Bakso Purwakarta yang Seenak Bakso Malang

02:21:00 It's Leblung 1 Comments

Entah mengapa, sebagian besar dari kita ketika mendengar kata bakso langsung memunculkan standar bahwa bakso itu dari malang, bakso yang enak itu ya bakso malang. Saya sendiri sebagai kera ngalam (arek malang = anak malang), sedikit heran dengan standar itu. Tapi ya mesti memang harus saya akui bahwa bakso malang memamng memiliki rasa juara. Bakso malang identik dengan isian yang beragam, mulai dari bakso atau pentol, siomay rebus, siomay goreng, mie putih dan mie kuning yang digulung menjadi bulat, tahu putih, tahu goreng, lontong, hingga tambahan varian lain seperti daging paru, kikil, sumsum, dan lainnya. Jangan lupa tambahan daun bawang dan bawang gorengnya. Kuahnya cenderung bening, tapi sedap di lidah.
 
Nah, semenjak menginjakkan kaki di tanah pasundan ini, saya belum menemukan bakso dengan kriteria itu. minimal yang rasanya hampir mirip dengan bakso malang. Langkanya orang jual bakso di Purwakarta? No. Big no no, brother and sista. Di sini bejibun tukang baksonya. Bahkan hampir ada di tiap sudut kota. Tapi rasanya cenderung hanya gurih dengan kuah yang sangat berminyak. Lebih mirip bakso solo sih. Penyajiannya pun berbeda. Biasanya semangkuk bakso akan terdiri dari bakso atau pentol, mie kuning dan mie putih yang menjuntai bebas (tidak digulung seperti bakso malang), taoge dan sayur sawi.
 
Dan lagi yang menjadi catatan untuk bakso purwakarta adalah sebagian besar pedagang akan menambahkan minimal seujung sendok teh vetsin di tiap mangkuk bakso. Ini benar-benar bikin mata saya membelalak. Bagaimana tidak, ukuran vetsin itu biasa digunakan untuk sepanci besar kuah sayur oleh ibu saya, yang berarti terdiri dari bermangkuk-mangkuk kuah, yah minimal 10 mangkuk-lah. Tapi ini ditambahkan di 1 mangkuk saya. Di awal, langsung panik gitu karena merasa terlalu banyak makan vetsin. Tapi lambat laun, mulai biasa dengan tata cara beli bakso di sini, yaitu : pertama adalah bilang berapa porsi yang kamu pesan, kedua adalah bilang tanpa tambahan vetsin. dan ketiga, mengawasi tangan si penjual, kali aja khilaf dan memasukkan vetsin ke mangkuk pesanan saya. Hhe.
 
Nah, jadilah lidah saya yang bakso malang banget, yang cinta banget sama kuah bening, segar, dan berlemak minim seringkali merasa galau jika sedang ngidam (baca : kepengen) bakso. Apalagi di musim hujan yang dingin begini. Santapan paling tepat adalah semangkuk bakso panas dan pedas plus secangkir teh hangat. Tapi gak adaaa bakso yang sesuai dengan lidah bakso malang saya. Kalaupun ada, itu karena si bakso ini lebih enak dari teman-temannya sesama bakso Purwakarta. hhe..
 
Namun, sore ini otak saya sedang jahil. Melihat anak ibu kos makan bakso, otak langsung mengirim sinyal kepengen ke lidah saya. Hmm. Bakso mana ya? Pengen yang mirip-mirip bakso malang euy. Setelah beberapa menit mengitari kota yang memang tidak terlalu besar ini, saya teringat salah satu warung bakso yang berada tepat di pertigaan jalan Ahmad Yani. sekitar 10 meter dari patung Ahmad Yani, diapit oleh gedung STIE Wikara dan Alfamart. Namanya Bakso "More Than Just a Taste". Nama yang sedikit lebih cenderung bisa dibilang sebagai motto yah? hhe.. Ini nih penampakan si warung bakso.

10 meter dari Patung Ahmad Yani
Diapit oleh Gedung STIE Wikara dan Alfamart
Ini pertama kalinya saya kesana. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena teman saya yang mulai lahir hingga menikah tinggal di Purwakarta tidak merekomendasikan warung bakso tersebut alias karena dia belum pernah coba dan jarang mendengar rekan-rekannya yang lain membicarakan bakso ini. Dengan berbekal nekat dan siap mental jika rasanya tak sesuai, saya melipir ke warung ini. Kesan pertama saya, "Bersiiiiih banget tempat ini." Untuk ukuran warung di pinggir jalan utama yang ramai seperti ini, warung ini kebersihannya juara. Saya duduk dan mencolek meja, bersih, tanpa debu. Saya melihat ke arah lantai, bersih meski hanya berlantaikan semen yang dihaluskan. Widih. Kesan pertama langsung bikin saya jatuh hati.



Meja Racik Bakso yang Bersih
Meja Racik Siomay yang Bersih
Pohon ini Membuat Rindang dan Tempat menjadi Sejuk
Bagian Teras Warung
Bagian Dalam Warung
1 menit, 2 menit, sang penjual tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Saya memilih untuk pergi ke ruang makan bagian dalam. Yap. Warung ini terdiri dari 2 pilihan tempat, di teras rumah yang rindang atau di dalam rumah. Benar saja, sang ibu sedang meracik minuman di dalam. TAnpa babibu, saya memesan 1 porsi bakso dan segelas es teh manis. Yang ini bakso iga nih. Belum pernah saya temui yang serupa di Purwakarta. Begini bentuk pesanan saya. 
 
Terdiri atas 3 bakso atau pentol, mie kuning lebar yang jarang digunakan untuk bakso, iga sapi, dan sejumput sayur sawi yang diiris kecil. Plus tambahan daun bawang dan bawang goreng ya. Di meja sudah disediakan bumbu pelengkap seperti saos, sambal, kecap, garam, dan cuka. Kuahnya bening, tanpa banyak lemak menggantung dimana-mana. Saya sudah bahagia melihatnya dan berharap banyak kali ini sesuai dengan lidah bakso malang saya. 
Mie Kuning Lebar
Si Iga Sapi
Suapan pertama saya coba tanpa menggunakan bumbu pelengkap. Hmm. Ya. Ini segar, tidak terlalu gurih, tapi sedap di lidah. Cocok dengan lidah saya. Hampir seenak bakso malang. Ini recommended! Saya tersenyum bahagia. Tapi karena saya yang pecinta manis dan sedikit pedas, saya memutuskan untuk menambahakan kecap dan sambal. Yumm-yummm. Nikmat. Baksonya bertekstur lembut. Tapi sayang terlampau sedikit. Daging iganya empuk sehingga tak perlu perjuangan keras untuk mengunyah dan memotongnya.
 
Hingga suapan terakhir, saya belum ingin berhenti, tapi apalah daya hanya tersisa kuah dan potongan batang sayur sawi yang sengaja tidak saya makan. Saya melirik ke rombong hijau tempat Bu Sumarni meracik bakso. di sebelah kiri adalah siomay Bandung. Yap, menu utama dari warung ini adalah bakso iga dan siomay bandung. Akhirnya tanpa malu saya mendekati sang penjual yang tidak lain dan tidak bukan adalah tangan kanan sang pemilik kedai yang berdomisili di Bandung. Saya meminta satu tambahan siomay di mangkuk saya. Hhe.
Siomay Tambahan. Hhe
Siomaynya wangi, lembut, tidak begitu kenyal tapi aroma ikannya sangat terasa saat dikunyah. Wow. Enak. Sejurus kemudian datang mojang Purwakarta, karena dia sendirian dan saya sendirian, dia memilih mohon ijin untuk duduk di meja saya. Dan ternyata dia pecinta siomay. Tepat sekali. Saat ditanya pendapatnya, "Ini tidak terlalu spesial sih. Tapi wangi ikannya kerasa banget. Dan padahal saya gak suka lho sama aroma ikan. Tapi yang ini enak." Hhe..
1 Porsi Siomay
Kata Bu Sumarni, semua bahan baku untuk bakso dan siomay plus yoghurt diambil dari Bandung. Si Ibu pemilik warung berdomisili di Bandung dan memiliki 2 warung siomay di Bandung. Katanya sih warung yang di Bandung itu sudah puluhan tahun berdiri. Dan karena melihat pangsa pasar yang bagus, si ibu pemilik warung siomay, memutuskan untuk membuka satu warung lagi di Purwakarta pada tahun 2013 dan mempercayakan pengelolaannya pada Bu Sumarni dan suami. ^.^
 
Oh ya, untuk urusan harga memang bisa dibilang lumayan mahal. di warung bakso yang lain, satu mangkok dibanderol 10.000 - 13.000. Yang ini 17.000 per porsi. Mungkin karena ada iganya yahh. Tapi untuk rasa dan tempat yang bersih plus cozy macam ini, harga itu setimpal-lah.
 
So, kalau kamu mau bakso purwakarta yang mendekati standar bakso malang, langsung aja melipir ke pertigaan jalan Ahmad Yani ya! Taste it and you'll fall in love with it!

You Might Also Like

1 comment:

  1. Terima kasih infonya..hari ini di purwakarta dan tiba2 pngn cari bakso enak hehe

    ReplyDelete