Dua (2) Wajah Manusia
Sore itu, titik hujan masih turun
dengan iramanya yang indah. Tempo adante
(sedang) yang dipilih sang malaikat penurun hujan membentuk satu pertunjukan
yang menyejukkan mata bagi kami yang tengah sibuk dengan imajinasi
masing-masing.
Nampak dengan jelas, jendela kafe ini menjadi berembun karenanya. Beberapa pengunjung memilih menulis sesuatu di atasnya. Entah apa yang mereka tulis, mungkin nama orang terkasihnya, impiannya, gambar sticky man, atau mungkin hanya kata-kata tak bermakna. Minus 3,5 membuat saya kesulitan membaca torehan imaji mereka. Satu, dua, hingga lima belas menit berlalu tanpa ada kata yang meluncur dari bibir saya. Imajinasi masih menari-nari. Sesekali melompat atau berlari cepat.
Nampak dengan jelas, jendela kafe ini menjadi berembun karenanya. Beberapa pengunjung memilih menulis sesuatu di atasnya. Entah apa yang mereka tulis, mungkin nama orang terkasihnya, impiannya, gambar sticky man, atau mungkin hanya kata-kata tak bermakna. Minus 3,5 membuat saya kesulitan membaca torehan imaji mereka. Satu, dua, hingga lima belas menit berlalu tanpa ada kata yang meluncur dari bibir saya. Imajinasi masih menari-nari. Sesekali melompat atau berlari cepat.
Sungguh sore yang menentramkan jiwa. Hingga akhirnya, "Buleeeeel! Lama ya? Tadi mau
berangkat Buk Sum minta angkatin jemuran dulu. Habis gitu masih marahin si
bungsu karena kemaren ketauan bolos sekolah buat maen PS (PlayStation). Heran dah
tuh bocah. Gue hukum dya pake hafalan surat yasin", suaranya menggelegar ke seluruh
sudut kafe. Beberapa memandang sinis, beberapa yang lain hanya menampakkan
wajah terkejut. Saya menariknya untuk duduk. Meredam semangat yang
berkobar-kobar itu.
Dian Fitria Agus namanya. Laki-laki dengan tubuh tinggi
besar, kadang dihiasi kumis dan jambang yang tumbuh tidak rapi (katanya biar
macho, padahal big no-no), geraknya sedikit gemulai, tapi siapa sangka dya
adalah karateka pemegang sabuk hitam, atlet karate tingkat nasional yang suka
tiba-tiba jadi sholehah saat jadwal pertandingan mulai mendekat.
Dan sore dilanjutkan dengan
perbincangan panjang mengenai es di kutub utara yang mulai mencair, gaya busana
Ariana Grande vs Taylor Swift, keputusan KPI yang melarang banci tampil di tv,
kasus Saipul Jamil alias abang SJ hingga curhat percintaan ala anak muda masa
kini. Ya, bersamanya, pembicaraan tak pernah menemukan jeda. Selalu ada tawa,
tangis, atau cercaan yang disalurkan.
Sekali-dua kali dya akan melawak dengan gaya khasnya, sindiran yang dibikin konyol, sesekali mencercaku (berkali-kali sih), menghina baju renda-renda warna merah hasil mencontoh model di salah satu majalah kenamaan (please forget about this thing! Berasa dosa seumur hidup dahh), di lain waktu ia akan memunculkan nasihat-nasihat bijak dan pemikiran supernya saat saya mulai hampir menangis memikirkan segala hal dari sudut seorang pesimistis, tapi di lain waktu, ada masa dimana saya ganti mencercanya, menceramahi dengan nada sok tau padahal ilmu pas-pasan. Ya. Itu kami. Persahabatan beruang grizzly dengan koala si tukang tidur.
Sekali-dua kali dya akan melawak dengan gaya khasnya, sindiran yang dibikin konyol, sesekali mencercaku (berkali-kali sih), menghina baju renda-renda warna merah hasil mencontoh model di salah satu majalah kenamaan (please forget about this thing! Berasa dosa seumur hidup dahh), di lain waktu ia akan memunculkan nasihat-nasihat bijak dan pemikiran supernya saat saya mulai hampir menangis memikirkan segala hal dari sudut seorang pesimistis, tapi di lain waktu, ada masa dimana saya ganti mencercanya, menceramahi dengan nada sok tau padahal ilmu pas-pasan. Ya. Itu kami. Persahabatan beruang grizzly dengan koala si tukang tidur.
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا
طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang
buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual
minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli
minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum
darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu,
dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”
(HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Kita, adalah dua orang yang
berharap menjadi penjual minyak wangi bagi satu dan lainnya. Memberi manfaat
meski seringkali membicarakan hal-hal yang tidak berarti. ^.^ Maka kali ini
saya mengenalkan sebuah rencana sederhana untuk menambah semangat menulis,
mengasah otak yang mulai tumpul karena ribuan angka di sheet Ms. Excel, menyalurkan
kecerewetan yang selama ini terhalang suara mesin penggiling tembakau.
Ya. Sore
ini, 27 Maret 2016, kami menelurkan :
“Dua (2) Wajah Manusia”
Bukan tentang menjadi munafik. Bukan
tentang kemunafikan orang lain. Bukan pula membahas dalil-dalil agama tentang
penolakan terhadap kemunafikan.
Ini tentang mencerca satu topik bersama. Dengan
sudut pandangnya dan dengan sudut pandang saya.
Just wait and see ya.. plus cerca
kami dengan pemikiranmu. Dunia ini perlu cercaan untuk menjadi baik bersama.
Mari menulis, berkarya, mencerca, dan menjadi penjual minyak wangi bagi orang lain! https://genthonkthink.wordpress.com vs http://www.leblung.com/
0 komentar: