#GaragaraSiska : Berkenalan dengan Parfum

21:58:00 It's Leblung 1 Comments

Halo, apa kabar kamu ? Saya Laily Amalia, co-founder dan penutur cerita di Leblung.com.
Setelah hiatus dari blog ini hampir 5 tahun lamanya, saya selalu ingin menuliskan sapaan tersebut di awal tulisan. Karena buat saya, pertanyaan tersebut selalu mampu menyisipkan perasaan hangat dan menenangkan. Oh ya, kali ini saya akan memulai serial #GaragaraSiska, cerita nano-nano bagaimana saya menghadapi perempuan di usia awal 20 tahun-an yang tiba-tiba menjadi penghuni tetap RL Haus (baca : rumah saya dan suami). 

Serial #GaragaraSiska kita mulai dengan : parfum. 
Apakah kalian pernah membaca novel Aroma Karsa karya Dee Lestari ? Jika belum, novel setebal 724 halaman yang terbit pada tahun 2018 silam itu, bercerita tentang kehidupan pemuda bernama Jati Wesi. Sedari kecil, ia hidup di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Bantar Gebang. Hidup di antara tumpukan sampah tidak lantas menjadikan indera penciumannya tumpul, namun semakin tajam bahkan ia bisa mengurai komposisi kimia dari sebuah bau dari jarak jauh. Yang kuingat pasti, novel ini memberikanku pengetahuan baru bahwa indera penciuman merupakan indera pertama yang tumbuh pada masa awal kehidupan seorang manusia. Dilansir dari situs UT Southwestern Medical Center, indera penciuman bayi telah tumbuh dan dapat bekerja baik pada usia kehamilan 11 – 15 minggu. Keren ya. MasyaAllah.


Dan indera penciumanku, entah mengapa seperti tidak bersahabat dengan bau-bau tajam, apalagi bau alkohol. Hingga di suatu waktu, bau wangi menyeruak di ruang makan kami. Wangi yang menyiksa hidungku. Parfum Siska.
Sekali dua kali hingga entah berapa kali, kubiarkan bau itu menusuk pori-pori dalam hidungku. Tak jarang, sakitnya menjalar hingga pangkal hidung atau berakhir sakit kepala.
“Jangan banyak-banyak pakai parfumnya,” kataku. 
Dia hanya tersenyum simpul. Pada detik itu, memori otakku memunculkan sebuah dialog yang terjadi berbulan-bulan lalu. 
“Kemarin sewaktu acara kumpul-kumpul keluarga, aku kan pakai parfum. Batinku, ‘Tante, cium nih aku lagi wangi.’ Hhi. Kan biasanya anaknya Tante Ella wangiii banget. Kalau dia lewat tuh baunya ketinggalan. Jadi aku pengen orangnya tau kalo aku juga lagi wangi,” cerita Siska sambil menggebu-gebu. Bukan Siska yang biasanya nampak diam dan minim ekspresi.
Di momen itu pula kusadari bahwa tak mungkin memintanya tidak menggunakan parfum. Itu sama mustahilnya dengan menjauhkan diriku dari Es Teh Manis. Aaargh. Haruskah kuberdamai dengan rasa sakit di hidungku ? Apakah semua parfum memang menusuk hidung ? Apakah parfum memang harus menguar memenuhi ruangan ? Eh tunggu. Para budak korporat di ruanganku juga pengguna parfum. Sebagian wangi lembut, sebagian lain wangi menyesakkan hidung, dan sebagian lainnya hanya tercium wangi sesekali saat bergerak. Hmm tapi parfum apa yang mereka pakai ya ? Kucuma tau wangi buah-buahan milik The Body Shop. Hhi. Baiklah, kuterpaksa berkenalan dengan dunia parfum, #GaragaraSiska.
Sejarah parfum dimulai pada 4.000 tahun sebelum masehi, yaitu saat Bangsa Mesopotamia yang menghuni daerah aliran Sungai Efrat dan Tigris (kini bernama Irak) membakar berbagai damar dan kayu pada acara keagamaan mereka. Itulah mengapa nama parfum digunakan oleh Bangsa Perancis untuk menggambarkan wewangian ini. Parfum berasal dari penggabungan 2 kata latin, yaitu per yang berarti melalui dan fumus yang berarti asap. Yah kalau kita jabarkan lebih lanjut, dapat berarti aroma yang muncul melalui asap pembakaran dupa. Sejarah berlanjut saat budaya ini masuk ke Mesir pada 3.000 tahun sebelum masehi. Pembakaran dupa masih terbatas untuk upacara keagamaan, sedangkan untuk kesenangan, Bangsa Mesir biasa menggunakan parfum untuk berendam. Wow. Kutak sanggup membayangkan betapa wanginya mereka setelah berendam parfum.


Tahun demi tahun berlalu, parfum pun berubah wujud dari dupa menjadi parfum cair. Bentuk cair tersebut, pertama kali diciptakan oleh Bangsa Yunani menggunakan teknik penyulingan yang dilakukan oleh Bangsa Arab. Pada abad ke-17, parfum meraja lela di berbagai negara. Parfum tidak lagi digunakan pada acara keagamaan, namun beralih fungsi untuk menutupi bau badan yang tidak sedap. Bahkan saat Henry VIII dan Ratu Elizabeth I memimpin pemerintahan Inggris, seluruh tempat umum diberi wewangian karena sang ratu tidak dapat mentolerir bau tidak sedap. 

Tidak hanya bentuk dan kegunaannya, komposisi parfum pun juga berkembang seiring waktu. Jika pada awal perkembangan hanya menggunakan bunga Tunggal, kini sebuah parfum sudah terdiri atas berbagai minyak esensial dari tanaman dan ditambahkan dengan alcohol sebagai fiksatif yang membuat wangi parfum lebih tahan lama. Komposisi yang beragam ini juga menjadikan parfum masa kini memiliki top notes, middle notes, dan base notes. Apakah itu ? Kita bahas di serial kedua #GaragaraSiska yaa..

Referensi :

You Might Also Like

1 comment: