Happiness is Homemade, (not) MedSos-made

21:39:00 It's Leblung 1 Comments

Merengek di tepi danau
"RenKun, ke Labuan Bajo pasti seru deh. Live on Board 3 hari gitu. Bayangin deh, bangun tidur liat sunrise di perbukitan, trus naik kapal untuk ke spot snorkeling, lanjut ke pulau berikutnya, mantengin sunrise. Dan gitu lagi selama 3 hariii. That will be awesome, Dear!"
"Ihhh, kamu liat nggak instastory Suhay Salim yang aku kirimin? Kece banget Switzerlaaand. Sumpah berasa liat surga. Pasti seneng kalo bisa kesana yaa.."

"Do you wanna build a snowman? Say yes dong, RenKun. Pasti seru gituuu."
"........"

Itu adalah sebagian dari rengekan saya ke Mas Suami. Hhi. Menceritakan pulau ini dan pulau itu, negara ini dan negara itu, merengek liat salju, dan banyak hal lain hasil mantengin Instagram para influencer kece. Hha. Pokoknya, nowadays liburan jadi topik yang gak luput dari bahasan tiap ketemu. Meskipun lebih sering dijawab dengan senyum menawannya (duh! jadi kangen), saya tetep gak bosen loh buat berkicau. wkwkwk.

Lain saya, lain juga mantan temen satu sekat saya di kantor (baca : dya pindah bagian, dulu duduk sebelahan). Dya yang bergelar ibu muda, hobi banget DM (direct message) hal-hal semacam ini :

"Eh, Mbak Lai, kamu liat nggak instastory Alodita? kece ya bisa kerja di rumah sampe dapet endorse ke New York gitu."

"Ya ampun, kece banget Jennifer Bachdim nih. Pake dress dong dya setrika di rumah."

"Mbak Lai, Innisfree keknya bagus ya. Aku habis liat review-nya gitu.."
"........"

Dan sederetan rumpi lainnya yang muncul akibat pemantauan akun media sosial para selebgram hampir saban hari. Hahaha.

Do you see that? Definisi bahagia bagi kami berdua seringkali dipengaruhi oleh apa yang media sosial tampilkan. Dari foto liburan, foto produk, video di negara orang, video aktivitas orang lain, dan berbagai tampilan lain yang kalo mau disadari, bisa berubah tidak lagi dalam hitungan hari, tapi dalam hitungan jam. Is it ?

Nampaknya, fenomena ini tidak hanya terjadi pada kami berdua, tapi juga pada seorang illustrator kece bernama Puty Puar. Nah, bedanya kami dengan Puty Puar adalah : "Kami tetep aja rumpi tentang ini-itu, Puty memilih membuat karya untuk mengembalikan definisi bahagia." hhi. Malu mengutarakan itu tapi benar adanya. Wkwkkwk.

Berawal dari kegundahan Puty Puar akan definisi kebahagiaan, menjadikan ia menulis sebuah buku imut berjudul "Happiness is Homemade." Pada halaman kata pengantar, Puty menceritakan bagaimana ia yang dulu adalah seorang pekerja full time menjadi ragu akan tingkat kebahagiaannya setelah memutuskan untuk bekerja dari rumah pasca menikah. Ia tak lagi bisa nonton konser band sesuka hati, pergi ke luar negeri sesuka hati, dan lain-lain. Tapi ia akhirnya menyadari bahwa tidak melakukan itu semua dan apa yang saat ini banyak ditampilkan di media sosial tidak menjadikan kadar kebahagiaannya berkurang. Ia tetap Puty yang sama bahagianya.

Aww. Baru baca kata pengantar sudah bikin saya malu hobi merengek. Hhe. Lewat buku setebal 160 halaman ini, Puty menghadirkan ragam kejadian di sekitar kita yang bisa menghadirkan kebahagiaan. Bisa dibilang, Puty membuat ilustrasi tentang hal-hal kecil yang membahagiakan. Seperti ini :
Siapa sih yang gak suka nemu duit meski duit sendiri ?
Hugging could release stress.. ^^
Buatku, Toko Buku adalah Surga Dunia
Hhe, perempuan mana yang tak suka dipuji ? Asal gak pake nada genit yeee..
Apalagi kalo berhasil dan ada yang bilang enak
Hhi. Lembar demi lembar kian membuat saya manggut-manggut setuju. Bahwa kebahagiaan tidak harus datang dari pulau atau negeri nan jauh. Tidak pula harus menjadi orang lain terlebih dahulu. Happiness is Homemade. Dari situ saya merunut beberapa hal kecil yang sukses bikin saya bahagia serta merta :

1. Ketemu Ibu Bapak Mas Sian dan RenKun
Mereka berempat adalah sumber bahagia. Meskipun cuma liat aja, ketemu aja, gak ngomong apa-apa, hormon endorfin saya sudah naik beberapa tingkat. Kayak lovely banget mereka niiih. Apalagi sekarang saya merantau, jadilah momen bersama mereka selalu membahagiakan dan ditunggu-tunggu.

2. Mantengin Suami Saya Kerja
Hhe, saya adalah tipe sapioseksual. Tertarik pada kecerdasan, jadi kayak kekerenan suami saya naik 2 tingkat kalo lagi mumet sama coding yang dya bikin. Hha. (He is programmer, ini web punya dya. Promo gapapa yaa..)

3. Jahili Mbah dan Adik Ipar
Mungkin karena dasarnya jahil yaa. Jadi kek bahagia aja kalo usil ke Mbah dan ke adik ipar. Semoga dya gak merasa kubully sih yaa. wkwkwk.

4. Baca Novel yang Sudah Lama Dibeli
Saya tuuuh, hobi beli suka lupa baca. Hhi. Jadi kalo moodnya lagi bagus trus nemu buku di pojokan, udah bahagia. Wangi dan tekstur kertas jadi semacam bikin baca makin menarik gitu. That's why i love printed book that digital book. Biar dah dikata udik.

5. Cerita ini itu dengan Para Sahabat
Basicly saya cerewet, jadi ya seneng ngomong ngalor ngidul gak jelas. Hhe. Lebih bagus lagi sih kalo ada audience-nya gitu, terus saya jadi performer atau trainer dan didengarkan dengan baik. Waaah. Gada yang mau kasih tawaran baca puisi, mendongeng, atau sosialisasi something gitu?

6. Makan Bebek Penyet Pinggir Jalan
Bukan bebek doang siiih. Makan enak pokoknya. Makan itu menggembirakaaan.

Kalau kamu, kegiatan apa yang bikin kamu serta merta bahagia? Pasti ada dong? Ya kan? Ya dong? Hhi..
Love this postcaaard !
Oh iya, buku imut ini dibanderol dengan harga Rp 69.000. Worth beud untuk isinya yang lucu, menarik, dan mengingatkan banyak hal. Eh, waktu itu saya beli melalui pre-order gitu. Jadi dapet bonus postcard doodle karya Puty. Yang beneran digambar atu-atu pake spidol berwarna. So much love accept the bonus. Trus, di bagian buku paling belakang, ada sekumpulan stiker yang fungsinya ditempel di hal-hal yang bikin kamu bahagia. Karena sayang, jadilah gak kuutik-utik. Tetap di tempat. Hhi..

Sooooo, bacalah buku ini ketika definisi bahagiamu tercemar terlalu banyak oleh media sosial. Bermimpi boleh, lupa bahagia jangan. Hhe..

*tapi travelling wishlist-nya gapapa ya RenKun. Kan wish ajah, gak must-do list. Ups

You Might Also Like

1 comment:

  1. "hobi beli suka lupa baca" akuuuuuuuuuu hahaha.. hampir penyakit semua orang itu, suka beli buku tapi sampe rumah cuma ditumpuk.

    ReplyDelete