Aku, Kau, dan Mimpi yang Menggantung Di Langit Kamar Kita

22:47:00 It's Leblung 2 Comments

Satu waktu di bulan Oktober, saya mempersilahkan seseorang masuk ke ruang mimpi saya. Ruang sempit berukuran 1.130 cm3 (*)  itu berisi semua hal yang ingin saya miliki sejak lama. Ruang itu tak cukup bagus. Terkesan tak rapi, tak terurus, dan hampir dilupakan. Letak pernak-pernik di dalamnya pun tak beraturan. Seperti kamar baca yang lama tak dijamah. 

Saya membiarkannya mengitari seluruh ruangan, hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Satu dua waktu yang lalu, beberapa orang hanya saya perbolehkan melihat satu hingga dua atau tiga sisi ruang mimpi saya. Tapi kali ini saya membiarkan orang ini mengitari seluruh sudut ruang mimpi saya. Entah kenapa. Hanya saja binar matanya yang semakin berenergi saat mulai masuk ruang mimpi saya membuat saya kehilangan kata (baca : kalimat), "Berhentilah. Saya hanya ingin kau tau bagian ini."

source : www.thebridalbox.com
Di bagian pertama, ia menemui seonggok kain kanvas berwarna putih tulang dan sekotak cat akrilik lengkap dengan kuas dan paletnya.
"Saya suka melukis meski tak pandai. Sepatu lukis, boneka lukis, dan pouch lukis pernah saya buat. Suatu saat saya ingin melukis lagi, untuk orang-orang," kataku mengikuti arah matanya yang menyisir sisi itu.
"Aku juga suka melukis. Kau pernah bikin globe?" Saya menggeleng pelan.
"Dulu waktu SD, aku bikin globe pakai cat air. Mirip. Tapi seorang teman menumpahkan cat di globe-ku (**) yang hampir selesai. Aku marah dan tak menyelesaikan lukisan globe-ku. Padahal bagus loh. Mirip banget sama globe yang dijual-jual itu."
"Wow. Canggih dong dirimu. Saya gak bisa melukis, menggambarpun tidak. Tapi suka corat-coret. Dulu diajari temen sih pas SMP." Ia tersenyum simpul.

Ia berjalan pelan ke sisi yang lain, ia mendapati tumpukan kain katun warna-warni dengan motif lucu.
"Saya ingin jadi crafter. hampir sama dengan mimpi yang sebelah sana. Tapi yang ini untuk bikin boneka dan souvenir pernikahan." Kali ini ia hanya menggangguk pelan dan lagi-lagi tersenyum. Ditinggalkan sisi kedua ini.
source : www.jessiefincham.com
Ia mulai memasuki sisi ketiga. Di dinding-dinding sisi ini ia mendapati berbagai alamat website, judul-judul buku, dan pengarang kesukaan saya.
"Saya suka menulis. Dulu aktif menulis cerita jaman SD dan SMP. Mm. Saya pengen punya web yang bagus kayak Livingloving.net. Web yang dibangun 2 orang dengan karakter berbeda. Masig-masing menuliskan apa yang disukai jadi tidak merasa terpaksa tapi enak dibaca dan cantik dilihat. Hhe." Kali ini binar matanya makin berenergi. "Wohohooo." Serunya sumringah.
Perjalanan sore itu di ruang mimpi saya berakhir di sisi ke enam. Lalu kami berpindah ke ruang tamu lagi.
"Trus, apa kabar mimpimu?" tanyanya serius.
"Hhe. Sudah kutinggalkan. Tapi suatu saat saya ingin bangun kembali. "
Percakapan berakhir. Ia pamit pulang karena adzan maghrib berkumandang.

Waktu berlalu, ia kembali bertanya, "Apa kabar mimpimu?"
"I do nothing. Di tempat baru ini susah sekali mencari bahan-bahan yang saya butuhkan. Waktu untuk mencari inspirasi juga habis termakan lelah sepulang kerja."
"Hmm. Aku masih ingat lho gimana kamu semangatnya cerita tiap sudut mimpimu. Kenapa sekarang jadi lemah banget begini ya?"
Saya tersenyum kecut.
 
---
 
Hai, Kawan Leblung! Apa kabar? Sehatkah? Atau ada yang baru terbebas dari jeratan Dismenorea seperti saya? Jika ada yang belum bebas, baca tips and trick agar bisa kabur dari Dismenorea, di sini ya. ^.^

Malam ini, saya teringat perjalanan ke Ruang Mimpi bersama seseorang. Saya yang cenderung malas dan pelupa, suka kelabakan kalo dia tiba-tiba memunculkan lagi pertanyaaan, "Apa kabar mimpimu?" dan pasti jawaban pertama adalah senyum kecut. Yang sejurus kemudian akan dilanjutkan dengan seribu alasan;
"Lha bahannya lho nggak ada."
"Lha binggung menentukan pangsa pasarnya."
"Lha si Illy kuajakin partneran gak mau, padahal yang punya ilmu kan dia."
"Lha labelnya aja belum kubikin. Masa udah mau launching."
"Lha gak sempat cari tau, minggu ini banyak bahan meeting yang harus disiapkan. Sampe begadang-begadang."
Dan beribu "Lha" yang lain.

Itu saya. Yang sebenarnya suka lupa pernah punya mimpi A hingga Z. Itu saya. Yang sebenernya suka lupa jika sudah berencana mengambil langkah pertama. Itu saya. Yang punya segudang mimpi tanpa realisasi. Hhi. Tapi berkat pertanyaan, "Apa kabar mimpimu?" dan penjelasan panjangnya tentang "Mari berbahagia dengan mewujudkan mimpi kita", langkah pertama untuk menggapai mimpi saya, terlaksana. Yap. Saya punya web yang sedang kalian baca ini. Hhi. Meski kadang suka lupa untuk menengok web sendiri, meski kadang suka lupa untuk banyak membaca untuk memperkaya bahan, meski kadang suka lupa posting, dan meski-meski yang lain.

Hmm. Ada nggak yang berkelakuan seperti saya? Jika iya, maka kalian berada di tempat yang tepat. Ada 2 tips utama untuk memudahkan kita agar tidak lupa mewujudkan mimpi kita dan ini sudah teruji secara klinis (halah) pada saya. Hhi.

Tips Pertama : Tuliskan
 
Tuliskan mimpimu di langit-langit kamar, di dinding kamar kosan, di kaca rias, di notes kecil, di reminder hape canggih kalian, atau di Ms Word komputer kerja kalian. Emang penting ya ditulis? Wuhuhuuu. Seorang professor di bidang Psikologi di Universitas Dominican - California, Dr Gail Matthew, pernah melakukan riset terhadap 267 partisipan. Dan benar terbukti bahwa kamu 42 % lebih bisa mencapai mimpimu hanya dengan menuliskan mimpi tersebut.

source : ttpatton.com
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Michael Hyatt dalam situs pribadinya mengungkapkan 5 alasan utama mengapa menuliskan mimpi penting untuk dilakukan. Berikut alasannya :

1. Karena tulisan tersebut akan memaksamu mengklarifikasi apa yang kamu inginkan
Ini dianalogikan seperti saat kita akan berlibur. Ketika kita tidak menuliskan tujuan kita kemana, kita akan binggung untuk menentukan baju apa yang harus dibawa, berapa uang yang harus dibawa, transportasi apa yang akan digunakan, menginap dimana, dan kapan waktu yang tepat untuk memulai berlibur. Berbeda jika kita sudah menuliskan tempat berlibur kita, akan sungguh mudah menjawab semua pertanyaan yang mengambang tersebut.

Dengan kata lain, setelah menuliskan mimpi kita. Tujuan menjadi jelas. Mengklarifikasi langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mencapai mimpi tersebutpun lebih mudah dilakukan. Is it?

2. Karena tulisan tersebut akan memotivasimu untuk take action

Menuliskan mimpi adalah langkah pertama. Langkah selanjutnya adalah mewujudkan hal-hal yang harus ditempuh agar mimpi bisa terwujud. Dengan menulis dan membaca berulang kali mimpimu, itu akan memotivasi untuk mewujudkannya.

Ini benar terjadi pada saya. Di awal merantau, berat badan saya naik drastis hingga 5 dan hampir 6 kilogram. Pipi saya bulat sempurna seperti sedang menyimpan bakpao di kedua sisi. Hha. Tapi karena virus merah jambu (baca : jatuh cinta), saya berniat untuk langsing kembali. Target saya adalah kembali ke angka 44 kilogram. Target itu saya tulis besar sekali di kaca lemari pakaian. Tak tanggung-tanggung, saya tulis menggunakan spidol merah.

Tiap sehabis mandi dan berganti baju, saya pasti membaca angka 44 itu. Di pagi hari sebelum kerja, saya jadi ingat harus mengurangi makan gorengan dan camilan di kantor meski seringkali camilan di ruang rapat mengerling manja minta dilahap habis. Sedangkan di sore hari, saya jadi ingat untuk mengurangi porsi makan malam dan menggantinya dengan buah. Dalam waktu 4 bulan, saya berhasil mencapai target itu. Hhi.

3. Karena tulisan tersebut akan menjadi filter saat ada kesempatan atau mimpi lain yang tiba-tiba muncul
Nah. Satu ini juga termasuk alasan yang penting. Saya, memiliki mimpi awal untuk mebuat produk dengan bahan dasar kain kanvas dan cat akrilik sebagai hiasannya. Karena tidak menuliskan mimpi itu, saya selalu terbawa arus tiap kali melihat postingan rekan-rekan crafter tentang hiasan kain kanvas menggunakan sulam pita, menggunakan renda, menggunakan sulam benang, menggunakan teknik decoupage, dan lain-lain. Jadilah waktu say terbuang untuk riset teknik-teknik baru dan mimpi saya malah terbengkalai. Tak terwujud satupun karena berganti-ganti.

Itulah kenapa menuliskan mimpi sangat penting. Hal ini untuk memfilter tiap kali ada kesempatan untuk belajar hal baru, "Apakah sesuai dengan mimpi yang kamu tuliskan?"

4. Karena tulisan tersebut akan menjadi tameng saat hambatan datang

ya. Setiap hal baik akan menemui ujian dan hambatan. Saat-saat seperti itu kamu perlu memotivasi diri agar tak menyerah. Inilah fungsi tulisan itu. Mengingatkan kembali bahwa ada mimpi yang harus dicapai. Dan kita harus kuat menghadapi hambatan yang menghadang. Boleh lho kamu tuliskan ini di bawah mimpimu, "Ada 1001 jalan menuju Roma." ^.^

5. Karena tulisan tersebut membuatmu dapat melihat dan merayakan progres pencapaian mimpimu

Ketika kamu menuliskannya, mimpi tidak lagi hanya ada di angan-angan. Tiap progres yang sudah kamu lakukan bisa kamu catat di sebelahnya. Jadi kamu bisa tau saat ada perkembangan pencapaian mimpi itu dan kamu bisa berbahagia karenanya. Dengan merayakan progres tersebut, dijamin kamu akan makin giat melakukan langkah demi langkah yang harus ditempuh agar mimpimu segera terealisasi.

Ini juga terjadi pada saya, saat awal-awal memiliki blog, tiap beberapa jam sekali saya cek viewernya. Postingan pertama jumlah viewer sedikit sekali, tapi pada posting-posting berikutnya, jumlahnya meningkat dengan cukup signifikan. Saya pun super bahagia dan heboh tiap kali grafiknya naik. "Lihat-lihat, viewerku udah balap viewermu loh," Teriak saya via WhatsApp kepada sang suami, berulang kali dalam sehari. Hha.

Tips Kedua : Berkumpul dengan Orang yang Memiliki Tujuan Sama
 
Ini seperti wejangan agar menjadi orang yang sholeh, "Berkumpullah dengan orang-orang sholeh." Ya. Berteman dengan orang yang memiliki tujuan sama akan membantu kita untuk mengingat bahwa mimpi harus diraih. Selain itu, dengan berteman kita akan mudah belajar banyak hal termasuk tips and trick menghadapi hambatan untuk meraih mimpi kita.

Seperti para pejuang beasiswa luar negeri, akan lebih baik jika mengikuti forum-forum pencari beasiswa. Biasanya di forum-forum tersebut akan dibahas hambatan-hambatan yang mungkin ditemui dalam pencarian beasiswa dan sharing dari para pendahulu yang telah sukses mendapatkan beasiswa mengenai bagaimana cara mengatasinya.

Jikalau kamu susah juga mendapatkan teman atau forum yang cocok, cukup punyalah reminder hidup yang selalu mengingatkan bahwa mimpi harus diwujudkan. Sama seperti saya, mengikuti beberapa forum namun yang paling ampuh menghajar berbagai kata "Lha" alias kemalasan adalah si reminder hidup. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah si teman, sahabat, musuh, pacar, dan suami saya. Hahaha. Kadang dibilangi secara halus, kadang alasan saya dibantah dengan mudah, kadang saya diskak-mat dengan satu kalimat, kadang dihayo-hayo seperti saat bapak membangunkan saya dan abang saya sholat subuh dulu, kadang dipuji-puji. Hhe. Sabar bener dah reminder saya. Love you, RenKun (*ups. Maaf, harusnya bagian ini disensor yaa.. Hhi).

Reminder Hidup Saya Tercintah :*
So, mari bersemangat mewujudkan mimpi kita yaa.. Saya juga sedang tertatih kok. Masih terus belajar, tapi kalo gak memulai langkah pertama, bagaimana kita bisa mencapai langkah ke seratus ya?

Salam cinta dari sang pemimpi yang tengah berjuang menggapai mimpi. ^.^



(*) 1.130 cm3 adalah dimensi otak wanita
(**) globe adalah bola dunia

You Might Also Like

2 comments: