Menghentikan Memori Tentangmu (?)

13:26:00 It's Leblung 7 Comments

Sore ini senja membeku. Hujan yang mengguyur seisi kota sejak tadi pagi tak juga reda. Di sudut-sudut kota terlihat manusia-manusia menggigil melawan suhu tubuh mereka sendiri. Anak-anak pemilik payung warna-warni masih berlarian kesana kemari dengan mengenggam harap bahwa hujan kali ini akan membuat kantong mereka lebih berat dari hari kemarin. Saya, memilih duduk di sebuah kedai sederhana milik Pak Timor. Bapak yang berusia hampir 2,5 kali usiaku namun masih terus bersemangat melawan tubuh yang mulai renta. Senyumnya yang ramah membuat siapa saja betah duduk berlama-lama di sini. Sama sepertiku yang setia mengunjunginya minimal dua minggu sekali jika jadwal meeting dan target produksi tak harus membuatku duduk lebih dari 10 jam di kantor.

Kedai “Rindu” namanya. Satu waktu sang bapak berdarah Jawa Sunda itu mengisahkan pada kami mengapa beliau memilih kata “Rindu” untuk dipajang di plang kayu tua yang dicat coklat muda dan berhias beberapa tangkai bunga dahlia yang rutin beliau ganti tiap hari. “Minum teh ditemani pisang madu adalah favorit Ibu dan Bapak semenjak muda. Tiap sore hari, Ibu menyajikannya untuk menemani Bapak melepas penat sehabis menguras tenaga mencari berita. Ibu membuatnya dengan penuh cinta. Sehingga bisa dipastikan Bapak akan rindu jika ia tak membuatnya. Dan Bapak ingin kalian juga merasakan cinta yang membuat rindu itu. Bapak rasa makanan adalah penyampaian cinta yang paling sederhana. Ia dapat dirasakan dengan mudah oleh tiap orang dengan berbagai jenis kepribadian.” Di waktu yang lain Pak Timor menambahkan kisahnya, “Dengan makanan ini, Bapak ingin tetap merasakan cinta Ibu.” Ya, Ibu Laksmi meninggal saat usia 52 tahun, tepat saat kedai sederhana yang selalu ramai itu genap berusia 5 tahun. Bapak yang memilih pensiun dini dari pekerjaannya untuk membangun kedai itu bersama ibu, memilih tetap meneruskan usahanya sembari tetap aktif menulis opini untuk berbagai surat kabar. “Biar cinta yang menjadikan rindu tetap tumbuh, awalnya. Tapi setelah ibu pergi, biar rindu itu tetap menggelorakan cinta.” Bapak tersenyum mengakhiri kisahnya. Menepuk bahu kami kemudian berlalu untuk menyapa pengunjung yang lain.

Sore ini, rindu itu tengah membabat habis energiku. Masih kuingat derap langkahmu yang berirama sama saat memasuki kedai ini. Kau akan berhenti sejenak tepat satu meter setelah pintu masuk untuk sekadar menyapa Mbak Ifah, waitress sekaligus juru masak kedai ini. Masih kuingat tiap inch wajahmu yang tak pernah tersaji tanpa senyum itu. Masih kuingat segalanya tentangmu. Pun ekspresi dimana tepat 1 tahun lalu kau akhirnya mengatakan hal yang kutakutkan sedari dulu, “Aku cukup berjuang untukmu, Lil. Mungkin saatnya kita berjalan sendiri ke tujuan kita masing-masing.”

Sore ini, aku merindukanmu. Kuharap kau muncul dari pintu itu, dengan senyum dan energi yang sama seperti setahun lalu. Tiga jam aku menunggumu. Tapi tak ada. Hanya memori tentangmu yang menggelayut manja.


Move on atau mengalihkan pikiran dan perasaan dari dia yang telah menemanimu hari-harimu memang bukan suatu hal yang mudah. Apalagi jika kebersamaan kalian telah melewati batas bulan alias sudah bertahun-tahun lamanya. Bukan suatu hal yang dipungkiri bahwa setiap tempat, setiap benda, setiap makanan dan minuman, bahkan setiap kebiasaan-kebiasaan kecil yang biasa kalian lakukan bersama membuat proses melupakan menjadi sangat sulit dilakukan. Sudah hampir lupa, eh seorang teman mengajak ketemuan di kafe tempat kalian biasa nongkrong. Memori indah saat bersama si dia di kafe tersebut pasti langsung memenuhi udara di sekitarmu. Membuat dadamu terasa sesak karena hal itu kini tak lagi bisa diulang. Sudah hampir lupa, eh dia posting makanan yang sering kalian santap seru berdua dengan caption yang bikin hati jedag-jedug kembali, “Dulu suka makan ini sambil ketawa-ketiwi bahas tugas kuliah bareng.” Hancur lebur sudah semua daya upaya. 

Move on, mengalihkan pikiran dan perasaan, melupakan rasa sayang untuk si dia barangkali memerlukan waktu yang tidak sedikit bagi sebagian orang. Ada yang cukup beberap bulan, ada yang bahkan sampai bertahun-tahun. Lalu bagaimana menyikapi hal ini?
1.    Berdamailah dengan masa lalu
Berdamai dengan masa lalu berarti menyadarkan diri bahwa di masa ini kalian telah memilih untuk tidak lagi bersama. Biarkan ia tetap di situ, tersimpan rapi di kotak kenangan. Proses ini memang cukup sulit apalagi jika perpisahan hanya diinginkan oleh salah satu pihak dan bukan merupakan kesepakatan bersama. Rasa untuk kembali dan memperbaiki diri agar si dya mau berbalik arah tentu akan muncul sekali dua kali. Tapi cobalah yakinkan dirimu bahwa kisah kalian memang sudah berakhir dan begitulah adanya.
2.    Tuliskan semua tentangnya
Kadang menyimpan memori dalam hati hanya membuat dadamu terasa sesak dan emosi meletup-letup. Tuliskan. Biarkan ia mengendap pada lembar-lembar kosong tak bernyawa itu. Tuliskan apa yang kau sukai darinya. Tuliskan apa yang tidak kau sukai darinya. Tuliskan momen bersamanya baik momen seru, menyenangkan, menyedihkan, atau bahkan bila perlu tuliskan momen saat kalian berada di puncak kemarahan. Menuliskan segala hal tentangnya akan meringankan hati dan pikiran kalian. Sebab terkadang, kita hanya perlu bercerita tanpa solusi. Kadang, kita hanya perlu mengungkapkan apa yang ada di hati.
3.    Perbanyak aktifitas bersama teman-teman
Pengalihan pikiran paling ampuh adalah dengan memperbanyak aktifitas. Sebisa mungkin perbanyak aktifitas menyenangkan bersama teman-teman. Hal ini dilakukan untuk memacu horomon endorfin atau hormon kebahagiaan untuk diproduksi sehingga hari-hari mellow yellow akan segera meninggalkanmu. Sekali dua kali akan terasa wajar jika kalian kembali mengingatnya. Tapi jangan lupa berhenti dan kembali menyibukkan diri agar tak lagi terpuruk dalam kesedihan.
4.    Jika kau temui orang baru, pastikan ia bukan hanya sekadar penggembira harimu
Satu waktu, pasti akan ada orang baru yang mencoba mengisi hari-harimu. Menyemangati tiap hal yang kamu lakukan, berusaha sekuat tenaga mencerahkan hari-harimu. Jika seseorang seperti ini datang, seseorang yang tulus memberikan hatinya untukmu datang, jangan langsung kamu terima. Bisa jadi ia hanya penggembira sesaat yang kamu perlukan. Atau dengan kata lain, si orang baru adalah pelarian dari rasa luka yang ditimbulkan si mantan. Yang perlu kamu lakukan adalah berpikir ulang, berpikir lebih dalam, benarkan kamu telah sanggup membuka hati untuk orang baru? Benarkah kamu menyayanginya sebagai kekasih?
Untuk menyakinkan hal itu, kamu bisa mengajak pergi orang dari masa lalu dan si pendatang baru. lakukan hal-hal seru dengan orang lama di hari pertama. Rasakan seberapa nyaman dan bahagianya dirimu. Lalu lakukan hal-hal seru dengan orang baru di hari kedua. Rasakan pula seberapa nyaman dan bahagianya dirimu. Bandingkan. Kamu akan tau apakah kamu memang mencintai si orang baru ataukah ia hanya penggembira hatimu di kala orang lama tak lagi bisa menemani.
Bukan sok keren dan sok pede, hanya saja, ‘jalan’ dengan orang baru tapi menyimpan rasa untuk orang lama hanya akan menyakiti orang baru tersebut. Tidak fair untuknya. Jika memang rasamu belum tumbuh, minta ia menunggu atau mencari orang lain. Jangan pernah membuat seseorang hanya sebagai penggembira. Kata Dian Sastro, “Itu Jahat.”

^.^ Let’s move on, gaes. Sulit bukan berarti tidak bisa bukan?


You Might Also Like

7 comments:

  1. arghh

    aku marah, aku resah
    pada rasa yg tak kunjung usai
    aku marah, aku resah
    pada hati yg tak ingin beralih

    mungkinkah untukku teriak?
    meluapkan sesak yg menggelayut di dada.
    tp apa yg kudapat? apakah rasa ini akan sirna?

    #BaladaGakBisa(mau)MoveOn

    genthonk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha. Cuma ada 2 pilihan, kalo dya baik untukmu, perjuangkan (asal dya juga mau berjuang untukmu), kalo dya gak cukup baik dan gak mau berjuang, move on adalah harga mati. Weittts

      Delete
  2. topik hangat hari ini #moveon

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masnya udah move on belum? Dicoba yg poin 4 yukk.
      #dilempariphonese
      *dgsenanghatikutangkap

      Delete
  3. Replies
    1. Kyaaaa..
      Oke2.. Apa kiat sukses untuk bisa move on, Pak?

      Delete
  4. Kenangan jangan dihentikan. Setahuku, semakin dicoba menghentikan, semakin kuat dia mengakar. Jadi berdamai saja. Kalau perlu, kenangan itu ditulis, dibuat cerita. Syukur2 jadi postingan blog, atau malah ada penerbit yang tertarik dan dijadikan novel, he he he
    Banyak cara menuju move on

    ReplyDelete