Super Short Escape ke Pulau Seribu

15:16:00 It's Leblung 0 Comments


Pulau Seribu atau lebih tepatnya Kepulauan Seribu adalah gugusan pulau cantik yang berada di utara Jakarta. Kepulauan ini bukan terdiri atas seribu pulau sehingga bernama Kepulauan Seribu, tapi karena jumlah pulaunya yang terbilang banyak dibanding kepulauan lainnya. Ya, tercatat di www.wikipedia.com, kepulauan ini terdiri atas 108 pulau. Katanya sih, hanya 26 pulau yang boleh dipergunakan untuk rekreasi. 13 di antaranya sudah selesai dibangun, 11 untuk resort, dan 2 untuk taman sejarah.

Nah, dengan sebegitu banyak pulau cantik, island hopping tentu tidak selesai dalam satu hari. Mungkin perlu minimal satu minggu, atau dua minggu-lah ya biar bisa menikmati ke-26 pulau rekreasi tersebut. Lalu, bagaimana dengan Super Short Escape saya? Hanya 7,5 jam dan 3 jam di antaranya untuk perjalanan. Kok bisa? Bisa dong.

2 hari lalu, atau lebih tepatnya tanggal 22 November 2017, kantor tempat saya berkreasi mengadakan acara Team Building atau biasa kami sebut dengan Employee Gathering. Biasanya, acara yang berselang-seling dengan Family Gathering (liburan bersama antara karyawan dan keluarga karyawan) ini dilaksanakan di tempat-tempat wisata yang cukup jauh dari tempat kami bekerja (perbatasan Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat). Sebutlah tahun lalu kami menghabiskan waktu di Jogja, menikmati Lava Tour, Pantai Sundak, Pantai Ngandong, dan nongkrong cantik di pinggiran Jalan Malioboro. Atau 3 tahun lalu, menjelajah Bali dengan hati riang. Tapi eh tapi, tahun ini jajaran manajemen memilih untuk berlibur ke destinasi yang bisa dibilang cukup dekat dengan kantor, Kepulauan Seribu. Huwaaa.

Setengah hati tidak rela karena Pulau Belitung sudah melambai-lambai, Pulau Lombok mengedip manja, bahkan Bromo tersenyum manis. Hhu. Tapi apalah daya, mereka sudah memutuskan dan pasti dengan banyak pertimbangan matang. Dengan setengah ikhlas, saya ikut juga. Harapannya sih, minimal bisa snorkeling di sana, menyapa Nemo, Dori, dan Terumbu Karang. Jadi, saya kemana?

Pulau Putri namanya.

Pulau ini mulai dibangun pada tahun 1973. Dinamakan Pulau Putri bukan karena ada putri yang hilang di pulau ini seperti cerita Putri Mandalika - Lombok. Tapi karena sang developer memasang 4 patung putri duyung di depan Pulau. Hhe. Pada tahun 2001, pulau ini mendapat penghargaan Adikarya Wisata 2001 dari Gubernur Jakarta. Cukup membanggakan ya..


Untuk mencapai pulau ini, kami menggunakan kapal Marina berkapasitas 95 orang. Kapal yang digerakkan oleh 5 buah motor ini memiliki 2 area yang bisa ditempati, yaitu bagian atas kapal (atap) yang hanya ditutupi kain di bagian atas sehingga jika ombak besar menghadang, pasti terkena cipratan air. Sedangkan area kedua berada di bagian badan kapal yang lebih mirip seperti di dalam bus dengan kursi yang lebih sederhana. Bagian bawah kapal dilengkapi dengan kipas angin dan AC, ya meski masih terbilang gerah, cukuplah untuk membuat kami bernapas lega. Selain itu, di bagian depan area badan kapal disediakan satu buah toilet, jadi tak perlu menahan 'hasrat' hingga sampai ke pulau. Hhi.
Atas : Bagian Atas Kapal, Bawah : Bagian Badan Kapal
Perjalanan ke Pulau Putri ditempuh dalam waktu 90 menit. Beberapa kali kapal sempat berhenti karena salah satu atau salah dua motor terhalang sampah. Pak Gubernur, please Pak, make our lovely sea as clear as you can. Karena konon katanya sampah-sampah ini hasil sumbangsih penduduk dan perantau yang bermukim di Jakarta. Rawr. Dan, setelah terkantuk-kantuk di kapal cukup lama, sampailah kami di Pulau Putri. Laut warna tosca dengan dasar yang nampak jelas menyambut kedatangan kami. Saya yang memang suka norak dalam berekspresi, spontan memasang wajah sumringah, persis anak TK menemukan es krim di dalam lemari es rumahnya. Hahaha.

Tidak hanya laut indah, 5 orang musisi menyambut hangat di atas dermaga Pulau Putri dengan alunan lagu yang tidak saya tau pasti liriknya. Menguntai senyum, mempresentasikan seberapa ramah pulau tersebut. Setelah itu, kami dipersilahkan terlebih dahulu untuk menikmati segelas es sirup rasa jeruk yang sudah disediakan.

Acara kemudian dilanjutkan dengan rangkaian Team Building Games. Saya memilih tidak ikut serta meski ada iming-iming hadiah dari panitia. Cukuplah bersorak sorai di tepian karena games semacam ini pasti tidak luput dari bergandengan tangan, pijat bahu ala-ala, dan sebagainya. Why not? Ya iyess, saya bekerja dimana populasi wanita hanya 6% dari jumlah keseluruhan karyawan. Pun begitu dengan acara kemaren. Saya hanya ditemani 3 orang karyawati, satu ibu muda, dan 2 ibu-ibu yang tahun depan pensiun. Here they are. 


So i decided to not joint the games
. ^.^

Setelah beberapa lama, saya pun mulai bosan. Lalu apa saja yang bisa saya lakukan ?

Foto ala-ala di tepi pantai
Aduh, jaman now siapa sih yang nggak hobi foto? saya salah satu di antara orang-orang yang suka foto. Jadilah saya memilih berjalan menyusuri bibir pantai sambil sesekali mengambil foto. Sesekali pula duduk untuk menikmati semilir angin yang menerpa wajah. Pantai memang identik dengan panas dan kulit hitam, tapi entah kenapa saya tetap suka berlama-lama di bawah terik matahari saat di pantai. Apalagi kalau kaki sudah menginjak air laut, rasanya mau nyebur sekalian. Hhe.. Jadi kulit hitam ya biarin, toh nanti balik lagi ke warna asal. 

Snorkeling
Di Pulau Putri ini, airnya bening banget. Dasar laut yang berada di kedalaman 1 hingga 1,5 meter nampak jelas dari atas. Sangat memudahkan para penyelam untuk bersnorkeling. Selain itu, air di pulau ini cukup tenang sehingga tidak perlu tenaga ekstra untuk melawan ombak. Tidak hanya itu, lingkungan yang masih terjaga tetap asri menjadikan ekosistem para laut di sekitar pulau putri terjaga dengan baik. Kalau kamu berminat untuk snorkeling, jangan lupa untuk membawa roti atau makanan ikan lainnya sebagai umpan agar mereka mau mendekat ya. Semudah itu nemu ikan di pulau ini. Sugoooi. Cantik banaaa. 


Cari Ikan di Pinggir Dermaga

Sayangnya, saya tidak ber-snorkeling-ria. Whaaat? Jauh-jauh ke Kepulauan Seribu gak snorkeling?  Iya. Tujuan utama saya ini tidak terlaksana lantaran Mas Suamik tak tega istrinya menjelajah laut sendirian. "Nanti snorkeling sama aku aja di tempat lain ya.." ujarnya saat saya meminta ijin. Ya wajar sih, secara saya tidak bisa berenang dan hobi keikut arus kalau snorkeling. Hhi. Singkat cerita, dya adalah life saver saya saat kami snorkeling di Lombok. Job desk utamanya adalah menarik istrinya yang terbawa arus. Karena tidak hanya sekali dua kali Guide Snorkeling menginstruksikan untuk berenang ke arah kanan tapi saya malah hanyut jauh ke kiri. Terpisah dari rombongan. Hahaha.

Jadi ya saya iyakan saja permintaannya untuk menahan diri tidak snorkeling. Tapi begitu lihat 2 orang teman saya kabur dari Team Building Games, Mas Awal dan Mas Dedsu namanya, karena lebih memilih snorkeling, saya tetap baper. Berkali-kali merengek di pinggir pantai ;
"Kok kalian snorkeling siiih.."
"Aku ya pengen snorkeling sebenernya.."
"Wah, seru pasti.."
"Dalem nggak sih? pengen nyebur jugaaa.."
dan rengekan-rengekan yang lain. Mereka cuma senyum sambil bilang, "Yaudah sini nyebur." Drama selanjutnya adalah ;
"Tapi aku gak bisa renang.."
"Gak bawa baju diving.."*
"Gak bawa softlens, minusku banyak gak keliatan ikannya.."

Hahaha. Jadilah akhirnya saya hanya bisa melihat mereka bersenang-senang dari kejauhan dengan baper maksimal. 15 menit berlalu. Tapi. Eh. Kok. Kok mereka berhenti di ujung dermaga sebelah kiri yahh. Ada patok bertuliskan "Area Snorkeling" juga di dekat dermaga itu. Dengan semangat '45 dan harapan setinggi puncak Jaya Wijaya, saya lari ke ujung dermaga.
"Mas, banyak nggak ikannya?"
"Banyak Ly, ada nemo juga tadi.."
"Giring ikannya ke sini dong. Aku mau liat juga.."
"Oke, kamu berdiri di situ aja sambil kasih roti ya.."

Dan tararaaaa. Tanpa menunggu lama, roti saya diserbu gerombolan ikan berbagai warna. Ikan berwarna belang putih-hitam, belang kuning-hitam, soft pink dengan ujung sirip biru muda, biru fosfor dengan ekor kuning, dan ada pula yang berwarna hitam. Huwaaaaw. Saya berteriak-teriak kegirangan mendapati tangan saya digigit-gigit oleh ikan-ikan kecil tersebut. Jadi langsung legowo meski gagal snorkeling, ya meski Mas Awal dan Mas Dedsu terus bilang kalau snorkeling lebih puas, ada ikan jenis tertentu yang tak mau berenang ke permukaan, seperti ikan badut misalnya. Ia setia menunggui rumahnya, bahkan menyerang ketika didekati.

Untuk kemudahan menemui ikan bahkan hanya di pinggir dermaga, saya kasih nilai 5 dari 5 untuk pulau kecil ini. So, buat kamu yang gak bisa renang, gak berminat snorkeling, atau males basah-basahan tapi mau ketemu ikan, recomended banget untuk ke pulau ini. Dijamin bakal teriak-teriak norak kayak saya. Hhe..


Nah, itu baru dua keseruan yang bisa kamu lakukan di Pulau Putri. Masih ada keseruan-keseruan lain yang bisa kamu temukan. Apa saja? Tunggu postingan berikutnya yaa. ^^



*Fyi, untuk rekan-rekan berhijab, saya sarankan untuk menggunakan baju diving sebagai lapis pertama saat snorkeling. Jadi didobel gitu. Dalemnya baju diving lengan panjang yang one piece, luarnya kaos panjang dan celana panjang tipis. Jadi kalo kaosnya kesingkap karena arus, aurat tetap terjaga. Ini tips buat yang gak pede pake baju renang muslimah macam saya yaa..

You Might Also Like

0 komentar: