Kelas Berbagi Cerita Rangkul, Belajar Menjadi Orang Tua

08:07:00 It's Leblung 0 Comments

"Nama saya Laily, seorang karyawati sebuah perusahaan swasta. Saya pejuang LDM (Long Distance Marriage) dan saat ini saya belum memiliki anak..."

---

Kalimat itu membuat beberapa pasang mata memilih untuk memperhatikan saya dengan seksama. Mengundang rasa deg-degan dengan tiba-tiba. Beberapa bahkan memasang tampang, "Ohh" terkejut. Ruang yang nyaman dan ceria mendadak membeku. Berusaha mengendalikan diri, saya memilih melanjutkan kalimat yang terputus ;

"Trus kenapa saya ikut kelas ini? Saya sadar saya orangnya sangat sensitif dan cenderung emosional. Selain itu, saya dan suami memiliki karakter dan pola pengasuhan yang berbeda 180 derajat. Jadi saya pikir saya perlu belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik. Ya minimal nanti kalau ada krucil-nya, saya sudah punya sedikit bekal bagaimana harus memperlakukan mereka. Hhe. Itu saja. Terimakasih."
Nampak pasangan suami istri di depan saya mengangguk-angguk, seolah memaklumi (atau mungkin setuju) dengan alasan saya. 

---

Saya ikut acara apa sih ?

Hari Sabtu, 26 Agustus 2017 silam, saya mengikuti Kelas Berbagi Cerita Rangkul. Kelas parenting ini sebenarnya memiliki 3 Topik Utama, yaitu : Hubungan Reflektif, Disiplin Positif, dan Belajar Efektif. Kelas yang tempo hari saya ikuti membahas tentang topik Hubungan Reflektif (HR).

Topik HR terbagi atas 3 sesi yang saling berkaitan. Dan beruntungnya, kelas parenting pertama saya adalah HR sesi 1, yaitu Manajemen Emosi.


Lembaga apa yang mengadakan acara ini?

Acara ini diadakan secara sukarela oleh para Rangkul, yaitu relawan komunitas (atau lembaga?) Keluarga Kita yang didirikan oleh Najeela Shihab. Komunitas ini sudah mulai bergerak sejak tahun 2012 yang lalu dan telah mengadakan ribuan kelas parenting di berbagai daerah di Indonesia. Dan sayangnya, saya baru tau beberapa bulan yang lalu.

Sebagai informasi tambahan, Bu Ella (begitu Bu Najeela biasa disapa) adalah seorang psikolog yang berfokus untuk mengembangkan dunia pendidikan. Baik di sekolah maupun di masyarakat atau lingkungan keluarga. Untuk mengembangkan dunia pendidikan di sekolah, beliau mendirikan sekolah Cikal sejak 18 tahun lalu dan sudah berdiri di 7 daerah.

sumber : Forbes Indonesia
Sedangkan untuk mengembangkan pendidikan di masyarakat, beliau mendirikan komunitas Keluarga Kita. Beliau percaya bahwa untuk memberikan pendidikan atau pengasuhan yang benar, setiap anggota keluarga harus terus menerus belajar dan bersama-sama dengan keluarga yang lain saling merangkul, bahu membahu membangun keluarga dan masyarakat yang baik dan semakin baik dari hari ke hari.

Bagaimana Kredibelitas para Rangkul ini mengenai topik yang dibawakan?

Berbeda dengan beberapa komunitas yang cukup meminta calon relawannya mengisi formulir dan menyerahkan foto diri, untuk menjadi Rangkul diharuskan untuk mengikuti minimal 1 (satu) Kelas Kurikulum dan Kelas Fasilitator terlebih dahulu. Jikalau sudah lulus 2 kelas tersebut, barulah si calon relawan dinobatkan sebagai Rangkul dan diperbolehkan (tidak diwajibkan) menjadi inisiator untuk mengadakan kelas parenting di kotanya.

Tidak hanya itu, materi disampaikan secara pribadi oleh Bu Ella melalui beberapa video yang ditayangkan melalui proyektor, lcd, atau fasilitas sejenis. Sehingga tidak ada gap informasi yang terjadi. Bahasa kerennya meniadakan bullwheep effect.

Sedangkan peran Rangkul adalah mengembangkan materi yang disampaikan oleh Bu Ella menjadi bahan diskusi yang kadangmenyenangkan, lucu, menyedihkan, atau bahkan berakhir mengharukan. Sesuai judulnya sih, ini Kelas Berbagi Cerita. Menurut saya malah part berbagi atau sharing masalah, tips and trick ini yang menjadikan kelas parenting ini menarik. Dan harus saya akui bahwa Mbak Ari, Rangkul inisiator kelas yang saya ikuti, pandai membangun suasana dan membuat orang tidak malu bercerita. Jadilah terbangun suasana sharing yang interaktif.

Dan saya yang memang belum memiliki pengalaman mengenai pengasuhan anak, menjadi terinspirasi oleh berbagai tips and trick menghadapi anak tantrum maupun tantrum diri sendiri. Hhi. Tidak hanya itu, saya juga jadi tau beberapa masalah yang kerap muncul dalam proses  pengasuhan.

Selain itu, masing-masing peserta juga diberi leaflet atau lembar materi. Sederhana sih, hanya satu lembar A4 bolak-balik. Tapi pemilihan warna dan designnya menarik. Jadi semangat membaca ulang di rumah dan atau dibagikan ke orang lain (misal pasangan kita yang tidak bisa ikut serta, teman-teman sesama calon ibu atau ibu muda, dan lain-lain).

Siapa yang bisa ikut kelas parenting ini?

Semua orang tanpa terkecuali, baik yang sudah menjadi orang tua, calon orang tua, yang belum menikah, sudah menikah, belum punya anak, sudah punya anak, nenek-nenek, kakek-kakek, om-om, tante, kakak, adik, siapapun itu boleh ikut kelas ini. Karena seperti yang saya jabarkan di atas, Keluarga Kita percaya bahwa pengasuhan menjadi tanggung jawab bersama dan harus secara kontinyu diperbaiki.

Tempo hari, kelas yang saya ikuti terdiri dari ibu-ibu muda dengan 1 atau 2 anak, ada pula pasangan suami istri yang kompak ikut bersama, plus ada pula saya, satu-satunya yang belum dikaruniai anak. Hhe. Mereka juga datang dari berbagai latar belakang, ada karyawati bidang SDM, ada ibu rumah tangga, ada pula pengusaha muda. Macem-macem dan nano-nano yang hadir di kelas tersebut.

Eh ada satu ding, registrasi. Karena jumlah seat pada tiap kelas terbatas. Hal ini dilakukan agar kelas menjadi efektif dan nyaman untuk sharing.

Dimana dan kapan kelas parenting ini dilaksanakan?

Saya sih ikut di Rumah Bermain Padi, di Bandung. Jadwal tiap kota berbeda dan kelas di tiap kota berpindah-pindah. Semua itu pilihan si inisiator.Tapi tak perlu khawatir, relawan Rangkul selalu memilih tempat yang ramah anak kok. Bahkan si anak juga didata saat proses registrasi via website. Jadi orang tua tenang mengikuti kelas, anakpun nyaman. Seperti yang saya ikuti kemarin, Rumah Padi adalah sekolah playgroup yang super ramah dan cozy. Beberapa anak malah seseruan sendiri di ruang kelas, jadilah orang tuanya tak perlu bingung atau galau takut si anak rewel.

Jadi, untuk tau update kelas di kotamu kapan dan dimana akan dilaksanakan, pantengin terus akun media sosial Keluarga KIta. Saya hobi memantau akun instagram @keluargakitaid. Kalau belum familiar dengan instagram, bisa lihat akun twitternya @keluargakitaid, akun facebook Keluarga Kita, atau dari website resminya di www.keluargakita.com.

Mahalkah Kelas Parenting ini?

Untuk Kelas Berbagi Cerita Rangkul yang saya ikuti, hanya Rp 35.000 (tiga puluh lima ribu rupiah). Murah bukan? Dan lagi, semua biaya ini disetorkan ke Keluarga Kita untuk biaya pengembangan kurikulum dan riset. Namun, perlu dicatat biaya ini di tiap acara dan daerah bisa berbeda ya. Tapi kisaran Rp 35.000 - Rp 50.000 sesuai pengamatan saya.

Kalau kelas kurikulum dan fasilitator beda lagi ya.
Apa materi yang saya dapatkan selama mengikuti kelas dengan durasi 3 jam itu?

Tunggu di postingan berikutnya yaaah. Saya sudah mulai mengantuk dan gerbong kereta mulai tidak bersahabat. Hhe.. Sembari menunggu, cek video pengenalan Keluarga Kita oleh Bu Ella berikut ini.

You Might Also Like

0 komentar: