Memetakan Rindu saat LDR (Lelah Disiksa Rindu. *Ups)

18:06:00 It's Leblung 2 Comments


Hampton dalam bukunya yang berjudul “The Effect of Communication on Satisfaction in Long-distance and Proximal Relationships of College Students” mendefinisikan LDR atau long distance relationship sebagai sebuah hubungan romantis yang eksklusif (tidak menjalin hubungan yang sama dengan orang lainnya), memiliki kedekatan secara emosional, dan memiliki komitmen pada satu tingkatan tertentu. Ia juga menyebutkan bahwa LDR adalah suatu hubungan dimana pasangan dipisahkan oleh jarak yang tidak memungkinkan adanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu.

Bagi para pelakunya, frasa itu tak lagi perlu dijabarkan panjang lebar. Cukup artikan LDR sebagai Lelah Disiksa Rindu. Silahkan mengiyakan dalam hati bagi kamu yang merasa senasib dan sepenanggungan (tak perlu meneriakkan kata iya dengan volume 200 dB ya, bisa tiba-tiba tuli orang yang tengah duduk di sebelahmu). Bagaimana tidak, jarak yang membentang beratus bahkan beribu-ribu kilo memaksa kita untuk menahan rindu hanya dalam hati. Mungkin sesekali mengucapnya agar si dya juga tau bahwa kita tengah tersiksa. Tapi barang tentu itu tak akan mujarab mengikis rindu yang sudah terlanjur membanjiri hati dan otak kita, bukan?

Terkadang, efek teriakan hipotalamus yang meminta asupan oksitosin (hormon penyebab rindu, baca http://www.leblung.com/2016/01/gimana-sih-penyakit-malariandu-buanget.html) membuat rindu seringkali berubah menjadi pertengkaran serius dengan si dya. Alasan macam “Kamu sibuk banget akhir-akhir ini sampai kasih kabar aja lupa”, “Cuma aku ya yang kangen? Kok kamunya biasa aja kayaknya?”, atau mungkin memunculkan judgement yang lebih krusial, “Aku gak penting ya buatmu? Kamunya kayak gak ada waktu gitu.” Padahal mungkin jika kita mau menarik sedikit napas panjang dan merenung, mengingat bagaimana ia sebelum judgement-judgement itu muncul, barangkali yang kita temukan adalah perhatian yang sama intensnya dengan saat ini. Hanya saja, kini rindu tengah menggelora sehingga perlu perhatian lebih sedangkan si dya, di seberang sana, tengah menyibukkan diri untuk menyiapkan masa depan. Ahh. Rindu. Tanda cinta yang menyiksa dan menyulut keributan.

Lalu, jika sudah begitu, akankah kita berdiam membiarkan rindu menjadikan jarak semakin jauh?


Yuk bersepakat untuk mengatakan “Tidak”. Jangan biarkan jarak, kesibukan, atau rindu membuat kita kehilangan si dia yang pernah ada dalam doa panjang agar Tuhan memberikan rasa yang sama. Rasa sayang tak semudah itu dihapuskan hanya untuk perkara yang muncul akibat rindu yang menderu. Percayalah ada seribu satu cara meredam rindu, mengalihkan pilu, dan membuat kelabu menjadi biru yang tak lagi beku.

Mari memetakan rindu! 

Yuhuuu. Ini adalah salah satu cara ampuh untuk mengalihkan rindu ketika si dia tak bisa diganggu, ketika skype, whatsapp, dan line tak lagi ampuh, ketika kamu hampir-hampir mengalihkan rindu menjadi amarah yang menggebu. Yapp. Siapkan alat perangmu. Bukan palu gada, tombak, granat, AK 47, M16, atau rudal. Cukup spidol dengan berbagai warna (minimal 2 warna dan boleh diganti pensil warna atau yang lainnya), selembar kertas putih serta memori bersamanya.

Peta rindu yang akan kita buat ini bukan sebuah gambar yang menunjukkan klasifikasi rindu berdasarkan jenis, pelaku, waktu, atau alasan terjadinya rindu. Bukan. Bukan. Peta ini pada dasarnya dibuat untuk mengambarkan hubunganmu dengan sang pujaan hati. Metode pemetaan yang akan kita gunakan kali ini adalah metode mind mapping.

Mind mapping merupakan suatu metode untuk mengorganisir berbagai informasi atau ide-ide yang ada menjadi suatu bentuk yang menarik karena dipenuhi dengan gambar, simbol, dan warna sehingga mudah dimengerti dan diingat. Metode ini pertama kali dikenalkan oleh seorang konsultan pendidikan, penulis buku, dan bintang televisi bernama Tony Buzan pada tahun 1970-an. Buzan mengatakan bahwa metode ini terinspirasi oleh cara kerja otak manusia yang terdiri dari 1 triliun sel otak. Dimana ia memiliki inti sel atau nukleus yang kemudian memiliki banyak cabang-cabang untuk menyimpan berbagai informasi. Jadilah bentuk mind mapping ini macam otak yang bercabang-cabang seperti ini :



Lalu, bagaimana cara membuat mind map? Berikut 6 langkah mudah membuatnya :
  1. Mulai dari tengah sebuah lembar kertas kosong. Di tengah bagian ini, tuliskan topik yang akan kamu bahas lebih lanjut.  Mengapa? Karena memulai dari tengah memudahkan si otak untuk mengembangkan cabang ke berbagai arah. Dan topik peta rindu kita barang tentu adalah “Kita”, kamu dan pasanganmu. Atau boleh juga qm tulis dengan sebutan sayang yang biasa kalian gunakan agar terasa lebih personal, “Beruing dan Kukang”? “Ndutty dan Mbem?”, “Mama dan Papa”? atau panggilan sayang lainnya.
  2. Gunakan gambar, ilustrasi atau foto pada topik yang telah ditentukan. Kenapa? Sebuah gambar dapat mengartikan sesuatu jauh melebihi sekedar kata-kata. Gambar ini juga bisa membuat mind map yang kamu buat menjadi terlihat lebih menarik dan membuatmu tetap fokus pada topik utama. Kamu bisa tempel foto berdua yang paling hits di dekat topik utama peta rindu loh. Biar ayem liatnya. Eitss. Tapi jangan malah mantengin foto doang yaa. Lanjutin ke step-step berikutnya.
  3. Buat beberapa cabang utama yang berkaitan dengan topik utama. Cabang utama ini juga memiliki sub cabang yang memiliki korelasi atau infomasi mengenai cabang utama. Pada peta rindu, kamu bisa mulai membuat cabang utama dengan menjawab pertanyaan “Who”, siapa sih kamu? Dan siapa sih dya? Pada sub-cabang, kamu bisa menuliskan tanggal lahir kalian, makanan kesukaan, warna kesukaan, hobi, hal-hal yang tidak disukai, sifat, dan lain-lain. Cabang utama lainnya bisa kamu isi dengan jawaban pertanyaan “When”. Kapan sih pertama kenal? Kapan pertama suka? Kapan pertama jadian? Kapan menikah? Sub cabang bisa berisi siapa yang mengenalkan kalian, dimana, bagaimana proses jadian. Cabang lain yang perlu berdiri sendiri menjadi 2 cabang utama adalah kelebihan dan kekurangan hubungan yang kalian jalani. Pada cabang utama ini, bisa jadi muncul alasan rindu dan sebagainya.
  4. Hubungkan topik utama dengan cabang utama dan hubungkan cabang utama denga sub cabang. Mengapa? Hal ini dilakukan karena otak bekerja secara berkesinambungan. Sehingga menghubungkan satu cabang dengan beberapa sub cabang akan memudahkan otak untuk memahami permasalahan atau informasi yang dijabarkan.
  5. Gunakan berbagai macam warna. Warna bekerja seperti gambar, membuat mind map in akan lebih mudah untuk dicerna.
  6. Gunakan 1 kata tiap garis penghubung. Hal ini memudahkan otak membaca hubungan antara sub cabang dengan cabang utama.

Selesai. Mudah bukan? Poin penting pada peta rindu yang kita buat kali ini adalah memetakan atau memvisualisasikan bahwa si dya adalah mahluk penting untuk kita, memvisualisasikan hal-hal yang membuat kita memilihnya, hal-hal buruk yang sudah kita ketahui tentangnya. Masalah-masalah yang pernah muncul dengannya. Sehingga ketika rindu hampir membabat habis logika, kita bisa melihatnya sejenak, sehingga kita bisa melihat dengan lebih objektif bagaimana seharusnya menghadapi hal tersebut. Biar sadar, kita tidak mungkin mau melepas si dya yang tertulis istimewa di peta rindu yang sudah kita bikin.

Mari memetakan rindu, biar ia tak berlalu karena rasa yang sebenarnya tengah menggebu!

You Might Also Like

2 comments:

  1. genthonk genthink13 Mar 2016, 18:17:00

    LDR paling jauh bukanlha jarak secara fisik, namun adanya jarak didalam hati. karena hati yg tak lagi nyaman untuk ditempati, hati yg tak lg aman untuk dipercaya, dan hati yg tak lg putih untuk dijadikan panutan, hanya akan menimbulkan jarak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sihh. tapi ldr karena jarak pun itu sudah menyiksa. kayak ldr malang jogja looh Mas Genthonk Genthink

      Delete