Sabtu Bersama Bapak, Kok Bukan Bersama Pacar?

15:31:00 It's Leblung 0 Comments

Sabtu. Kok bersama Bapak? Bukan bersama pacar ya? 


Kita yang sudah terbiasa melabeli hari Sabtu sebagai hari kencan sedunia akhirat, pasti sudah berpikiran tulisan ini pasti berisi materi bagus untuk referensi kencan. Entah sekadar makan berdua, nonton film, atau jalan-jalan sambil ngobrol kesana kemari. Woi! Bukan woi! Hha.

Ya. Ini memang ‘Sabtu Bersama Bapak’. Judul sebuah novel ciamik karya Adhitya Mulya, yang konon menurut informasi dari instagram si penulis, @adhityamulya, tepat pada 22 Januari 2016 lalu buku ini dicetak untuk kali ke-delapan belas, Ini artinya buku ini masih dalam list pencarian pembaca sejak cetakan pertama diterbitkan, yaitu pada bulan Juni tahun 2014 silam. Pencapaian yang cukup bagus bukan?


Nah ya, lalu jika Anda bertanya, mengapa resensi ini baru dibuat saat buku sudah mencapai cetakan ke-18? Tidak lazim. Basi. Bukan itu, Saudaraku sebangsa dan setanah air. Saya juga telat mengetahui keberadaan buku ini. Saya baru menyentuh buku yang terdiri atas 277 halaman ini pada akhir bulan Desember lalu. Saat seorang teman baik memberikannya sebagai kado ulang tahun, dan tertera di halaman depan “Cetakan ketujuh belas, 2015”. Hhi. Tapi, karena isinya yang menginspirasi dan mendidik tanpa menggurui, maka dengan semangat ’45 dan tekad sekuat baja, saya membuat resensi ini. Setidaknya bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi Anda yang belum tau buku ini, dan bisa segera pergi ke toko buku atau mencarinya di online book store. ^.^

 

Baiklah. Mari kita mulai.


27 Desember 1991
    Pak Gunawan berada di dalam gambar. Dia tampak segar dan cerah ceria.
“Hai, Satya! Hai, Cakra!” Sang bapak melambaikan tangan.

“Ini Bapak. Iya, benar kok, ini Bapak.

Bapak cuma pindah ke tempat lain. Gak sakit. Alhamdulillah, berkat doa Satya dan Cakra.

Mungkin Bapak tidak dapat duduk dan bermain di samping kalian.

Tapi, Bapak tetap ingin kalian tumbuh dengan Bapak di samping kalian.

Ingin tetap dapat bercerita kepada kalian.

Ingin tetap dapat mengajarkan kalian.

Bapak sudah siapkan.

Ketika kalian punya pertanyaan, kalian tidak pernah perlu binggung ke mana harus mencari jawaban.“



Video pertama sang Bapak untuk kedua anaknya, Satya Garnida (5 tahun) dan Cakra Garnida (2 tahun). Ya. Pak Gunawan, ayah mereka berdua dan suami dari ibu Itje, meninggal di usia 38 tahun akibat kanker. Namun, Pak Gunawan adalah sosok yang hidupnya terencana. Maka ia tidak membiarkan kematian merenggut kebersamaan dan tugas untuk mendidik kedua buah hatinya. Jadilah setiap Sabtu sore, rutinitas untuk Satya dan Cakra adalah menonton video sang Bapak. Satu waktu mereka terdengar tertawa riang, satu waktu hening tanpa suara. Ya. Bapak menyampaikan pesan dan nasihatnya sesuai dengan kebutuhan kedua buah hatinya. Semakin bertambah dewasa, makin berat pula nasihat yang Bapak sampaikan.



Singkat cerita, Satya tumbuh menjadi sosok cerdas dan tampan, banyak gadis cantik yang silih berganti menerangi dunianya. Sedangkan Cakra yang memiliki wajah tidak cukup baik dibanding kakaknya, betah hidup sendirian dan berfokus pada karirnya di dunia perbankan. Perjalanan cinta keduanya dimulai.



Satya melabuhkan cintanya pada Rissa, gadis cantik kembang kampus yang juga pandai. Keduanya dikaruniai 3 jagoan (Ryan, Dani, dan Miku). Namun, Satya tumbuh menjadi bapak yang tempramen, menuntut ketiga putranya menjadi sosok cemerlang seperti dirinya. Satu waktu mereka bertengkar hebat karena Satya membuat Ryan menangis histeris. Dan pertengkaran berakhir dengan sebuah email dari Rissa:


Kang, on your next week off, kamu mending gak usah pulang deh. Kami semua di sini capek sama kamu.

Lebih capek lagi adalah sebuah kenyataan bahwa seorang istri sampai harus bilang semua ini dalam bentuk email karena kalau ngomong, kita hanya akan saling menyakiti. Dan saya tidak ingin itu. Tidak ingin kita pergi serendah itu.

Ryan, Miku, dan Dani, sebenernya takut menyambut seorang bapak.

Saya, jarang menyambut seorang suami.

Kami berempat selalu menyambut orang yang sering marah-marah. Kami kangen sama Kakang, tapi setiap Kakang pulang, selalu ada yang salah.

Masakan saya salah.

Rumah kurang rapi.

Kenapa Dani belum bisa berenang.

Kenapa Miku masih ngompol.

Kenapa Ryan jelek trus matematikanya..

...

Ya. Part Satya menceritakan perjalanan Satya menjadi bapak yang baik, yang mendidik anak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dan bukan menjadikan mereka seperti dirinya. Tidak hanya itu, part ini juga mengisahkan bagaimana sepasang suami sudah sewajarkan saling membahagiakan satu sama lain. Termasuk menjaga kesehatan dan bentuk tubuh agar tetap menarik di mata pasangan. Jangan cantik jelita sewaktu pacaran, tapi jadi pake daster doang kalo ada suami di rumah. Atau yang dulunya gagah,  berotot besi, dan bertulang baja, giliran sudah menikah jadi bapak-bapak gembul bin buncit kayak ibu hamil di RT sebelah (kenapa jauh amat ke RT sebelah, Blung? Yaaah. Lebay dikit gapapa-lah. Hha).


Di bagian yang lain, bagian yang tidak lain dan tidak bukan adalah milik Cakra Garnida. Sang jomblowan sejati berhasil menjadi salah satu dari 2 orang yang sukses menduduki jabatan Deputy of Director sebelum usia 30 tahun. Yah bisa dibilang karirnya melesat cepat dan membuat mata terpikat. Eitts. Tapi kok masih jomblo?

...

“Mam... sebenernya ada kok, alasan kenapa Saka sampai sekarang gak nikah. Atau belum punya pacar.”

“...”

“Saka membuktikan kepada diri sendiri dulu. Bahwa Saka siap lahir batin untuk menjadi suami. Makanya negjar karier dulu. Belajar agama dulu. Nabung dulu. Kalau Saka udah pede sama diri sendiri, Saka akan pede sama perempuan.”

...


Cerita Cakra dimulai dengan video Pak Gunawan tentang penundaan pernikahan yang dilakukannya dulu. Karena beliau percaya bahwa menikah itu banyak tanggung jawabnya. Tanggung jawab untuk anak dan keluarga. Sehingga memutuskan menikah berarti sudah memiliki rencana yang matang untuk hari depan.


Part Cakra dilengkapi dengan kisahnya mengejar cinta Ayu. Sesosok muda, 25 tahun, cantik, pintar, dan untuk kali pertama berhasil membuat otak si Cakra nge-blank. Namun, tidak seru jika tanpa kompetisi. Ya. Proses meluluhkan hati Ayu dilengkapi dengan 2 ujian:

1. Menghadapi diri Cakra sendiri yang mudah gugup saat di dekat Ayu, menjadikannya lelaki aneh dan ‘gak banget’

2. Menghadapi Salman, another young and briliant Deputy of Director yang lihai  menahlukkan hati wanita.


Di satu waktu, saat Cakra hampir putus asa karena menganggap ia telah kalah oleh Salman, sang ibu memintanya untuk berkenalan dengan anak gadis salah satu temannya bernama Retna. Siapakah yang akhirnya menjadi pendamping Cakra? Ayu ataukah Retna?


^.^ You better find out it by yourself. Karena Adhitya Mulya berhasil membuat ending yang tidak tertebak. Penulisan dengan alur maju ini membuat kita mudah mengikuti jalan cerita meski berlompatan dari kehidupan Satya, pindah ke Cakra, dan terkadang melompat jauh ke kehidupan Bu Itje. Nasihat-nasihat sang Bapak juga dituturkan melalui cerita sederhana yang memiliki makna mendalam. Jadi bagi kamu yang jomblo, sudah punya pacar, calon pengantin, atau bahkan yang sudah menikah, buku ini bisa jadi bacaan yang membangun. Gak ada kata terlambat untuk berubah menjadi baik bagi orang-orang yang kita sayangi bukan?


Mari membaca dan mari berubah!

You Might Also Like

0 komentar: