadian di sekitar kita yang bisa menghadirkan kebahagiaan. Bisa dibilang, Puty membuat ilustrasi tentang hal-hal kecil yang membahagiakan. Seperti ini :
Siapa sih yang gak suka nemu duit meski duit sendiri ?
Hugging could release stress.. ^^
Buatku, Toko Buku adalah Surga Dunia
Hhe, perempuan mana yang tak suka dipuji ? Asal gak pake nada genit yeee..
Apalagi kalo berhasil dan ada yang bilang enak
Hhi. Lembar demi lembar kian membuat saya manggut-manggut setuju. Bahwa kebahagiaan tidak harus datang dari pulau atau negeri nan jauh. Tidak pula harus menjadi orang lain terlebih dahulu. Happiness is Homemade. Dari situ saya merunut beberapa hal kecil yang sukses bikin saya bahagia serta merta :

1. Ketemu Ibu Bapak Mas Sian dan RenKun
Mereka berempat adalah sumber bahagia. Meskipun cuma liat aja, ketemu aja, gak ngomong apa-apa, hormon endorfin saya sudah naik beberapa tingkat. Kayak lovely banget mereka niiih. Apalagi sekarang saya merantau, jadilah momen bersama mereka selalu membahagiakan dan ditunggu-tunggu.

2. Mantengin Suami Saya Kerja
Hhe, saya adalah tipe sapioseksual. Tertarik pada kecerdasan, jadi kayak kekerenan suami saya naik 2 tingkat kalo lagi mumet sama coding yang dya bikin. Hha. (He is programmer, ini web punya dya. Promo gapapa yaa..)

3. Jahili Mbah dan Adik Ipar
Mungkin karena dasarnya jahil yaa. Jadi kek bahagia aja kalo usil ke Mbah dan ke adik ipar. Semoga dya gak merasa kubully sih yaa. wkwkwk.

4. Baca Novel yang Sudah Lama Dibeli
Saya tuuuh, hobi beli suka lupa baca. Hhi. Jadi kalo moodnya lagi bagus trus nemu buku di pojokan, udah bahagia. Wangi dan tekstur kertas jadi semacam bikin baca makin menarik gitu. That's why i love printed book that digital book. Biar dah dikata udik.

5. Cerita ini itu dengan Para Sahabat
Basicly saya cerewet, jadi ya seneng ngomong ngalor ngidul gak jelas. Hhe. Lebih bagus lagi sih kalo ada audience-nya gitu, terus saya jadi performer atau trainer dan didengarkan dengan baik. Waaah. Gada yang mau kasih tawaran baca puisi, mendongeng, atau sosialisasi something gitu?

6. Makan Bebek Penyet Pinggir Jalan
Bukan bebek doang siiih. Makan enak pokoknya. Makan itu menggembirakaaan.

Kalau kamu, kegiatan apa yang bikin kamu serta merta bahagia? Pasti ada dong? Ya kan? Ya dong? Hhi..
Love this postcaaard !
Oh iya, buku imut ini dibanderol dengan harga Rp 69.000. Worth beud untuk isinya yang lucu, menarik, dan mengingatkan banyak hal. Eh, waktu itu saya beli melalui pre-order gitu. Jadi dapet bonus postcard doodle karya Puty. Yang beneran digambar atu-atu pake spidol berwarna. So much love accept the bonus. Trus, di bagian buku paling belakang, ada sekumpulan stiker yang fungsinya ditempel di hal-hal yang bikin kamu bahagia. Karena sayang, jadilah gak kuutik-utik. Tetap di tempat. Hhi..

Sooooo, bacalah buku ini ketika definisi bahagiamu tercemar terlalu banyak oleh media sosial. Bermimpi boleh, lupa bahagia jangan. Hhe..

*tapi travelling wishlist-nya gapapa ya RenKun. Kan wish ajah, gak must-do list. Ups

1 komentar:

Staycation : Another Vacation Style

13:29:00 It's Leblung 0 Comments

Wuhuuu. Weekend is almost here. Bagi para company slave (baca : karyawan perusahaan) macam saya, weekend adalah salah satu surga dunia. Kebahagiaan haqiqi karena bisa seharian mager di rumah sembari nonton drama korea, nonton youtube, atau sekedar baca novel di beranda rumah. Tapi, weekend kadang bikin sedih juga. Ini karena cuma di dua hari ini kita bisa travelling. Semacam sayang banget kalo pergi jauh cuma 2 hari kan? Tapi apalah daya, jatah cuti juga terbatas. Do you feel the same?


Bagi saya, travelling itu berarti pergi ke tempat jauh. Mencoba merasakan aura berbeda dari tempat yang jauh dari rumah. Merasakan budaya, bahasa, dan suasana yang berbeda dari yang kita rasakan sehari-hari. Travelling berarti pergi ke tempat jauh, minimal ke kota sebelah. Mencicipi makanan khasnya, merasakan terik mataharinya, dan mengamati bahasa tubuh para penduduk aslinya. Tapi ya itu, setelah tercatat sebagai karyawan, travelling menjadi dibatasi oleh waktu. Hhu.

Tapi, hei. Ada cara baru untuk berlibur lohh selain travelling. Staycation namanya. Unik ya? Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh seorang komedian Kanada pada tahun 2005. Istilah ini adalah gabungan dari kata Stay dan Vacation. Yap. Berlibur dengan tetap tinggal di rumah. Siapa sih yang bakal bilang rumah itu bukan tempat yang menyenangkan? Rumah adalah tempat pulang yang paling dirindukan (Ibuuuk, Kida kangen. *malah curhat). Makanya, berlibur dengan tetap berada di rumah itu bukan hal yang tidak menyenangkan kan?

 
Poin dari Staycation ini adalah bagaimana membuat seisi rumah bersama-sama melakukan hal yang menyenangkan. Yang tidak biasa kalian lakukan sehari-hari. Misal bikin barbeque party di kebun belakang rumah, nonton film bareng dengan proyektor jadi bak pergi ke bioskop sembari nyemil homemade popcorn bikinan ibu, berendam seru di kolam renang portable (kolam renang plastik) jumbo, atau main uno brick bareng Bapak-Ibu dan para saudara juga boleh.


Nah, tidak hanya berdiam di rumah, Staycation juga dapat diartikan dengan berlibur di dalam kota atau ke tempat yang mudah dijangkau. Parameternya adalah ke tempat dimana kita tidak harus menyewa penginapan untuk bermalam. Hhe. Beberapa alternatif yang bisa kamu pilih antara lain :
1. Pergi ke museum kota
2. Piknik ke taman kota
3. Pergi ke car free day festival
4. Pergi ke tempat wisata dalam kota

Nah, Staycation tipe kedua ini yang saya dan suami lakukan saat libur panjang akhir tahun kemarin. Kami Staycation ke Pacet Hill, Mojokerto. Untuk mencapai tempat wisata baru di daerah Claket, Mojokerto ini kami butuh waktu sekitar 30 menit saja. Ada apa sih di sana?

 

Target awal mengajak suami Staycation adalah menghirup udara pegunungan yang sejuk. Yapp. Daerah Pacet, Claket yang merupakan kaki gunung Penanggungan membuat area ini sejuk dan berangin kencang. Naik motor 60 km/jam udah berasa naik motor 120km/jam. Hhi. Gegara angin itu, saya bolak-balik menyusup di bahu Mas Suami untuk mengecek kecepatan, sampai akhirnya dia bilang, "Kayak kenceng banget ya motornya, padahal ini pelan loh."

Selain butuh udara sejuk, saya juga butuh bernarsis ria. Yapp. Tempat wisata yang pembangunannya belum 100% ini menawarkan banyak spot untuk berfoto. Yang paling terkenal sih akar cinta itu. Eh apasih namanya? Pokoknya spot yang terbuat dari akar-akar pohon dibentuk hati itu lohh. Ini beberapa foto yang berhasil kami ambil :





Nah, selain untuk berfoto, tempat ini juga menyewakan berbagai tempat glamping (glamour camping), bahkan ada juga rumah pohon yang disewakan. Seru kali ya bangun dengan pemandangan yahud macam di Pacet Hills. Tapi rada ngeri juga karena tempat ini masih sepi.

Oh iya, selain berfoto, kamu juga bisa menjelajahi air terjun yang berjarak sekitar 2 km dari spot foto utama. Kami awalnya semangat '45 menjelajahi jalan setapak menuju ke tempat air terjun yang masih berada dalam kawasan Pacet Hills. Tapi makin dalam kami berjalan, suasana makin ngeri. Tak ada satu orang pun yang kami jumpai, even pengelola tempat wisata tersebut. Eng ing eng. Makin horor, dan kami memutuskan balik kucing. Hahaha. Secara, saat kami sampai di sana pukul 15.00 WIB, hanya ada kami berdua dan 3 orang pengunjung yang lain. Sesepi itu guys. Enak buat foto karena tanpa perlu antri, tapi horor buat explore ke air terjunnya.

Biaya untuk masuk ke wisata ini lebih kurang 100 ribu rupiah untuk 2 orang dan 1 motor, termasuk bayar parkir ya. Menjadi mahal karena kita harus bayar 2 kali. Di pos pertama sebelum masuk area pemandian air panas, dan di pos kedua yang berada di pintu masuk Pacet Hills. Cukup murah untuk view yang cantik banaaa.

Nah, itu tuh salah satu keunggulan Staycation : hemat. Hemat waktu, karena kita gak perlu menghabiskan berjam-jam di perjalanan. Hemat biaya, karena kita tak perlu mengeluarkan biaya penginapan dan biaya transportasi yang mahal. Mungkin ini juga yang bikin Staycation menjadi trend di Amerika Serikat saat krisis melanda Paman Sam di tahun 2007 - 2010 lalu. Sedangkan di Inggris sendiri, Staycation baru populer di tahun 2009 saat nilai tukar poundsterling menurun dan menjadikan biaya berlibur ke luar negeri menjadi mahal.

So, do you wanna try Staycation?


photo source :
self documentation

0 komentar: